Share

Ketika Cinta Pertama Suamiku Kembali
Ketika Cinta Pertama Suamiku Kembali
Penulis: Dila putri

01 . Pesan aneh dari bos Mu'min

[Mas. Hari minggu ini kamu jadi kan, mengajak mereka jalan-jalan ke Safari? Dari tadi mereka semua merengek terus nanyain kenapa hari ini, Papa enggak kesini? Oh iya baju couplean kita, untuk acara lamaran adikku juga sudah selesai, tinggal kamu bayar totalnya cuman 8 jutaan aja kok, transfer secepatnya yah, Mas.]

Anita membaca notifikasi chat masuk di layar depan, dengan tulisan Bos Mu'min.

"Pesan yang aneh," ujar Anita curiga.

Sudah beberapa kali, Anita memasukkan sandi yang dia tau, tapi selalu gagal.

Anita menghampiri Marwan yang tertidur di sofa, "Mas. Pasword handphone Kamu berapa?"

"Apa sih, Dek? Mas masih ngantuk!" jawab Marwan hanya bergeming,

"Aku mau pinjem handphone Kamu sebentar buat telpon temanku, handphoneku kehabisan paket, Mas," Anita yang penasaran, dan berharap Marwan membuka pasword ponselnya.

"Bawel banget yah, kamu sekarang! Aku lupa paswordnya berapa!" jawab Marwan dengan ketus, sembari menutup telinganya menggunakan bantal.

Anita berpikir keras, bagaimana mungkin seseorang bisa lupa dengan pasword yang dia buat sendiri?

[Mas Sayang. Kenapa kamu enggak membalas pesanku? Anak-anak nanyain kamu terus, aku vc boleh kan?]

[Apa kamu lagi sama istri kamu] pesan beruntun masuk dan Anita membaca semuanya melalui layar depan,

''Siapa bos Mu'min? Tidak mungkin kalau seorang bos memanggilnya dengan sebutan 'Sayang' juga 'anak-anak'' lirih Anita dalam hati, merasa ada yang tidak beres dengan suaminya belakangan ini.

"Seharusnya kepulanganmu membawa bahagia, Mas, karena apa yang selama ini kita harapkan sudah hadir didalam perutku. Tapi kenapa ini jadi ada 'bos Mu'min' diantara kebahagiaan kita?" Anita berbicara sendiri, sembari melihat wajah tampan sang suaminya sedang tertidur pulas .

__________

"Nita. mana air panasnya? aku mau mandi!" teriak Marwan dari arah dapur,

"Astaghfirullah, apa aku tidak salah dengar, tadi dia memanggilku dengan sebutan 'Nita'?" ucap Anita pelan,

"I-ya, Mas. Kenapa teriak-teriak!" Anita menghampiri Marwan yang sedang tersenyum didepan kamar mandi, sembari memainkan gawainya.

"Air panas mana? aku mau mandi!" ucapnya lagi, dengan tatapan mata yang sibuk pada benda itu.

"Sebentar, Mas, Adek siapin dulu!" tanpa bertanya lagi, Anita segera menyiapkan apa yang Marwan butuhkan,

meski pun hatinya bertanya-tanya, sejak kapan Marwan mandi menggunakan air hangat?

"Bukankah selama ini kamu selalu mandi dengan menggunakan air dingin ya, Mas? Katamu biar tambah seger, kecuali kamu kalau sedang demam saja." tanya Anita heran,

Namun Marwan sama sekali tidak menggubris pertanyaan Anita,

"Adek, Adek! Cih." lirih Marwan yang masih bisa di denger Anita.

Deg ..

Anita yang mendengarkan itu merasa sakit hati, tapi memilih berpikir positif

'mungkin Mas Marwan sedang banyak pikiran, jadi seperti itu' sugesti Anita menyemangati dirinya sendiri.

"Bukankah, Adek itu panggilan, Mas sama Aku selama ini?" Meskipun sedikit ragu, namun pada akhirnya kalimat itu Anita ucapkan juga, mungkin Marwan lupa, dan Anita memilih mengingatkan sang suami.

"Oh begitu? Maaf lupa." jawabnya dengan acuh bahkan tanpa melirik sekilas saja kearah Anita,

"sepenting itukah benda pipihmu, Mas sampai kamu melupakan panggilan yang selama ini kamu gunakan?"

"Mas, air panasnya sudah siap." Anita menghampiri Marwan, yang sedang duduk di kursi dengan mata fokus pada tertuju pada gawainya,

"Cukup aneh? Apa sekarang Mas Marwan mulai kecanduan game online ya?" tanya Anita dalam hati,

"Sudah sana pergi, aku mau mandi, kamu ngapain lagi disini?"

Dengan berbagai pertanyaan dalam hati, kenapa Marwan jadi sering membentak Anita, sejak kepulangannya tadi? Namun tangannya sibuk menata makanan di atas meja, samar-samar Anita mendengar suara desahan dari arah kamar mandi, dan suara itu sangat familiar di telinganya, jika itu suara Marwan

"dengan siapa dia didalam?" gumam Anita segera mengetuk pintu,

Tok tok tok.

Anita yang merasa khwatir sekaligus penasaran, mengetuk pintu kamar mandi.

"Mas, kamu kenapa!" hening beberapa menit sampe Anita harus mengulang pertanyaan yang sama, dan diketukan yang ketiga Marwan membuka pintunya.

"Apa sih, Nita! Kamu ganggu orang saja!" bentak Marwan yang baru saja membuka pintu kamar mandi

"Tapi kamu kenapa? kamu sama siapa di dalam, Mas?" cercar Anita yang tidak bisa lagi, menyembunyikan rasa penasarannya.

"Kamu menuduhku macam-macam, Nita!" bentaknya lagi, namun kali ini diiringi dengan sorot mata penuh amarah,

"Ma-af, Mas. Aku tidak bermaksud menuduhmu macam-macam, aku cum ..."

"Pergi, dari sini Nita, tugasmu itu melayani suami, bukan bisanya cuman menuduh suami macem-macem, sana siapin makananku, muak Aku melihat muka sedihmu itu."

tanpa sepatah kata, Anita pergi membawa luka, menuju tempat ternyaman untuk menghilangkan lara.

didalam kamar, Anita menghempaskan tubuhnya di atas kasur empuk,yang menjadi saksi awal mula bahagia mereka.

Marwan yang lemah lembut dan juga romantis, bahkan banyak pasangan yang iri dengan keharmonisan keluarga kita, setiap kali Anita mengunggah poto dihalaman media, tapi kini?

"Kemana, Mas Marwanku yang dulu?"

"Bajuku mana, Nita? Kamu ini jadi istri, bisanya apa coba? Suami pulang bukannya di layani dengan baik malah di abaikan, kalau begini terus mana betah aku pulang ke rumah!" Marwan berdecak pinggang, geram melihat kelakuan Anita, yang sedang tiduran.

Dengan perasaan lelah dengan kelakuan suaminya,pulang bukannya melepas rindu,tapi malah sebaliknya bikin sakit hati,namun Anita tetap mencari apa suaminya butuhkan,

"Ini, Mas bajunya!" Anita menyodorkan barang tersebut ke hadapan Marwan.

"Kamu nangis, Nita? Begitu saja lebay banget,"

"Belum punya anak juga sudah cengeng, gimana nanti ngurus anak!" cibirnya lagi,

karena tak tahan lagi dengan situasi ini, Anita gegas pergi mengambil kotak kecil dengan pita merah jambu yang dia, simpan di dalam laci lemarinya.

"Nih, Mas!" Anita menyodorkan kotak itu, kehadapan suaminya.

"Apaan ini, so mau ngasih hadiah? Kamu buka saja sendiri, aku sibuk." jawab Marwan yang sudah berpakaian rapih, langsung sibuk kembali dengan rutinitas gawainya.

Dengan perasaan nyeri, hadiah yang, Anita susun rapi ini menjadi tidak berarti, sebelum memberikan pada suaminya dia menatap kembali dua garis merah juga hasil print USG itu,

'Hadirmu adalah kebahagiaan Ayah Bunda' lirihnya dalam hati, sembari mengelus perutnya yang masih rata.

"Nih, Mas. Kamu liat sendiri!" Anita menyodorkan dua benda itu kehadapan Marwan,

dengan malas Marwan mengambil bedan tersebut dan memandanginya cukup lama, Anita terus mengamati baik-baik reaksi perubahan pada wajah suaminya, tapi tidak ada reaksi seperti orang bahagia atau terharu, datar dan terkesan biasa saja.

"Kamu hamil?" tanyanya seolah meragu.

"Iya, Mas. Dan sekarang usia kandunganku memasuki usia ke dua belas minggu, menurut hasil, USG itu!"

Setelah Anita memberi tahukan kabar kehamilannya, Marwan malah menuduh, bahwa anak yang Anita kandung sekarang bukanlah anaknya, bahkan tanpa sepatah kata pun dia pergi dengan motor kesayangan meninggalkan Anita seorang diri.

"Ini apa?" gunam Anita yang kaget menemukan sesuatu di dalam tas suaminya.

Komen (47)
goodnovel comment avatar
Dessy Chandra
kesel deh liat laki kayak gini
goodnovel comment avatar
Tri Hesti
duh Gusti kasian banget sama istrinya, padahal biasanya hamil pertama adalah momen terindah untuk pasangan suami istri.baru baca bab 1 aja udah bikin nyesek banget
goodnovel comment avatar
Noviani Sahida
maunya apa sih, si Marwan ini... dia yg selingkuh ,,, malah nuduh istrinya selingkuh.. maling teriak maling namanya....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status