“Nenekku! Apa kamu tidak bisa sedikit saja menutupi masalah ini supaya kesehatan nenek aku baik-baik saja?” tanya Gio geram dan bernada intimidasi.
“Kamu minta aku untuk menutupi pernikahan kamu yang lainnya?” Kalila menatap Gio tak percaya. “Kenapa kamu tidak jujur saja sama nenek kamu?”Gio menarik napas panjang.“Aku sama Nia hanya menikah siri, aku butuh waktu untuk memberi tahu nenekku.”Kalila merasa bimbang, di sisi lain dia merasa telah ditipu mentah-mentah oleh pria yang bergelar suaminya. Namun, di sisi lain ada perasaan seorang wanita baik hati yang telah banyak berjasa besar terhadap keluarganya.Mana yang harus Kalila pilih?“Kamu beri tahu nenek sekarang saja, aku siap mundur dan jadi saksi.”“Kamu tidak paham situasinya, Lila!” bentak Gio frustrasi. “Sudahlah, kamu tinggal menurut saja dan aku akan mencukupi semua kebutuhan kamu selama kamu jadi istriku, oke?”Kalila tersenyum miring. “Kamu berusaha membujukku?”“Terserah apa katamu, yang jelas aku tidak bisa menceraikan kamu sekarang. Nanti di saat yang tepat, kita pasti akan bercerai. Aku juga tidak mencintai kamu kok,” sinis Gio sambil memandangi Kalila dari ujung rambut hingga ujung kaki.“Aku tetap mau bercerai.”“Kamu!” Wajah Gio memerah. “Ikuti rencanaku, atau aku akan buat orang tuamu hidup miskin seperti sedia kala.”Kalila terperanjat, tidak menyangka jika Gio akan bertindak sekejam itu dengan mengancamnya sedemikian rupa.“Orang tuaku juga mertua kamu, Mas.”“Aku tahu, hitung saja sudah berapa banyak jasa yang dilakukan nenekku untuk orang tuamu.”“Itu adalah urusan nenek dengan orang tuaku, kenapa jadi kamu yang mengungkitnya seakan meminta balasan?” tanya Kalila tidak terima.“Karena aku adalah cucunya, dia berharap aku bisa bahagia jika menikah sama kamu. Tapi kenyataannya apa?” Gio menatap tajam Kalila. “Melihat wajahmu saja sudah bikin aku sangat muak.”Ada yang luka, tapi tidak berdarah. Itulah yang Kalila rasakan saat ini, ucapan Gio tidak ubahnya seperti belati yang ditancapkan berulang kali di atas luka yang belum mengering.“Terus kenapa kita tidak bercerai saja?” tanya Kalila antara tersinggung dan juga sakit hati.“Kamu ini bukan hanya polos, tapi bodoh. Kamu tidak dengar aku tadi bilang apa?”“Aku ....”“Nenek sudah berumur, aku khawatir kesehatannya terganggu kalau kita bercerai sekarang.” Gio menegaskan. “Jadi aku terpaksa mempertahankan pernikahan kita, setiap bulan aku akan kasih nafkah sesuai kewajiban. Ingat, hanya nafkah lahir. Jangan bermimpi untuk mendapatkan nafkah batin dariku ....”Astaghfirullah, jerit Kalila dalam hati. Pernikahan macam apa ini? Sudah dijadikan istri kedua, tidak dicintai, dan dipaksa untuk meneruskan pernikahan.“Hari ini jangan banyak tingkah, aku mau ke penginapan Nia. Besok aku akan datang ke sini untuk jemput kamu,” pesan Gio lagi sebelum akhirnya dia pergi meninggalkan Kalila seorang diri.Selama beberapa saat, Kalila masih bergeming. Dia tidak mengira jika dunianya yang semula baik-baik saja bisa terbalik seratus delapan puluh derajat seperti ini.Dulu, Giordano Reihansyah datang baik-baik bersama ibunya dan sang nenek ke rumah orang tua Kalila untuk mempersuntingnya.Sebagai anak penurut, Kalila mau-mau saja dijodohkan dengan Gio. Apalagi saat itu dia cukup terkesan dengan karakter yang diperlihatkan calon suaminya, yakni tidak banyak cakap dan menuntut.Namun, kini Kalila tahu bahwa apa yang Gio perlihatkan pada keluarganya ternyata hanyalah sebuah topeng untuk menutupi kebohongan besar yang dia sembunyikan.***Yana menjemput pasangan suami istri itu sesuai jadwal yang telah disepakati.“Nenek tanya apa saja?”“Kenapa ponsel Tuan dan istri tidak bisa dihubungi,” jawab Yana memberi tahu seraya membukakan pintu mobil.“Kamu tidak bicara macam-macam tentang lokasi bulan madu kami?”“Saya tidak berani, Tuan. Nenek Anda tetap mengira kalau Anda sedang berlibur di pantai Pattaya ....”“Bagus.”Kalila diam saja ketika Gio duduk di sampingnya, pikiran wanita itu masih penuh dengan fakta tidak terduga jika dia ternyata menjadi istri kedua.Setibanya di rumah, nenek menyambut mereka dengan pelukan hangat dan rentetan pertanyaan tentang bulan madu yang telah dia siapkan jauh-jauh hari.Termasuk soal cicit.“Jadi kapan nenek bisa menggendongnya?”Wajah Kalila seketika berubah pias, dia tidak akan mungkin mempersembahkan seorang cicit pun karena Gio sampai detik ini belum bersedia menyentuhnya.“Bu, biarkan mereka istirahat dulu. Perjalanan mereka sangat jauh, pasti capek dan butuh tidur.” Seorang wanita dengan tampilan berkelas menengahi, dia adalah ibu kandung Gio alias mertua Kalila.“Ah iya, kamu benar, Soraya.” Nenek mengangguk-angguk setuju dan membiarkan Kalila berlalu pergi ke kamar bersama Gio.“Kamu mau istirahat dulu atau ....”“Urus saja diri kamu sendiri,” tukas Gio tidak senang di saat Kalila mencoba untuk memperhatikannya.“Oh, oke.” Kalila terpaksa menerima jawaban itu. “Sebelumnya, tolong hapus kunci layar ponselku.”Gio berdecak. “Merepotkan sekali kamu ini.”“Suruh siapa kamu menerapkan kunci layar di ponselku?”“Jangan berani menjawab kalau suami sedang bicara!”Kalila sontak diam, Gio merebut ponsel itu dan menghapus kunci layar yang sempat dia terapkan untuk mencegah istrinya berkomunikasi dengan orang lain selama bulan madu.Sebelum Kalila sempat mengucapkan terima kasih, Gio sudah keburu menghilang di balik pintu kamar mandi. Dia memilih untuk langsung mengistirahatkan tubuh di tempat tidur, berharap matanya dapat terpejam dan melupakan sejenak masalah besar yang sudah menantinya.Menjadi yang kedua, betapa mengenaskan rasanya ....Dan Kalila pun akhirnya terlelap.“... tentu saja jadi, kamu tidak perlu khawatir ... kita akan tetap pergi liburan ke pantai Pattaya ....”Di antara sadar dan tidak, samar-samar Kalila mendengar suara Gio yang sedang berbincang dengan ponsel yang menempel di telinganya.“Sudah aku bilang, kita tidak bisa bertindak buru-buru ... Dia memang istri sahku, tapi hati dan perasaanku bukan buat dia. Kamu tidak usah khawatir, oke?”Kalila tetap memejamkan mata, ucapan Gio selalu tidak pernah gagal membuat hatinya teriris perih.Menikah karena perjodohan ternyata membuat hidup menderita, pikir Kalila setengah menyesal. Namun, untuk mundur pun dia juga merasa tidak punya kuasa.“Aku ingin membicarakan tentang pernikahan kita dan hal-hal apa saja yang harus kamu lakukan,” kata Gio di saat dia mendatangi Kalila malam itu.“Hanya aku saja yang akan melakukan? Melakukan apa?”“Apa saja yang aku suruh, itu sudah tugas seorang istri kan?”Kalila menyipitkan matanya. “Kamu menganggapku istri?”“Ya, setidaknya di arsip negara.”Jawaban telak Gio lagi-lagi tidak enak didengar, tapi Kalila berusaha biasa saja.“Kalau nenek tanya soal pernikahan kita, kamu harus cerita yang baik-baik tentang kita. Bilang saja kalau kamu sangat bahagia, atau ... kita sudah mulai saling mencintai.”Kalila nyaris muntah mendengarkan instruksi Gio, yang sangat mustahil untuk dilakukan.“Sampai kapan aku harus berpura-pura?”“Sampai aku bilang sudah waktunya untuk diakhiri.”Bersambung—“Sampai kapan aku harus berpura-pura?” “Sampai aku bilang sudah waktunya untuk diakhiri.”Kalila menatap Gio dengan tidak mengerti.“Kenapa tidak diakhiri saja sekarang? Bukankah kamu sudah punya istri? Si Nia itu?”Gio menunjukkan ekspresi tidak suka ketika Kalila mengajukan pertanyaan itu.“Kamu cukup ikuti apa yang aku perintahkan, dan aku akan memenuhi seluruh kebutuhan kamu. Uang, makanan, pakaian, bahkan tempat tinggal ... Kedua mertuaku juga akan aku jamin sejahtera hidupnya.”Kalila menarik napas. “Tapi ....”“Aku tidak menerima penolakan,” potong Gio ketika Kalila ingin menunjukkan pendapatnya. “Satu lagi, ini soal status. Meskipun kamu adalah istri yang sah secara agama maupun negara, tapi tetap saja posisinya kamu adalah yang kedua. Sedangkan Nia adalah istri pertama, kedudukannya di sisiku jauh lebih penting dan tentu saja akan aku prioritaskan melebihi apa pun juga.”Kalila bergeming, dia tidak menolak ataupun menyetujui.“B
Kalila yang awalnya ingin membongkar kedok Gio, seketika itu juga mengatupkan bibirnya.“Gio sengaja mau mengambil hati ayah sama ibu,” pikir Kalila dalam hati. “Suami kamu sudah baik dalam memperlakukan orang tua. Kamu harus setia dan berbakti sama dia, Lila.” Ayah menimpali. “Kami bersyukur karena kamu mendapatkan jodoh yang nyaris sempurna seperti Gio, jadi tolong jangan permalukan kami.”Kalila mendadak merasakan sesak di dada ketika mendengar harapan ayahnya.“Aku ... akan berbakti sama suami, Yah.”“Bagus itu, surga istri terletak pada suaminya.”Kalila diam saja, meskipun hatinya ingin berontak dan mengatakan kebenaran bahwa Gio tidaklah sebaik itu.Sepanjang perjalanan pulang menuju rumah, Kalila terdiam dengan pikiran berkecamuk. Dia sangat penasaran dengan tujuan Gio sebenarnya, tapi apa itu?Begitu Kalila pulang, ternyata sudah ada dua wanita paruh baya yang sedang menunggunya.“Bu Lila?”“Ya, saya sendiri. Ibu ini cari s
Gio menarik napas, hatinya langsung luluh saat Nia merajuk seperti ini. “Oke, nanti siang aku transfer.”Nia tersenyum dan langsung menghadiahi Gio dengan kecupan di bibir sebelum suaminya itu masuk mobil.Meski hanya dinikahi secara siri, tapi Nia merasa posisinya begitu sangat kuat dibandingkan Kalila yang hanya istri kedua.“Tunggu sampai tujuan kami selesai, maka saat itu juga kami akan membuangmu.” Nia berjanji dalam hati sembari melambaikan tangan ke arah mobil yang dikemudikan Gio.Setibanya di kantor, Gio langsung masuk ke ruangannya dan menelepon seseorang melalui ponselnya.“Halo?”“Yah, apakah kakek sudah memutuskan kapan akan pulang?”“Ayah belum tahu, Gio.”“Aku sudah menikah sama jodoh pilihan nenek, apa lagi?”Gio mengetukkan jarinya di permukaan meja seraya menunggu jawaban sang ayah.“Ya jalani saja kehidupan rumah tangga kamu seperti orang normal lainnya, punya anak, dan menyusun masa depan dengan lebih baik seperti
“Suasana malah jadi ramai,” timpal Kalila, sorot mata kehampaan tidak luput dari pandangan Arkan.Sementara itu di kantor Gio ....“Apa rencana kamu nanti malam?” Nia mengalungkan kedua lengannya ke leher Gio dengan mesra.“Apa saja, yang penting jangan minta aku untuk pulang ke rumah.”“Kenapa, Mas? Apa Lila membuat kamu kesulitan?”Gio berdecak setiap kali mendengar nama Kalila disebut, terlebih lagi jika membayangkan sosoknya.“Entahlah, pokoknya apa pun yang dia lakukan selalu membuat aku merasa terganggu.” “Kalau begitu jangan kamu pedulikan, Mas.”“Mauku begitu, tapi ... susah kalau tinggal satu atap sama dia.”“Kamu harus tahan, jangan lupa sama tujuan besar kamu. Aku saja bela-belain mendukung kamu sepenuhnya, biarpun hati aku seperti ditusuk-tusuk ....”“Maafkan aku,” ucap Gio sungguh-sungguh. “Kalau bisa memilih, aku mau kamu yang jadi istri sahku.”Nia mengangguk maklum. “Segera singkirkan Lila setelah tujuan kamu te
“Dia kan tidak tahu kalau kamu suka menyelinap keluar untuk pergi ke rumah istri pertama kamu ....”“Kamu sudah berani banyak bicara sama aku, sadar tidak posisi kamu di mana?” potong Gio tegas, sorot matanya menghujam tajam.“Bukan begitu, Mas. Aku hanya ....”“Diam, jangan membantah kalau suami sedang bicara! Apa kamu tidak pernah dididik orang tuamu perkara sopan santun?”Kalila mengatupkan bibirnya, tidak berani membantah lagi.“Di mana-mana memang orang miskin pasti minus tata krama,” hujat Gio dengan geram. “Aku heran, apa sih yang dilihat nenekku pada dirimu? Cantik tidak, apalagi membuatku terpancing napsu.”Lelehan bening itupun akhirnya luruh dari kedua mata lentik Kalila.“Oke, cukup ... Kalau begitu, kenapa kita tidak bercerai saja?”Mendengar Kalila yang menyebut kata cerai, emosi Gio seketika naik ke ubun-ubun.“Kita sudah pernah membahas ini berkali-kali kan? Kita bercerai kalau sudah waktunya! Paham tidak sih kamu? Atau ka
“Itu Lila sama pria lain, Mas. Astaga, istri kedua kamu ternyata selingkuh?”“Mana sih? Oh, itu Arka—sepupu aku!”“Kok bisa dia berduaan sama sepupu kamu?”Gio lantas menjelaskan jika Arka tinggal di rumahnya untuk sementara.“Kalau begitu, kamu bisa sering-sering bermalam sama aku.” Nia menatap Gio dengan berbinar. “Lila kan sudah ada temannya ....”“Tidak ada Arka pun, aku akan sering bermalam sama kamu.”“Kamu memang suami terbaik, Mas.”Gio tersenyum singkat. Dia menunggu Arka pergi meninggalkan rumah, baru setelah itu diarahkannya mobil mendekat.“Kamu tunggu di sini saja,” pinta Gio sebelum turun dari mobil.“Kenapa sih? Memangnya aku tidak boleh bertemu Lila?”“Aku lebih tidak mau kamu bertemu asisten rumah tangga, Nia. Untuk sementara, orang-orang tidak boleh tahu status kita yang sebenarnya.”Nia sontak cemberut, padahal tadinya dia sudah berniat untuk memanas-manasi Kalila jika mereka berdua berjumpa.“Aku tidak akan lama,” bujuk Gio lagi.“Ya sudah, aku terpaks
“Kami sangat baik, kakek mana?” Gio celingukan mencari keberadaan suami Mutia.“Kamu tahu sendiri kakekmu seperti apa, dia seorang petualang.”“Tapi ini sudah satu bulan sejak aku menikah, Nek. Kenapa kakek tidak pulang-pulang juga?” tanya Gio gelisah. “Bukankah aku sudah memenuhi persyaratan dari kakek?Mutia melirik Kalila yang pura-pura tidak mendengar percakapan mereka.“Lila, buatkan minuman untuk suami kamu ini.”“Baik, Nek.” Kalila justru merasa senang ketika dia memiliki alasan untuk tidak ikut serta dalam pembicaraan.“Gio, apa kamu tidak punya waktu yang lebih pas untuk membahas soal itu?”“Kenyataannya kita memang perlu membahasnya, Nek.”“Tapi tidak di depan istri kamu juga kan?” tukas Mutia dengan tatapan tajam.Kalau sudah ditatap seperti itu, Gio tidak berani mendesak lagi.“Jadi ... keputusannya bagaimana, Nek?” Gio masih berharap.“Kamu ini ...” Mutia menarik napas dalam, lalu menatap cucunya. “Kakekmu kapan har
“Pilihan yang ini resikonya besar, tapi ... jauh lebih baik daripada pilihan yang pertama tadi.”Soraya mengembangkan senyumnya.“Jadi, tunggu apa lagi?”“Aku akan membicarakannya sama Nia nanti malam, Bu. Aku sendiri yakin kalau dia jauh lebih setuju dengan pilihan kedua ini,” ucap Gio optimis.“Tapi ingat, kamu tidak boleh dan harus bermain dengan rapi.”“Tentu saja, Nia akan membantuku.”Kopi yang dipesan Soraya tiba tepat setelah pembicaraan dengan putranya selesai, mereka berdua lantas minum kopi bersama untuk merayakan ide cemerlang yang baru saja mereka dapatkan.Beberapa hari kemudian ....Kalila sudah mulai terbiasa dengan kehidupannya yang hambar setelah menjadi istri Giordano, tepatnya istri kedua. Hati yang semula rapuh, kini mulai kebal setiap kali Gio berlaku seenaknya sendiri.Nia selalu dinomorsatukan di atas segalanya oleh Gio, tidak peduli meskipun di antara mereka ada Kalila yang juga berhak mendapatkan perhatian yang s