Share

Bab 33

Ia menatapku dengan tatapan nyalang. Tebersit rasa iba, karena tersirat kekhawatiran yang mendalam akan kondisi ibunya.

Arman memang berbeda dari anak-anakku yang lain. Ima dan Ella saja tidak pernah peduli lagi, sejak tahu kalau aku ternyata memiliki utang yang banyak pada Kania--ipar yang selama ini mereka hina.

Tapi, persoalan ini Arman tidak perlu tahu. Biarkanlah aku yang mengatasinya sendiri.

"Tapi, Bu. Ibu kelihatannya sedang nggak baik-baik saja. Aku khawatir."

"Sudahlah! Ibumu ini bukan anak-anak. Dan kamu tahu kalau ibu itu paling nggak suka diatur-atur 'kan?"

Putraku itu mengangguk lirih. Ia memutar tubuhnya dan duduk di sofa.

Kulanjutkan langkah menuju lorong samping yang jarang sekali ada yang melewatinya. Karena ini adalah jalan menuju gudang yang sudah tidak terpakai.

Cepat kutekan nama Indra dari daftar kontak. Tak lama suara nada sambung terdengar di ujung telepon.

"Ya, halo, Bu Rahma? Ada yang bisa dibantu?"

"Oh, tentu saja. Justru karena itu lah aku meneleponmu. Ka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status