Kontrak Nikah Seratus Hari

Kontrak Nikah Seratus Hari

Oleh:  Yati Suryatu  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
4Bab
1.5KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Aisyah gadis kampung mendapat pekerjaan di Kota untuk menurut seorang pengusaha kaya yang cacat karena kecelakaan. Kekasih sang pengusaha pergi menjelang hari pernikahan mereka. Untuk menghindari malu, akhirnya Ibu si pengusaha mengintimidasi Aisyah agar bersedia menikah dengan Ziyan-- si pengusaha sukses. Pernikahan tersebut hanya untuk 100 hari. Disaat pengusaha tersebut sudah kembali sehat dan benih cinta mulai tumbuh antara dia dan pembantunya, Amanda--kekasih yang merupakan seorang selebgram kembali dengan membawa kenangan masa lalu.

Lihat lebih banyak
Kontrak Nikah Seratus Hari Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
4 Bab
Hutang Bapak
Aisyah berjalan tergesah-gesah setelah ia dijemput oleh Nia--adiknya dari tempat ia bekerja, rumah juragan Yanto. Aisyah setiap hari bekerja memasak dan membersihkan rumah di rumah juragan tersebut. "Ayuk, Kak! Buruan!" Nia menarik tangan Aisyah agar Aisyah mempercepat langkahnya. "Emang Bapak bikin ulah apa lagi?" tanya Aisya kesal. "Bikin hutang lagi, lah, Kak," ucap Nia tidak kalah kesal. Aisyah hanya bisa menghembus nafas berat. Baru saja dua bulan lalu, ia melunasi hutang yang dibikin ayah tirinya kepada Juragan Yanto. Sekarang sudah berhutang lagi kepada Tuan Ramdan. "Kenapa Ibu tidak pisah saja dari laki-laki parasit itu," upat Nia sepanjang perjalanan. "Husttt! kamu nggak boleh bicara begitu, Ni! Entar ada yang dengar dan mengadu lagi ke Ibu. Kita juga yang bakalan disalahkan lagi." "Aku heran, Kak. Kenapa Ibu sebucin itu. Cakep j
Baca selengkapnya
Hari Keberangkatan
Nia masih menangis di kamar, wajahnya ia benamkan di bantal. Ini pertama kali dia akan berjauhan dari Aisyah. "Ternyata Nia bisa nangis juga," ledek Aisyah saat ia memasukkan beberapa potong pakaiannya ke dalam tas ransel semasa ia sekolah dulu."Kak ...." Nia kembali merengek."Ini demi kamu, demi ibu, demi Andra juga. Kamu mau lihat kakak dipaksa nikah sama Tuan Ramdan atau izinkan kakak pergi?" ujar Aisyah lembut sambil mengelus rambut lurus Nia.Nia bangun dan langsung memeluk Aisyah erat. Aisyah meneteskan air mata tetapi segera dihapusnya, jangan sampai Nia melihatnya menangis. Walau berat, ini semua harus ia jalani. Aisyah melepaskan pelukkan Nia, lalu merogoh saku celananya. Ia memberikan beberapa lembar uang kepada Nia. "Simpan, jangan sampai tau bapak!" bisik Aisyah.Tadi pagi-pagi Aisyah berangkat ke rumah juragan Yanto untuk mengerjakan pekerjaan seperti biasa. Se
Baca selengkapnya
Hari Pertama Kerja
Ziyan begitu frustasi dengan kondisinya saat ini. Enam bulan setelah peristiwa kecelakaan mobil tersebut, ia belum juga bisa berjalan seperti sediakala. Segala pengobatan telah ia jalani, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Namun, kursi roda masih setia menemaninya. Satu persatu temannya menjauh, tidak ada lagi dering telepon yang mengajaknya bergabung di club malam, tidak ada lagi traveling bersama pasangan masing-masing. Waktu enam bulan telah membuka sifat mereka. Pukul tujuh pagi, Aisyah masuk ke kamar Ziyan. Kain gorden masih tertutup rapat tanpa celah, pendingin ruangan masih menyala dengan suhu cukup dingin. Ziyan masih mendengkur halus sambil memeluk guling. Saat tidur begini, wajahnya begitu polos seperti bayi sedang memeluk tubhh ibunya. Aisyah mengutip kertas-kertas yang berserakkan di lantai. Entah apa yang dikerjakan Ziyan tadi malam. Saat Aisyah membuka gorden, cahaya matahari pagi berhasil menerobos j
Baca selengkapnya
Terapi
"Temani aku di sini!" ucap Ziyan kepada Aisyah ketika Aisyah membantunya masuk ke kamar. "Ha?" ucap Aisyah terkejut. "Mana boleh." Aisyah terlihat panik. Ziyan tidak kalah terkejut mendengar suara Aisyah yang naik satu oktaf. "Helo, jangan mikir macam-macam! Kamu pikir nemani apa?" bentak Ziyan. Aisyah senyum-senyum menahan malu. Ziyan mendorong kepala Aisyah. "Jangan ke PD-an! Siapa juga yang mau tidur sama kamu, nggak level." Aisyah membalikkan badannya, ia sangat malu. Merasa terlalu bodoh. Otaknya kenapa menjadi mesum gini. "Udah buruan bantu aku ke tempat tidur!" pekik Ziyan, ia telah mengangkat sedikit pantatnya. Setelah Ziyan berada di tempat tidur, Aisyah merapikan selimut Ziyan. Lalu ia memilih duduk di sofa yang letaknya di tengah ruangan menghadap ke TV LED yang tertempel di dinding kamar. 
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status