Share

Bab 144

"Ibu … ibu bicara apa?"

Kususut dengan cepat air mata yang mengalir di pipi.

"Tetap jadi satu keluarga sama Rahmi, Dirga, juga Wahyu anaknya ya, Nak. Wahyu, sudah jadi anakmu juga, kan?"

"Iya, Bu, saya sudah menganggap Wahyu sebagai anak saya. Semua penyakit ada obatnya. Saya do'akan semoga ibu lekas pulih. Yakinlah ibu akan sembuh," tambahku lagi.

Kuelus lengannya yang menampilkan kerutan serta terlihat urat-uratnya. Beliau tak menjawab. Wajahnya terlihat mendung, meski ia tutupi dengan senyum.

"Mana cucu ibu, Fajar? Apa boleh ibu bertemu?" tanyanya dengan suara lemah.

"Baik Bu, tunggu sebentar, ya, Fajar ada di depan."

Kuambil alih Fajar dari gendongan sang Ayah, setelah menjelaskan, lalu bergegas membawa kepada Bu Ndari.

"Salim dulu sama nenek, ya, Nak," ujarku. Dielusnya kening hingga pipi Fajar setelah dicium tangan beliau.

"Jadi anak sholeh ya, Nak," ujar beliau dengan mata berkaca-kaca. Aku mengaminkan ucapan beliau.

"Apa ibu mau
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status