Share

Keinginan Vina

“Mas, aku mual,” ucap Ara mengadu.

Rangga menoleh panik.

“Mau muntah di sini?”

Rangga tengok kanan dan kiri. Bertanya-tanya apakah Ara mau muntah di tengah keramaian begini?

“Aku tahan aja, Mas. Malu,” jawab Ara terpaksa. Wanita itu lebih memilih menyandarkan kepala pada sandaran kursi mobil, mati-matian menahan dorongan di dada dan tenggorokan.

Ini menyiksa Ara, tetapi mau bagaimana lagi? Tak mungkin dirinya muntah di pinggir jalan yang begitu ramai pejalan kaki.

“Inilah kenapa aku benci macet,” kelur Ara ingin menangis.

Rangga mengeluarkan sapu tangan di saku, kemudian memberikannya pada Ara.

“Mau pakai plastik aja, Ra? Enggak dikeluarin enggak enak, kan?” Rangga khawatir. Ia segera mencari-cari di sekitaran jok siapa tahu ada plastik nganggur atau apa pun yang bisa dipakai untuk menampung muntahan Ara.

“Udah, enggak usah Mas. Sekarang mendingan, kok.” Ara memejamkan mata, berharap rasa mualnya hilang semua.

Sayangnya melakukan itu adalah kesia-siaan belaka. Ara tak bisa mengusir ra
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status