Lusia

Lusia

Oleh:  Elios  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
65 Peringkat
32Bab
5.3KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Lusia melarikan diri dari ayah tirinya yang hendak melecehkannya, berlari tanpa tau arah dan pada akhirnya Lusia menyadari kalau ia sampai di tempat yang tak ia ketahui. Di tempat asing itu, Lusia bertemu dengan Brent. Laki - laki berhati baik yang menolongnya. Brent membantu Lusia dan memberikannya makanan. Lusia tak menyadari, Brent mempunyai niatan jahat padanya. Hingga Lusia merasa mengantuk, dan pada akhirnya ia terbangun di ranjang asing. Dengan laki - laki asing yang hendak menindih tubuhnya. Brent menjual Lusia, menyeret Lusia ke dalam lubang neraka yang lain.

Lihat lebih banyak
Lusia Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Pinnacullata
Lusia malang sekali nasibmu
2021-05-22 14:59:06
0
user avatar
Pinnacullata
Lusia malang sekali nasibmu
2021-05-22 14:59:02
0
user avatar
Pinnacullata
Lusia malang sekali nasibmu
2021-05-22 14:59:00
0
user avatar
linovitasa
Kenapa harus kabur, mending siapin aja sianida buat ngradchun itu your step father 😆.
2021-05-22 12:51:51
0
user avatar
linovitasa
Kenapa harus kabur, mending siapin aja sianida buat ngradchun itu your step father 😆.
2021-05-22 12:51:48
0
user avatar
linovitasa
Kenapa harus kabur, mending siapin aja sianida buat ngradchun itu your step father 😆.
2021-05-22 12:51:47
0
user avatar
linovitasa
Kenapa harus kabur, mending siapin aja sianida buat ngradchun itu your step father 😆.
2021-05-22 12:51:47
0
user avatar
linovitasa
Kenapa harus kabur, mending siapin aja sianida buat ngradchun itu your step father 😆.
2021-05-22 12:51:47
0
user avatar
linovitasa
Kenapa harus kabur, mending siapin aja sianida buat ngradchun itu your step father 😆.
2021-05-22 12:51:46
0
user avatar
linovitasa
Kenapa harus kabur, mending siapin aja sianida buat ngradchun itu your step father 😆.
2021-05-22 12:51:45
0
user avatar
linovitasa
Kenapa harus kabur, mending siapin aja sianida buat ngradchun itu your step father 😆.
2021-05-22 12:51:40
0
user avatar
linovitasa
Kenapa harus kabur, mending siapin aja sianida buat ngradchun itu your step father 😆.
2021-05-22 12:51:40
0
user avatar
linovitasa
Kenapa harus kabur, mending siapin aja sianida buat ngradchun itu your step father 😆.
2021-05-22 12:51:39
0
user avatar
linovitasa
Kenapa harus kabur, mending siapin aja sianida buat ngradchun itu your step father 😆.
2021-05-22 12:51:39
0
user avatar
linovitasa
Kenapa harus kabur, mending siapin aja sianida buat ngradchun itu your step father 😆.
2021-05-22 12:51:38
0
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
32 Bab
1
                Lusia. Gadis berparas cantik dengan rambut panjang yang terurai berantakan. Gadis itu berlari tanpa alas kaki yang mengakibatkan telapak kakinya terasa perih.                Lusia sudah berlari sangat jauh. Telapak kakinya bahkan tak ayal ada yang lecet dan berdarah. Tapi yang Lusia tau, ia harus tetap berlari sejauh mungkin. Ia harus menghindari keluarganya sendiri. Ralat.                Lusia kabur dari rumahnya, ia meninggalkan rumah dengan orang tua yang sudah membesarkannya sejak tujuh belas tahun yang lalu.                Lusia bukan anak kandung, ia adalah anak angkat yang di perlakukan dengan tidak manusiawi. Bertahun tahun menahan
Baca selengkapnya
2
                Tangan Lusia bergetar, meski udara di dalam bar cenderung hangat. Lusia bergetar bukan karena kedinginan. Gadis mungil itu masih ketakutan, dan bergetar karenanya.                Laki – laki yang menolong Lusia dan membawanya ke dalam bar tengah pergi ke dapur. bar ini benar benar baru di buka dan belum ada orang yang berdatangan. Ini menguntungkan bagi Lusia. Tapi ia tak bisa berhenti was – was.                Dengan tangan yang bergetar, Lusia berusaha meminum susu hangat. Ia meminumnya seteguk demi seteguk. Dan tak terasa setengah gelas susu sudah masuk ke perut Lusia.                “Apa kamu lapar?” tanya laki – la
Baca selengkapnya
3
                Tubuh Lusia di angkat, dan entah di bawa kemana. Lusia tak mengetahuinya. Yang Lusia lakukan hanyalah bernagas setenang dan sepelan mungkin agar orang – orang mengira kalau Lusia masih tak sadarkan diri.                Tak begitu lama, Lusia mendengar banyak suara. Suara deret pintu yang di buka. Suara angin. Dan Lusia memang merasakan terpaan angin di rambutnya. Dan setelah itu, Lusia di masukan ke dalam mobil. Lusia yakin benar karena bunyi debuman pintu saat di tutup benar benar keras.                Dan setelah itu, dengan mata yang masih tertutup. Lusia mendengar deru mesin dan mobil mulai berjalan.                Luisa tak tau ia akan di
Baca selengkapnya
4
Suara pria itu sangat dingin, peringatan yang ia berikan pada Lusia sarat dengan ancaman di saat yang bersamaan. Tanpa Lusia sadari, ia berhenti mencoba melepaskan diri.                Berada di bawah tatapan itu, membuat Lusia merasa terintimidasi dan terancam. Entah terancam karena apa.                Melihat Lusia yang berhenti mencoba meloloskan diri, laki laki itu kini menyilangkan tanganya di depan dada.                Ia secara terang terangan tengah mengamati tubuh Lusia, dan juga wajahnya. Di hujani tatapan seperti sekarang ini, membuat Lusia merasa di lecehkan.                “Apa yang kamu inginkan?!” teriak Lusia, ia beringsut menjau
Baca selengkapnya
5
“Aku ingin mati saja....” rintih Lusia dengan suara lirih yang hampir tak terdengar di ruangan luas ini.                Dan Lusia melirik pria itu, ia sudah berada di ambang pintu, hendak meninggalkan kamar ini.                Dia tidak tidur di sini. Batin Lusia, entah kenapa Lusia sedikit merasa lega.                Dan suara debuman pintu yang sangat keras membuat Lusia bernafas lega.                Lusia terus meratapi nasib buruknya. Hingga kayu – kayu di pendiangan itu terbakar sepenuhnya dan cahaya di kamar itu meredup. Waktu yang cukup lama. Barulah, rasa sakit dan rasa lelah yang Lusia rasakan, menuntun gadis malang itu u
Baca selengkapnya
6
                “Lain kali, berjalanlah yang cepat.” Aaron mulai mengomel saat Lusia sudah berada di depan pintu kamar mandi.                Aku sudah berjalan sangat cepat sampai melampaui batas kemampuanku.  Batin Lusia membela diri.                Tapi yang Lusia lakukan malah sebaliknya, ia memberikan tatapan penuh peperangan pada Aaron dari balik pintu.                “Kamar ini yang terlalu luas.” Bantah Lusia. Dan ia menutup pintu, tepat di depan wajah Aaron.                Lusia tak akan lupa, ekspresi keterkejutan Aaron saat mendengar ja
Baca selengkapnya
7
                Begitu Lusia keluar dari kamar mandi, ia sudah mengenakan jubah kamar mandi yang kebesaran. Baru saja ia melangkah mendekati ranjang, Lusia sudah di kejutkan dengan keberadaan orang asing lain.                 Seorang perempuan yang sudah berumur, mengenakan pakaian biasa dan menunduk pelan saat melihat Lusia.                “Anda sudah selesai?” tanya wanita itu.                Lusia tak urung menjawab, ia masih larut dalam keterkejutannya. Sampai akhirnya ia tersadar, Lusia hanya mengangguk pelan.                Wanita itu menatap Lusia dengan p
Baca selengkapnya
9
Tapi sebelum Emma keluar, Emma menatap Lusia penuh kekhawatiran.                “Ingat ucapan saya baik – baik, patuhlah pada Tuan Aaron.”                Setelah mengatakan itu, Emma benar – benar keluar dan tak lagi muncul.                Sedangkan Lusia masih berdiri tanpa pilihan. Ia belum bisa mengambil keputusan. Harga dirinya yang sangat tinggi, meski kesuciannya sudah terampas menolak untuk patuh terhadap Aaron.                “Dia akan bosan dalam beberapa bulan... “ bisik Lusia dengan mata terpejam.                Lusia berusaha me
Baca selengkapnya
10
“Emma? Bolehkan aku bertanya?” Lusia nampak ragu – ragu menayakan isi pikirannya.                Namun Emma mengangguk, “Silahkan, asalkan saya bisa menjawab. Akan saya jawab.” Ucap Emma menyanggupi.                Lusia meneguk ludahnya, “Kalau bukan kamu yang mepeepaskan ikatan di kakiku, lantas siapa?”                “Saya tidak tau Nona.”                Jawaban Emma justru membuat wajah Lusia memucat. Lantas? Siapa? Apakah mungkin kalau itu adalah Aaron?                “Kalau tidak ada lagi yang ingin anda tanyak
Baca selengkapnya
11
                Aaron mendekat ke lemari pakaianya yang super besar. Bahkan Lusia baru menyadari, kalau kamar Aaron ini sangatlah luas. Semua barang – barang yang berada di sini, seperti di desain dengan ukuran besar agar ruangan ini tak nampak kosong.                Aaron mengancingkan kemejanya, perlahan dan akhirnya selesai. Lusia yang sejak tadi memilih menatap keluar jendela mendengar Aaron memanggilnya.                “Hei!” seru Aaron.                Lusia langsung refleks dan menengok ke arah Aaron, sembari menahan nafas.                “Aku mau memaka
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status