Share

Part 65

"Kok Abang jadi sensitif, sih? Kan Chaca cuman nggak mau Abang sakit lagi."

"Seharian tidak ketemu, Abang rindu. Masak begitu ketemu disuruh pulang."

"Chaca cuman khawatir. Abang butuh banyak istirahat."

"Oh, gitu. Bukan karena sekarang kamu lagi dekat dengan seseorang, kan?"

"Tuh, kan. Mulai lagi. Giliran Chaca membahas Tania, Abang marah. Giliran Abang, boleh nuduh-nuduh gitu. Abang masih aja egois." Aku mengerucutkan mulut.

"Iya, iya. Abang minta maaf."

Kami duduk bersisian, dia menyandarkan kepalaku di bahunya. Membelai rambutku dengan penuh kasih sayang.Tulus, masih seperti merawat seorang adik kecil.

Sepertinya terdengar suara pintu yang terbuka dari depan. Langkah kaki terdengar sampai ke ruang tengah tempat aku dan Bang Malik berada. Jantungku berdetak lebih kencang. Aku tahu siapa lagi yang memegang kunci selain aku dan Aira di rumah ini. Hanya dia.

"Sayang," panggilnya.

Bang Malik menoleh, melihat siapa yang datang. Jantungku rasanya mau copot saat Bang Malik dan om Harri
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status