Kesialan beruntun membawa Raya, sang selebgram cantik menepi ke sebuah desa. Hingga sebuah peristiwa mempertemukannya dengan seorang Raihan, ustadz kampung yang menyambung hidup sebagai seorang petani. Niat baik Raihan untuk menolong malah menimbulkan fitnah yang memaksanya untuk menikahi gadis asing yang belum dia kenal itu. Pernikahan pun terjadi walau tanpa cinta. Takdir seakan menggariskan mereka bersama, meski harus melewati penyesuaian yang sering juga memancing ketegangan juga tawa. Dapatkah mereka bisa saling beradaptasi dengan latar belakang yang jauh berbeda, Raya yang serba modern bersanding dengan Raihan yang kelewat sederhana? Mampukah mereka melewati badai kala masa lalu masing-masing mulai datang mengusik? Akankah mereka akan tetap mempertahankan pernikahan yang awalnya pura-pura itu? Intip keseruan cerita Raya dan Raihan sampai akhir. Desain picture by Bing Ai Edit cover by CANVA
View More“Nak Raya, apakah kamu akan mengijinkan suamimu untuk menikahi Ning Hanum?” Pertanyaan yang terlontar dengan sangat lugas itu seakan meluluhlantakkan hati Raya. Perempuan muda itu menjadi sedemikian bimbang, bahkan merasakan luka yang lebih pedih bila dibanding saat dia mendapati perselingkuhan mantan tunangannya dulu bersama dengan saudara tirinya sendiri. “Nak, aku sangat mengenal Raihan, dia pria yang baik, walau nantinya Raihan harus menikahi Ning Hanum aku sangat yakin kalau dia tetap akan memberikan perhatiannya padamu. Bagaimanapun kamu telah menjadi istrinya dan bahkan posisimu adalah seorang istri pertama. Walau nanti Raihan bersanding dengan Ning Hanum, aku sangat yakin Raihan tak akan pernah mengabaikan kamu.” Raya masih saja termangu. Dadanya kian terasa sesak ketika mendengar kalimat yang diucapkan dengan sangat lugas oleh sosok yang Raya tahu selalu menjadi pelindung untuk ibu mertuanya juga yang selalu member
Setelah memiliki mesin cuci dan kompor gas sekarang Raya bisa lebih ringan melakukan pekerjaan rumah tangga. Dia bisa menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat yang membuat Raya bisa melakukan hal lain yaitu berkeliling desa untuk mengabadikan beberapa momen sederhana di desa ini ke dalam kontennya yang sekarang sudah mulai dikenal luas. Sebelumnya Raya sudah meminta ijin pada suaminya untuk keluar rumah, dan Raya sudah mendapatkan ijin sebagaimana biasanya. Untuk hari ini Raya berniat mendatangi balai desa karena di sana akan diadakan acara Merti Desa, atau yang biasa dikenal juga dengan istilah bersih desa, yang bertujuan untuk membersihkan desa dari pengaruh jahat. Walau tak termasuk dalam syariat agama tapi budaya seperti ini tetap lestari di desa yang terletak di lereng Merbabu ini. Sesampainya di sana Raya melihat ada beberapa ibu-ibu dan bapak-bapak yang sibuk membuat persiapan, s
“Mas Ustadz, Mbak Raya!” Panggilan itu segera membuat Raihan dan Raya menoleh bersamaan pada asal suara. Ketika melihat sosok Parno, seorang pria muda yang selama ini membantu Raihan di kebun, Raihan langsung melebarkan senyumnya. “Hey Parno, kamu udah lama nunggu kami ya?” tanya Raihan ketika pria berkulit gelap telah berdiri di hadapannya. “Enggak juga Mas, biasanya kan emang seperti itu kalau naik motor nyampenya itu jauh lebih cepat daripada naik kendaraan umum,” ucap Parno sembari menunjuk motor bututnya yang telah dia parkir di area parkir pasar. “Ya sudah kamu nunggu kami sambil sarapan dulu, nanti kalau aku sama istriku udah mendapatkan barang-barang yang akan kami beli, aku akan nyari kamu di sini, biar kamu bisa bantu membawakan belanjaan kami.” Sejak awal Raihan memang sudah meminta pada orang kepercayaannya itu untuk mengikuti mereka berbelanja, karena Raihan berpikir dia
“Bu memangnya Mbah Darmo membawa kabar apa?”Raya merasa perlu untuk bertanya. Bahkan semenjak saat kedatangan Kyai Hisyam beberapa waktu lalu, ibu mertuanya itu menjadi bersikap aneh, seperti ada sesuatu yang sedang ditutupi darinya.Raya bisa merasakan semua itu dengan sangat lugas. Raya harus mencaritahunya yang membuatnya terus mengekori langkah ibu mertuanya sampai di dapur.“Bu, kenapa Ibu nggak menjawabku?”“Kemarin Ibu juga menghindar saat aku bertanya tentang Kyai Hisyam. Apa kedatangan Mbah Darmo juga ada hubungannya dengan gurunya Mas Raihan, Bu?”Raya semakin mencecar, membuat Siti kian tampak gelisah.Sampai akhirnya Raya memutuskan untuk mengambilalih pekerjaan mertuanya saat menjerang air yang akan digunakan untuk membuat kopi.“Biar aku yang mengantarnya ke depan.” Raya segera menawarkan diri.Tapi mertuanya masih bergeming malah terlihat sibuk menata klepon buatannya di atas piring saji.“Nak Raya, biar ibu saja yang membawa hidangan ini ke depan, kalau boleh ibu mint
“Apa kamu bersedia untuk menjadikan aku sebagai istrimu?”Pertanyaan dari Hanum yang diucapkan dengan terlalu lugas terasa begitu mengagetkan untuk Raihan yang kini menjadi kian bimbang.Lelaki yang memiliki cambang halus di kedua rahangnya itu menjadi kian gusar, yang membuatnya terus menarik nafas dalam.Namun Hanum masih saja menelisiknya dengan tatapannya yang kian tajam.“Aku tak pernah melihatmu seragu ini Mas.”Hanum mengunggah sekelumit kecewanya sembari tanpa sadar menggelengkan kepalanya.Perempuan berhijab lebar itu masih saja memendam harapannya yang besar, bahwa semua penantiannya selama ini akan membuahkan sebuah hasil terbaik.Hanum selalu yakin dengan apa yang diimpikannya, impian untuk bisa bersanding dengan santri kebanggaan abahnya, yang sejak awal telah bisa membuktikan kemampuannya untuk menerabas batasan meski berasal dari kaum marjinal yang selalu dianggap lemah.Segala prestasi dan keuletan Raihan hingga bisa mendapatkan pencapaian yang begitu luar biasa sepert
“Mas, kamu kenapa sih? Kok senyum-senyum terus sih?”Raya menjadi semakin penasaran melihat senyuman suaminya yang seperti memendam rasa bahagia yang besar.“Kamu keliatan lagi seneng banget sih? Kamu habis dapat lotre ya?” tebak Raya asal disertai gelak tawa renyah yang selalu terdengar merdu di telinga seorang Raihan.“Kamu itu bisa aja Dik, aku nggak pernah berjudi, jadi nggak pernah bakal dapat lotre. Masak seorang ustadz berjudi, malah ngasih contoh buruk itu.”“Iya, iya, terus kenapa sih Mas, kamu kelihatannya seneng banget gitu?” Raya kembali bertanya lugas.“Aku kasih tidak ya?”“Ish, kamu genit gitu sih Mas,” tukas Raya yang menjadi semakin gemas melihat tingkah suaminya yang mendadak seperti remaja tanggung yang sedang berbicara dengan pacarnya.“Kamu nggak pantes kayak gitu,” imbuh Raya lagi tapi kali ini dengan gelak tawanya yang semakin terburai.“Ya udah deh, sekarang kamu tutup mata aja dulu.”Raihan kemudian tersenyum penuh arti.“Memangnya kamu mau apa sih, Mas?”“Uda
“Mas ....”Panggilan Raya langsung mendapat perhatian Raihan. Pria itu langsung memandangnya lurus.“Ada apa Dik?” tanya Raihan.“Bisa kita bicara sebentar?”Tatapan Raya yang sedikit tegas membuat Raihan tak bisa mengabaikan permintaan istrinya itu.“Kalian belajar sendiri dulu, yang sudah pintar ajari dulu temannya yang masih belum pandai. Aku ada urusan sebentar.”Setelah memberi pesan sama anak didiknya, Raihan segera bangkit dan mulai menepi di sisi mushola yang lebih lengang, untuk bisa berbicara dengan istrinya.“Mas, apa sekarang Hanum tinggal di desa ini?”Raya bertanya dengan sangat lugas.Raihan tergeragap menjadi sedikit gelisah yang segera memancing kecurigaan Raya.“Kenapa sebelumnya kamu nggak cerita apa-apa sama aku Mas?” cecar Raya menjadi kesal.Raihan mendesah pelan tapi segera mendekati istrinya yang sudah mulai tampak merajuk.“Dik, Hanum tinggal di desa ini untuk sementara, dia akan membantu untuk mengajar ilmu agama buat ibu-ibu, dan masyarakat desa ini.”Tapi R
“Pastinya perempuan yang kamu maksud itu Hanum kan Mas?” Raya segera menyebut nama Hanum dengan tandas. “Kamu kok malah memikirkan dia sih Dik?” “Kan memang dia sesuai dengan kriteria yang kamu sebut itu Mas?” Raihan memilih diam tak langsung menanggapi kata-kata istrinya. “Secara Hanum itu kan anaknya kyai besar, punya pondok pesantren dan dia itu seorang Ning, yang sejak kecil dididik ilmu agama, dengan dasar-dasar pendidikan agama yang begitu kuat, nggak kayak aku yang mengaji saja nggak bisa, bahkan meski kamu sudah mengajari aku dengan susah payah.” “Aku tak tahu apa itu ilmu nahwu shorof, aku juga nggak tahu fiqih, dan ilmu agama lain. Karena yang aku pelajari sejak dulu cuma ilmu bersolek, seluk beluk fashion, bahkan aku dulu bisanya hanya berfoya-foya dan jalan-jalan ke luar negeri.” Panjang lebar Raya meletupkan semua yang ada di dada, dan Raihan hanya bisa mendengarkan tanpa bermaksud menyela dengan satu kata pun. Sampai akhirnya Raya berhenti dengan sendirinya dan s
Raya menjadi tak bisa menahan dirinya saat mendapati sikap Hanum yang terasa jelas begitu memusuhinya meski mereka belum pernah saling mengenal sebelumnya. Ternyata dibalik kelembutan senyuman dan tutur katanya gadis cantik itu memiliki hati yang menyimpan banyak prasangka. Raya langsung melengos kesal, karena telah dituduh dengan sangat frontal oleh sosok yang sejak awal selalu menerbitkan kecemburuannya. “Bukankah sebelumnya kamu adalah perempuan yang selalu suka mengumbar pesona diri kamu? Hanya setelah menikah dengan Mas Raihan saja, kamu sekarang berubah penampilan menjadi tertutup seperti ini.” Raya menjadi semakin tak bisa menyembunyikan kegeramannya. “Aku tahu, kamu tidak rela kan kalau Mas Raihan sudah menikah dan Tuhan menakdirkan wanita seperti aku sebagai jodohnya?” “Kamu tidak rela kenapa? Apa karena kamu juga suka dengan suamiku?” Raya terus saja mencecar. Perempuan muda itu memang selalu teramat lugas mengungkapkan apa yang ada di dalam pikirannya. Cara bicara Ra
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.