Share

94. Balutan Luka

Waktu terus berputar, Naren sudah pergi. Aku lagi-lagi sendiri di rumah. Dia ditelepon asisten rumah tangga untuk Arnila tadi. Sengaja lelaki itu tidak mau membawaku karena alasan tertentu.

Jika ditebak, mungkin karena kami sama-sama merasakan luka. Jika terus larut, maka sulit menyelesaikan masalah. Aku termangu dalam kamar sambil memikirkan bagaimana cara menghibur hati sendiri agar bisa damai dengan luka.

Dengan langkah tertatih aku menuju kamar. Rapuh semakin terasa karena sendirian. Tidak ada sesiapa yang bisa diajak meluahkan rasa. 

Pada keadaan sekarang aku butuh seseorang yang telah tiada dan sangat mustahil untuk ketemu. Yuni dan Genta. Merekalah yang selama ini menyokong untuk terus berdiri.

"Ardina!" Aku yang sedang menghadap ke jendela terperanjat, kemudian menoleh dan mendapati Vidia di ambang pintu. Dia melangkah masuk tanpa kuminta.

"Apa?"

"Mulai sekarang kita harus akur karena akan kembali menjadi madu. Aku terima Ferdil

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status