Share

Bab. 44. Semerawut

“Silakan diminum,” titah Nafisa begitu sampai di ruang tamu dan meletakkan nampan di meja.

“Terima kasih, Neng.” Ustaz Zaki dan Farhat menjawabnya bersamaan sambil tersenyum. “Berhubung ada yang ingin saya katakan, ada baiknya Neng duduk dan ikut mendengarkan.”

Nafisa yang semula penuh dengan semangat, tiba-tiba mengernyit heran seraya duduk di kursi bersama Asep. Ia berpikir, bertanya-tanya, apa gerangan yang akan dikatakan guru dari suaminya itu sampai terlihat tegang.

Hening sesaat.

Arzan yang duduk di tengah-tengah Farhat dan Ustaz Zaki terlihat tegang. Kedua tangannya menangkup, menyelip di antara lutut dengan wajah sedikit menunduk, melihat kedua kakinya yang tiba-tiba terasa lemas. Dalam hati, tak henti-henti ia memohon agar Tuhan menguatkannya, terutama Nafisa yang duduk menunggu bersama Asep.

“Sebelumnya saya minta maaf karena sudah mengganggu dan merepotkan.” Ustaz Zaki mulai bicara. Tatapan

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status