Share

LIMA

Tangan Alex yang tadinya mengulur dia tarik kembali, tak lama kemudian dia pergi meninggalkan Arindha dan mulai menghisap vapor ia bawa di tangannya.

Arindha membawa troli dan galon itu sampai tempat duduk di tepi lapangan, tapi dia kebingungan, karena belum juga menemukan Hilda.

Nampak ada lambaian tangan mungil yang biasa dilihat Arindha, itu Hilda. Arindha mendekati Hilda tanpa memperdulikan jika banyak siswa siswi melihatnya dengan muka heran karena membawa troli yang diatasnya terdapat galon.

“Galon?” tanya Hilda dengan menatap barang yang dibawa Arindha.

“Iya, aku kehabisan air mineral di kantin,” jawab Arindha yang mulai duduk di sebelah Hilda.

“Di toko depan sekolah?” tanya Xianzu.

“Udah, Zu. Tapi, cuman ada ini,” Melirik galon.

“Ya gak papa sih, Rin. Daripada si Rico gak mau minum,” kata Hilda sambil menutup mulutnya yang tertawa kecil dengan tangannya.

Pertandingan basket dimulai dengan dimainkan oleh tim IPA vs IPS kelas XII. Pertandingan basket kedua kelas ini terbilang sengit, semua siswa sampai merasa geregetan melihat pertandingan ini.

Untuk memecahkan suasana yang tegang tim cerliders SMA Nusantara memberikan dorongan semangat untuk tim basket dengan sebuah yel yel.

Di sela-sela pertandingan Arindha melambai pada Rico yang sedang kebingungan cara mengelabuhi musuh sehingga dia dapat mencetak tambahan skor. Arindha memberi semangat pada Rico melalui isyarat dan Rico pun paham akan isyarat itu. Selisih poin keduanya tim tidak jauh, sampai di detik terakhir.

Harapan kelas IPA terkabul, Rico mencetak skor tambahan dengan memasukkan bola ke ring lawan dengan sangat lihai dan cekatan. Semua siswa siswi kelas IPA dan para guru yang menonton sontak bertepuk tangan seraya bersorak riang.

Xianzu mulai berdiri dan berjalan meninggalkan Arindha dan Hilda, dia bersiap-siap untuk menyiapkan acara selanjutnya.

                                       **

Pertandingan telah usai, tetapi Arindha belum menemukan batang hidung orang itu setelah lomba basket. Tiba tiba bahunya ditepuk dan sontak saja dia terkejut sambil melompat.

“Rindha!” Panggil Rico dengan suara keras sambil menepuk pundak Arindha.

“Kaget! “ sahut Arindha sambil memegang dadanya yang berdetak kencang.

Rico tertawa. “Siapa suruh kaget, kan aku gak nyuruh,” ucap Rico dengan candaan.

“Sana ganti baju, Bauu!” tegur Arindha dengan kesal.

Rico langsung mengibas-ibaskan rambutnya yang basah pada Arindha, muka Arindha pun terkena percikan keringat Rico. Dengan sigap, Arindha langsung mengelap mukanya dengan handuk yang dibawa Hilda untuk Rico.

“Eh eh.. itu anduk aku,” ucap Rico sambil menunjuk handuk yang dipakai Arindha. 

“Biarin,” jawab Arindha sambil mengulurkan handuk yang ada di tangannya.

Rico langsung mengelap tangan, leher serta rambutnya dengan handuk itu.

“Haus!” ucap Rico sambil menatap Arindha dan Hilda.

Arindha pun menunjuk sebuah galon besar yang berada di samping tempat duduk nya.

“Emang aku habis marathon 100 km sampe dibawain air segitu banyaknya?” tanya Rico dengan wajah sengit. 

“Yaudah kalo gak mau gak papa, biar aku pasang dirumah aja,” ucap Arindha yang mulai marah.

“Yudah, deh. Daripada gak minum,” jawab Rico sambil menyeka keringat di dahinya yang mulai berjatuhan.

Galon itu langsung dibuka oleh Rico, dia mulai mengangkat galon itu dan mulai menumpahkan air itu di mulutnya. Tetapi melihat Rico yang terlihat capai, Arindha berniat membantunya.

“Sini, kamu jongkok aku tumpahin pelan pelan, pas in sendiri antara mulut dan galonnya,” titah Arindha sambil mendelik.

“Iya, cepetan,” jawab Rico dengan tidak sabar menahan rasa hausnya.

Rico dengan segera jongkok menuruti arahan sahabatnya itu, awalnya Arindha menumpahkannya dengan baik tetapi dia terkecoh, dia tak sengaja melihat Alex yang tengah berlari melintasi lapangan basket.

Rambutnya yang sedikit gondrong yang tertiup angin membuatnya seperti keindahan duniawi yang belum pernah dilihat Arindha sebelumnya. Air galon itu tumpah mengenai ujung rambut rico sampai membuat Rico gelagapan.

“Astagaaa!!” ucap Arindha panik.

Rico terbatuk-batuk. “Arindhaaa!!” teriak Rico sambil membasuh wajahnya yang basah.

“Ma-maaf, gak sengaja,” ucap Arindha.

“Gak mungkin, sengaja pasti. Terus gimana, udah gak ada handuk lagi,” ucap Rico yang mulai tahu penyebab kecerobohan Arindha.

“Sok tahu! aku beneran gak sengaja, Co,” jawab Arindha sambil menundukkan kepalanya karena rasa bersalah.

Terasa sebal, Rico mengibaskan rambutnya dengan kuat pada Arindha. Dia pun mengelak dan berlari ke lapangan, mereka berkejar-kejaran di lapangan dan menghiraukan petugas kebersihan yang terkadang melihat kekonyolan mereka.

“Bukannya nolong, ini malah buat kesel aja!” ucap Rico dengan nada tinggi sambil terengah-engah mengejar Arindha.

 “Ya gak usah marah-marah gitu, aku kan udah minta maaf,” jawab Arindha yang mulai berjalan dan langsung duduk meluruskan kakinya.

“Iya emang udah, tapi-“ ucap Rico.

Belum sempat Rico menyelesaikan kata-katanya, tak sengaja dia melihat Arindha yang mulai menatap ke dua kalinya laki-laki tinggi, putih dan bertubuh atletis itu.

                                       **

Para peserta lomba berkumpul di aula, terlihat barisan piala dan puluhan kado menarik perhatian semua orang. Xianzu dan Jio yang sudah memegang mikrofon membuat para siswa-siswi SMA Nusantara tidak sabar.

“Okay, berhubung acara lomba yang pertama adalah nayanyi, mari kita bacakan pemenangnya,” ucap Jio yang menjadi MC acara.

“Cepetan, ada yang udah gemeteran nih!” teriak Rico sambil menatap Arindha.

“Apaan sih, Co,” Arindha Melirik Rico dengan kesal.

“Co, udah diem aja,” titah Hilda lirih.

“Sabar-sabar, okay. Juara pertama lomba nyanyi, dimenangkan oleh … Vino dan Arindha!” ucap Xianzu yang menemani Jio menjadi MC.

“Silakan maju ke depan,” ujar Jio.

Arindha dan Vino naik ke atas panggung aula, mereka menerima piala dan hadiah yang cukup besar.

“Terima kasih SMA Nusantara, jayalah selalu!” ucap Arindha.

Tak lama kemudian, Xianzu dan Jio mengumumkan kemenangan Rico.

                                    **

02.00 PM

Arindha berbaring di taman sekolah sementara itu, Vino dan Jio asyik membuka hadiah besar yang terbungkus kertas cokelat. Rico melihat troli itu dibawa Arindha, tanpa bertanya dia mengembalikan barang itu ke toko yang sudah tak asing baginya.

“Makasih, Co.” ucap Arindha sambil menoleh ke arah Rico.

Mata Arindha melihat Jio dan Vino, tak biasanya mereka hanya berdua. Mereka selalu bersama-sama dengan Alex, dimanapun itu.

“Nyari Alex, Rin?” tanya Jio.

Arindha mengangguk, seolah meng-iyakan pertanyaan Jio.

“Dia udah pulang,” jawab Jio sambil menggunting kertas cokelat itu.

“Tumben?” tanya Arindha penasaran.

“Mungkin dia di panggil ayahnya,” jawab Jio singkat.

“Oh, dia anak papi ternyata,” celetuk Arindha.

“Eits, gue kasih tau Alex, ya?” ucap Vino sambil tertawa.

Tak berlangsung lama, Rico sudah terlihat beberapa langkah dari taman itu. Mereka mulai membuka dan memakan hadiah yang diberikan SMA Nusantara bersama-sama.

                                  **

Matahari mulai berwarna kuning kemerahan, Rico mulai menggayuh sepeda nya dengan cepat. Diperjalanan, Arindha memikirkan keinginannya pada Rico.

“Co, kita kan sama-sama menang, kamu mau apa?” tanya Arindha.

“Makan malem plus jalan-jalan,” jawab Rico.

Alis Arindha bertaut dan menatap bahu Rico heran, dia tidak menolak keinginan Rico karena mereka sama-sama sudah berjanji.

“Kamu mau apa?” tanya Rico.

“Simpel aja, aku pengen kamu dateng setiap aku butuhin,” jawab Arindha.

“Okay. Deal, nanti malem ya,” titah Rico.

Arindha hanya mengangguk tanpa sepatah katapun. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status