Share

Semakin Dekat

Aryan mengambil tisu dan mengelap bibir Fiya yang terkena air. Aryan sekarang benar-benar berbeda. Seperti memiliki kepribadian ganda. Fiya tentunya agak shock mendengar itu. Tidak mungkin ia menikah dengan orang seperti Aryan.

"Jangan sampe deh hidup gua kayak di novel-novel yang ntar gua di hamilin, terus di selingkuhin, terus di tinggal. Jadi janda anak satu. Enggak. GAK BOLEH. JANGAN SAMPAI! Kan gua pengen nikah sama orang yang gua suka dan dia juga suka gua." Batin Fiya.

Mama Aryan benar-benar tidak bisa berkata apa-apa sekarang. Apalagi melihat Papa Aryan yang sepertinya menyukai Fiya dan Aryan yang sangat perhatian pada Fiya.

"Papa setuju kalau kamu nikah sama Fiya. Tidak masalah dia sekretaris kamu. Bukannya malah bagus. Karna dia pasti ngerti, dan selama ini kinerjanya juga bagus dan layak di samping kamu," ucap Papa Aryan.

"Makasih Pa, aku juga yakin dia bisa jadi pendamping hidup aku," ucap Aryan sambil menatap Fiya sambil tersenyum, Fiya pun membalas senyumannya kemudian tersenyum kepada semua orang.

"Papa tunggu kabar baik kalian."

Setelah Papa Aryan mengatakan hal itu, laki-laki tadi yang dari tadi hanya menyimak dan melihat kemudian berdiri. Lalu mengatakan, "Pa, Ma, aku udahan ya. Soalnya harus ada yang aku urus."

Tanpa mendapat persetujuan Papa dan Mamanya ia langsung saja pergi meninggalkan ruang makan.

"Kayaknya dia Kakak Aryan," batin Fiya. "Kayaknya mereka berdua gak akur," batinnya lagi sambil melihat ke arah Aryan. Terlihat tatapan Aryan yang terlihat sayu menatap kepergiannya.

Mereka semua pun melanjutkan makan malam itu hingga selesai. Setelah itu Aryan dan Fiya pun pulang. Tapi sebelum itu mereka harus pergi ke suatu tempat karena mendadak.

"Pak klien yang harusnya kita temui besok pagi. Tiba-tiba mengatakan bahwa hari ini dia akan segera pergi ke Singapura karena ada urusan mendadak. Dia mintanya sekarang," ucap Fiya yang baru saja mendapatkan sebuah telepon.

"Ya sudah kamu gak apa-apa jadi kerja lembur hari ini?" Tanya Aryan sambil terus menyetir.

"Jadinya besok pagi....,"

"Iya," ucap Aryan yang langsung menjawab. Karena ia sudah tau maksudnya. Jadi jadwal pagi yang harusnya bertemu klien di kosongkan. Artinya Fiya tak perlu bangun pagi-pagi besok.

Fiya tersenyum tipis, padahal dalam hatinya ia sangat senang. Sudah lama rasanya ia tidak puas dalam tidur. Pada malam ini ia akan tidur dengan damai tanpa harus berdebat dengan alarm paginya yang sungguh berisik itu.

Dengan cepat Fiya menyetel lokasi tempat pertemuan mereka dengan klien tersebut di map mobil Aryan. Setelah sekitar sepuluh menit mereka di perjalanan. Tiba-tiba mobil Aryan berhenti.

Aryan menghela nafasnya. Fiya yang penasaran lalu bertanya, "Kenapa Pak? Mobilnya gak bisa jalan?"

"Kehabisan bensin."

Fiya benar-benar rasa ternganga melihatnya. Seorang Aryan yang begitu sempurna, bisa-bisanya lupa dengan bensin mobilnya sendiri. Sungguh luar biasa hari ini. Dalam satu malam Fiya dapat melihat berbagai peristiwa.

Aryan lalu mengambil handphone di jas nya. Ia mengetik nama seseorang dan kemudian meneleponnya. Setelah menelpon Aryan keluar dari mobilnya karena di dalam terasa sangat panas. Fiya kemudian ikut keluar dan mengikuti langkah kaki Aryan. Jujur saja ia takut untuk sendirian.

Suasana di sana benar-benar menakutkan. Tidak ada lalu lintas mobil atau kendaraan lainnya. Di sana juga hanya ada beberapa lampu jalan yang mengakibatkan jalanan tanpak remang-remang. Tambah lagi di sana tidak ada perumahan sama sekali.

"Pak kita mau kemana?"

Jalanan yang begitu sepi, Fiya berpikir mana mungkin akan ada taksi di sini. Walaupun sekarang masih jam 9. Tapi melihat kondisi itu, sangat tidak mungkin.

"Kamu kenapa ngikutin saya?"

"Gak apa-apa kok Pak," ucap Fiya yang masih tetap tenang. Padahal ia benar-benar takut sekarang. "Takut bapak kenapa-kenapa."

"Hah? Kayaknya di sini benar-benar tidak ada orang," ucap Aryan yang lalu berbalik arah dan kembali ke tempat mobilnya berada. Sedangkan Fiya tetap setia mengekori Bos nya.

Aryan lalu duduk di atas kap mobilnya. Ia kemudian menyuruh Fiya untuk ikut duduk. Fiya tentunya tidak menolak. Karna tidak mungkin ia akan berdiri sampai orang yang Aryan suruh datang.

Malam itu langit benar-benar indah. Karena cahaya di sana gelap membuat bintang di atas sana bersinar begitu indah. Bulan sabit pun ikut serta bersinar. Benar-benar indah. Jarang-jarang melihat momen seperti ini. Karena di kota yang ada malah polusi dan cahaya lampu lebih terang dari bintang-bintang di atas sana.

Fiya kemudian mengambil handphonenya untuk memotretnya. Momen ini tidak boleh ia lewatkan. Aryan yang sedari tadi memperhatikan Fiya hanya bisa kebingungan. Karena menurutnya Fiya terlalu mudah untuk senang. Apalagi sekarang, hanya melihat langit di atas.

"Cantik," ucap Fiya tersenyum sambil memperhatikan hasil foto langit itu.

"Cantik?" Tanya Aryan.

Fiya tertawa kecil lalu melihat ke arah Aryan. Ia tidak sadar ternyata posisinya saat itu benar-benar sangat dekat. Fiya langsung membeku saat memperhatikan bola mata Aryan yang begitu bulat dan bersinar.

Hingga Fiya tersadar dan langsung menatap ke arah atas saat ada suara mobil. Kalau di lihat sekarang wajahnya sudah sangat memerah. Tidak lagi perlu menggunakan blush on karena sudah alami.

"Jangan sampai!" Batin Fiya yang rasanya sekarang sudah sedikit ada rasa.

Orang suruhan Aryan pun langsung mengisi bensin mobilnya. Tidak lama itu mereka kembali melanjutkan perjalanannya. Karena waktunya sudah agak mepet, Aryan pun menginjak gas dengan laju.

Sekitar lima belas menit mereka sudah sampai di tempat yang tadi sudah di janjikan. Mereka berdua langsung masuk dan mencari kliennya.

"Selamat malam Pak. Maaf sekali karena agak telat. Karena tadi di jalan kehabisan bensin," ucap Aryan. Sedangkan Fiya hanya tersenyum tipis. Ia bingung sekarang ia sebagai apa. Pacar bohongan atau sekretarisnya.

"Iya tidak apa-apa. Saya juga baru sampai. Oh iya ini?" Tanyanya sambil menatap ke arah Fiya. Klien itu tersenyum ke arah Fiya.

Aryan merasa kesal melihat tatapan kliennya itu pada Fiya. Langsung saja ia mengatakan, "Dia pacar saya."

"Oh? Bukannya sekretaris?"

"Dua-duanya."

Fiya bingung sekarang harus berbuat apa. Kenapa mendadak malah membicarakannya. Padahal mereka datang untuk membahas kerja sama.

"Nama kamu siapa?" Tanya klien tersebut.

Fiya terdiam. Ia melirik ke arah Aryan. Fiya sangat tidak nyaman sekarang. Aryan lalu memegang tangan Fiya sambil tersenyum ke arah kliennya.

"Pak gimana kalo kita bahas kerjasama yang sebelumnya pernah kita bicarakan. Waktu saya gak banyak," ucapnya sambil tersenyum.

"Pak saya izin ke toilet," ucap Fiya berbisik ke Aryan dan ia langsung mengiyakannya.

Setelah Fiya pergi dari meja di sana. Aryan langsung menatap tajam orang itu. Dia benar-benar tidak mood sekarang.

"Saya akan kerja sama dengan kamu kalo kamu lepasin sekretaris kamu ke saya," ucapnya yang langsung ke intinya. "Kamu tau kan kerja sama kita sangat penting bagi perusahaan kamu. Kamu akan mendapatkan banyak untung yang berkali-kali lipat dengan kerjasama ini."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status