Share

30. Kerasukan

Untuk kesekian kalinya darah bisa saja kembali tumpah di dalam kediaman almarhum Suroso, satu nyawa lagi bisa hilang, andai Hendi terlambat menghindar. Sedikit lagi, pisau Nurlaila akan menusuk tepat ke ulu hatinya. Hendi selamat, meski pisaunya sempat menggores lengannya.

“Mama, maaf, tapi aku terpaksa harus menghentikan Mama.” Hendi menangkis serangan Nurlaila, menangkap tangan Nurlaila yang menggenggam pisau, lalu berusaha sedemikian rupa sampai Nurlaila menjatuhkan pisaunya itu.

Pisaunya memang terlepas sudah, tetapi situasinya belum aman untuk Hendi. Nurlaila tidak dalam keadaannya yang wajar. Sesuatu yang ghaib telah merasuki pikirannya sehingga dia mampu melakukan hal-hal yang diluar akal sehat. Nafsu membunuhnya masih belum sirna. Mata Nurlaila yang hanya tinggal satu seakan-akan menyorotkan dendam membara yang berkobar bagai api, memberangus kewarasannya sekaligus.

“Mati! Kau harus mati, anak durhaka!” Nurlaila menyerang Hendi dengan tangan kosong, membabi buta.

Hendi hanya b
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status