Share

42. Angin

Sosok Anggita perlahan-lahan bergerak. Hendi mendesah lega, meski dalam hatinya dia heran sendiri dengan reaksinya. Sebab, kalau benar Anggita alias Kanjeng Ratu tewas saat itu, bukankah dia akan otomatis terbebas dari semua sumpah dan perjanjian apa pun? Kemudian, Hendi menduga bahwa bisa jadi reaksinya itu karena perubahan karakter Anggita. Entah mana karakternya yang sejati, Hendi masih bertanya-tanya. Kanjeng Ratu yang kuat dan kejam, atau Anggita yang lemah dan gelisah?

“Apa yang terjadi kepadamu?”

“Semua yang kamu katakan benar. Di sini aku bukan siapa-siapa. Aku hanyalah salah satu pelayan dari penguasa yang sesungguhnya, ratu yang sesungguhnya.” Anggita bicara. Dia duduk bersimpuh, sama sekali tidak merasa terganggu dengan debu-debu kuning yang menyelimuti tubuhnya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Sosoknya saat itu lebih menyerupai berhala debu. Tatapan kosong, diam, tak bergerak.

“Jadi kau sungguh-sungguh bukan Kanjeng Ratu?”

Patung Anggita bergerak sedikit, merontokkan d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status