Share

152. Waktu Berlalu

Empat tahun setelah kematian Muhammad Nadhif—suami Nadina, ayah Adnan dan Nadhin.

“Umi, Nadina titip Nadhin sebentar ya, tadi masih bermain dengan para santriwati di halaman dalem—rumah inti keluarga pondok. Mungkin sebentar lagi ia kembali,” tutur Nadina sembari menyalami tangan Aminah—Ibu Nadhif, mertua Nadina.

“Iya, Sayang. Setelah ini umi periksa ya! Kamu hati-hati menyetir mobilnya. Semoga Adnan suka dan nyaman dengan sekolah barunya, ya! Tidak terasa dia sekarang sudah sebesar ini,” tutur Aminah sembari tersenyum dan mengelus pucuk kepala Nadina.

“Adnan tumbuh dengan baik berkat kasih sayang umi, abi dan seluruh warga pondok. Nadina yakin Adnan akan nyaman dengan sekolah barunya. Sedari tadi dia sangat bersemangat untuk datang ke sekolah pertamanya!” kekeh Nadina.

Usai dari sana, Nadina meraih kotak makan di atas meja makan dapur dan memanggil sang putra yang telah menunggunya di ruang tamu dalem. Hari ini adalah hari pertama Adnan menduduki kelas satu sekolah dasar.

Bocah b
Annisarz

Haii, ketemu lagi kita di sinii!! Lanjut baca yaa, jangan lupa tinggalin komentarr, terimaaciii🤍

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status