Share

17. Nadia Kepanasan

Ajeng terus cemberut karena harus mandi di pagi buta. Bahkan langit saja masih gelap di luar sana.

"Mentang-mentang aku punya hutang milyaran, seenaknya saja nyuruh-nyuruh harus ini itu," gerutunya sambil menyisir rambutnya yang basah. "Ck, kepalaku pusing. Pagi-pagi masih dingin banget begini malah disuruh mandi."

Bibirnya masih cemberut ketika Evan baru saja keluar dari kamar mandi. Beruntung pria itu tidak menyerangnya lagi seperti kemarin malam. Tubuhnya benar-benar kelelahan, dan sekarang perutnya kelaparan.

"Situ sih enak. Pas kepingin, langsung nyosor. Seenaknya saja. Nggak mau ngertiin, aku lagi capek atau nggak..."

Gerutunya terhenti ketika tiba-tiba sebuah kalung dengan liontin berlian yang dikelilingi oleh ukiran seperti kelopak bunga mawar disodorkan di depan wajahnya. Matanya langsung fokus dan kegiatan menyisirnya langsung berhenti. Mulutnya menganga. Itu adalah perhiasan yang kemarin diinginkannya.

Ia mendongak dan melihat Evan di cermin yang tersenyum miring, seolah-ol
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status