Share

Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir
Menjadi Istri Kedua Tuan Presdir
Penulis: Vya Kim

Bab 1

"Pak Bintara! Sadar Pak! Lepasin saya!”

Sambil menahan tangis, Aruna menatap netra hitam milik Bintara, wajah lelaki di hadapannya yang putih ini kian bersemu merah dengan nafas yang begitu memburu, bibir tipis milik lelaki itu telah beberapa kali melumat bibir Aruna dengan paksa.

“Bantu saya menyelesaikan ini …,” rintih Bintara tak terkendali melawan hasratnya.

Netra Aruna terbelalak mendengar pinta Bos-nya itu, ia kembali mendorong dada Bintara dan mengatakannya untuk sadar, tapi dekapan Bintara semakin kuat, ia membungkam mulut Aruna dengan bibirnya sambil menggiring Aruna ke arah ranjang king size-nya itu.

Aruna memberontak berusaha mendorong dada Bintara, namun tubuh kecilnya kalah melawan pria muda nan tinggi kekar di hadapannya ini, ia hanya menangis merasakan sentuhan tangan Bintara yang kian menjalar ke bagian tubuhnya yang sensitif.

Aruna terkejut ketika dirinya diangkat dan dijatuhkan ke atas ranjang, dengan cepat Bintara berdiri dengan lututnya diatas Aruna sambil membuka kemejanya.

Tak memberikan kesempatan untuk Aruna bangkit, Bintara kembali memagut bibir indah Aruna.

Hati Aruna kian tergores kala pakaian dalamnya diturunkan dengan paksa, tangannya dengan kuat di kunci. Perasaan kagumnya pada lelaki idamannya ini kian runtuh ketika Bintara berhasil menembus pertahanan Aruna.

Aruna memekik kesakitan, ia tahu kini kesuciannya telah hilang dalam detik ini.

“Udah Pak! Cukup! Sakit!”

Ya, sakit! Bukan hanya sakit saat kesucian itu di renggut, tapi hatinya lebih sakit lagi melihat sisi lain lelaki yang diam-diam ia sukai ini.

Aruna hanya bisa merintih dalam hati, percuma ia minta tolong dalam apartemen yang kedap suara ini, terlebih lelaki ini adalah atasannya di kantor.

‘Semuanya hancur! hancur!’

**

Suara nyaring alarm dari ponsel sontak membangunkan Aruna. Masih setengah sadar ia merogoh tas mungilnya dan segera mematikan alarm yang berasal dari ponselnya.

Tapi perlahan Aruna membuka matanya lebar, menyisir pandangannya ke seluruh ruangan yang begitu berantakan, terlihat berserakan baju miliknya dan juga baju seorang pria. Sadar ia tak berada di kamar rumahnya, Aruna memekik pelan menutup mulutnya sendiri. Ia duduk di ranjang tergesa-gesa namun ia merintih kesakitan karena di rasa badannya remuk dan sakit.

Kemudian Aruna sadar melihat disampingnya benar-benar tidur sesosok laki-laki yang ia kenal, laki-laki yang begitu ia kagumi semenjak awal ia bekerja, laki-laki yang telah mencuri perhatiannya belakang ini, namun mencuri kehormatannya juga malam tadi.

‘Jadi ini semua bukan mimpi? Aku benar-benar udah ….’

Dengan gemetar Aruna bangkit dari ranjang perlahan tak ingin membuat Bintara terbangun, ia pungut baju-bajunya dan masuk kamar mandi dengan berjinjit.

Ia berniat pergi diam-diam dari apartemen Bintara sebelum lelaki itu sadar. Sambil memakai bajunya ia menatap dirinya di depan cermin wastafel mengingat kejadian tadi malam, malam yang mencekam, malam yang tak pernah ia sangka akan terjadi sambil menangisi nasibnya yang kacau.

Kepalanya terasa pusing mengingat semua kejadian tadi malam, Aruna ingat kemarin ketika ia tengah bersantai di akhir pekan ini, mendadak dia menerima telepon dari rekan kerjanya yang juga seorang asisten pribadi sang Presdir, Sebastian. Dia meminta Aruna untuk menjemput Bintara di sebuah bar yang letaknya kebetulan tak jauh dari rumah Aruna, karena ia sendiri ada hal mendesak yang harus diurus.

Meski malas, Aruna dengan terpaksanya membantu Sebastian karena bagaimanapun juga Sebastian lah yang membantunya mendapat pekerjaan. Ketika sampai di bar, Aruna menemukan Bintara tengah mabuk dengan didampingi wanita asing yang menggoda Bos-nya itu.

Awalnya Aruna hanya melihat di kejauhan karena takut mengganggu privasi sang Bos, namun semakin dilihat gelagat wanita itu tampak aneh, Bintara terlihat menepis sentuhan tangan wanita itu, sementara wanita asing itu terus menariknya untuk keluar dari Bar. Melihat itu, Aruna segera menghampiri dan membawa Bintara menjauh dari wanita asing itu, dan berakhirlah peristiwa sial itu, dimana Bintara tak kuasa menahan libidonya lalu meluapkannya pada Aruna.

Ketika Aruna mengingat kembali kejadian tadi malam, tiba-tiba pintu kamar mandi di banting.

BRAK!

Membuat Aruna memekik karena terkejut.

“P-Pak Bintara?”

Tubuh Aruna gemetar melihat manik hitam itu menatapnya dengan tajam.

Bintara dengan penampilan berantakan, kemejanya yang tak dikancing membuat dada bidangnya terlihat itu mendekat pada Aruna yang sedari tadi mematung menatapnya.

Bintara semakin mendekat dengan tatapan menyalangnya, sementara Aruna perlahan mundur tapi sayangnya dia sudah sampai pada tepi dinding kamar mandi.

Bintara memojokkan Aruna ke dinding kamar mandi, menghentakkan tamparannya ke dinding di samping Aruna.

Aruna terhenyak tak berkutik menatap Presdirnya sedekat ini.

"Apa yang kamu lakukan di sini?”

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Vya Kim
...... sabar bu
goodnovel comment avatar
Wahyu Mei25
udah di tolong eh di nodain masih tanya apa yg kamu lakukan di sini lagi.. nyesek kali jadi aruna...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status