Share

Satu-satunya yang Tersisa

Gibran menghela napas lalu menyandarkan punggungnya ke sofa.

"Kamu tidak siap-siap buat nyari kerjaan, Bran?" tanya Bu Santi dengan hati-hati.

"Rindu masih sakit, Bu."

"Rindu biar Ibu yang urus tidak apa-apa, Bran."

Gibran menoleh dan menatap ibunya. Padahal saat ada Dewi, selalu Dewi yang mengurus ibunya. Tidak pernah sekali pun Dewi merepotkan ibunya. Dan sekarang semua menjadi kebalikannya.

"Tapi Ibu baru aja sembuh juga. Gibran takut Ibu sakit lagi kalau nanti kecapean, Bu."

"Tidak, Bran. Ibu masih kuat. Ibu juga sehat, kok."

"Benar ibu enggak apa-apa kalau Gibran keluar?"

"Iya, Bran. Enggak apa-apa."

"Ya udah, Gibran mandi dulu, Bu."

Bu Santi mengangguk. Meski di dadanya masih ada bongkahan besar yang belum ia keluarkan.

Gibran beranjak dari sofa dan hendak melangkah ke belakang untuk mandi, namun, belum juga menjauh dari sofa, Bu Santi sudah memanggilnya lagi.

"Iya, Bu? Ada apa?" tanya Gibran sembari menoleh.

"Ehm, anu, Bran ...." Bu Santi ragu-ragu hendak menyampai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status