[Mas, mas Rama! Tolong aku jatuh di kamar mandi!][Mas Rama, perutku sakit!][Mas Rama, ada darah yang keluar! Cepatlah pulang!]"Astaga, Dita?!"Rama menelepon nomor Dita berkali-kali. Tapi nihil, Dita tidak menjawab telepon nya. Lelaki itu tampak cemas. Dia mengulang kembali mengetuk pintu bahkan hampir saja menggedor pintu rumah nya. Mendadak terdengar suara dari luar. "Permisi, pak Rama?" Rama menoleh dan mendapati lelaki berwajah teduh di belakang nya. "Pak RT? Ada apa?" tanya Rama menatap ke wajah pak RT dengan perasaan tidak enak. "Saya hanya ingin mengabarkan kalau istri bapak ada di rumah sakit umum Daerah karena terjatuh di kamar mandi. Jadi tadi pagi saat saya kemari karena ingin menagih iuran kebersihan lingkungan, saya mendengar suara minta tolong dari , lalu saya mengajak beberapa warga untuk membuka pintu secara paksa dan menemukan istri bapak terjatuh di kamar mandi. Saya dan sebagian warga akhirnya berinisiatif mengantarkan bu Dita ke rumah sakit, karena ponsel
"Pak Rama, bapak egois sekali ya. Bapak bahkan sudah menikah dan istri baru nya sudah hamil, tapi melarang istri bapak menikah lagi. Ck, picik sekali pikiran bapak!" ujar Arjuna tenang. "Apa bapak tahu bahkan saat Adam menangis, dia akan langsung terdiam saat saya menggendong nya. Jadi urus saja istri bapak sendiri. Tidak usah mengurusi mantan istri bapak yang insyallah akan menjadi istri saya," sambung Arjuna tegas membuat Rama tercengang. "Jadi maksud kamu, kamu ingin menjadi suami dari Nana dan ayah sambung dari Adam?" tanya Rama mendelik. "Ya, tentu saja. Saya punya pekerjaan, saya bisa menerima Adam dan saya mencintai Nana sepenuh hati. Kalau harus bersaing dengan kamu yang menjadi masa lalu dan penyebab trauma nya Nana, saya sih yakin kalau Nana akan memilih saya. Dia tidak akan membaca buku untuk yang kedua kali karena dia pasti sudah tahu endingnya seperti apa? Lagipula pak Rama kan sudah menikah, jadi pak Rama seharus nya tidak mempedulikan perempuan lain. Ya kan?"Rama te
"Ya, klien kamu malam ini laki-laki. Kamu akan dibayar mahal semalaman. Tentu saja dengan harga mahal. Dia langsung memesan kamu saat tahu kamu barang baru dan selama ini masih berhubungan dengan perempuan. Dia juga bilang, kamu boleh meminta uang lebih jika kurang. Jadi Rama, kamu mau kan melayani klien kamu malam ini? Tenang saja nggak akan sakit, ada peralatan khusus di dalam pervate room untuk membantu kamu bertugas," ujar Sarah membuat Rama merinding. "La, laki-laki? Jadi kliennya laki-laki?" tanya Rama menelan ludah dengan susah payah. Sarah tersenyum dan membelai pipi Rama. "Iya. Bagaimana menurut kamu, Rama? Apa kamu akan menerima nya?" tanya Sarah sekali lagi. Rama menghela napas panjang. 'Ini keputusan sulit. Bisa-bisanya aku menerima pekerjaan ini. Ck, tapi aku juga butuh duit agar tidak diremehkan papa dan Nana,' batin Rama. Mendadak Rama mempunyai ide gila. "Hm, Tante Sarah, coba katakan pada calon klien itu, kalau semalam ini membayar aku seratus juta. Mau nggak? Ka
Nana menatap ke arah Adam dengan ekspresi wajah berat. "Sayang, ibu berangkat kerja dulu ya." Nana mencium dahi dan hidung anaknya yang sedang tertidur pulas, lalu menoleh ke arah mbok Inah. "Mbok, saya berangkat dinas dulu ya. Hari ini teman saya cuti karena sakit. Jadi saya dinas sore malam. Baru pulang besok pagi. Kalau ada apa-apa, telepon saya ya," pamit Nana pada mbok Inah. Mbok Inah mengangguk dan mengikuti Nana yang melangkah menuju ke pintu depan rumah.Nana menoleh ke arah kamar Adam. Merasa berat untuk meninggalkan anak semata wayang nya itu. Hari ini adalah hari pertama, Nana melakukan dinas dobel setelah melahirkan. Mbok Inah dan menunggu Nana hingga Nana akhirnya menjauh dari pintu depan. "Mbok, beneran ya telepon saya jika ada sesuatu pada Adam," pamit Nana akhirnya setelah sekian lama berdiri di depan pintu rumah nya. Mbok Inah mengangguk dan menutup pintu depan lalu kembali ke kamar Adam. ***Malam ini hujan deras mewarnai malam, membuat orang-orang yang sedan
"Maaf, aku khilaf," tukas Rama dari belakang kemudi saat dia dan Dita baru keluar dari h o t e l melati. Adik iparnya itu tertunduk. "Iya. Aku juga khilaf, Mas.""Jangan bilang kakak kamu ya? Kita sekarang pulang saja dan jangan sampai kakak kamu tahu."Sekali lagi Dita mengangguk. Ramapun melajukan mobilnya. Dia melirik ke arah adik iparnya itu. "Tapi kamu kalau aku ingin mengajak kamu ke h o t e l lagi, kamu mau kan?" tanya Rama. Dan sekali lagi Dita pun mengiyakan ajakan kakak iparnya itu. ***"Kalian sudah pulang? Kok agak lama? Mampir kemana nih?" tanya Nana seraya meletakkan ayam goreng ke atas piring di meja makan. Rama melonggarkan dasinya lalu duduk di makan. Dia meletakkan paper bag di samping piring. "Cie, Mbak Nana! Aku nggak akan bilang deh. Biar so sweet!" ujar Dita dan segera berlalu ke kamarnya. Nana mengelus p er ut yang sudah membesar dan mendekat ke arah suaminya. "Kamu sama adik aku jangan main rahasia-rahasiaan deh. Nanti d ebaynya protes!" ujar Nana tertaw
"Dia ... Adik dan suamimu kan? Kenapa mereka berdua keluar dari h o tel bersamaan?" tanya Rinta. Nana yang melihat foto di layar ponsel Rinta sontak terkejut dengan pemandangan itu. Tampak foto Dita dan Rama sedang berangkulan keluar dari pintu depan h ot el melati!Rinta memang pernah beberapa kali ke rumah Nana. Gadis yang dua bulan ini berencana menikah itu, mengenal dekat dengan Dita maupun Rama. Jadi saat dia melihat keduanya keluar dari h ote l yang sama, Rinta dapat langsung mengenalinya mereka. "Astaghfirullahalazim! Tidak mungkin!" desis Nana, berdebar. Wajah nya memucat. Gerakan j an in dalam p e r u t Nana bergerak lebih cepat, seolah tahu perasaan ibunya. "Na! Nana! Astaghfirullah! Kamu kenapa?" Dengan cepat Rinta m eme luk rekan kerjanya itu erat-erat. Diusapnya bahu Nana dengan lembut. "Na, maafin aku..." ujar Rinta dengan suara penuh sesal. Air mata Nana mengalir deras. Dia menangis tanpa suara. Hatinya sakit sekali. Adik semata wayang yang telah dipercayainya sepen
Akhirnya tangannya mengklik aplikasi mo bile leg en ds milik suaminya. Seketika jemari Nana seolah m em be ku saat melihat discord chat percakapan di aplikasi itu! Terpampang jelas chat-chat yang tidak se no n oh di dalam discord itu. [Apa aman jika kita chat di sini, Mas?][Aman. Pasti aman. Kakak kamu nggak akan cu r iga. Dia tidak tertarik dengan aplikasi permainan online. Dia itu cuma terlalu k ol ot dan p olo s. Tidak me nant ang sama sekali. Beda dengan kamu yang h o t, Honey. Kamu juga mampu mengimbangi aku saat bermain mo bile lege nds.][Emoticon menutup wajah malu. Mas, kamu nggak apa-apa kan kalau mengantar jemput aku kuliah? Aku sering dig o da berandal kampus. Naik ojek, bo ros, aku juga nggak bisa naik motor. Takut nab rak. Jalanan disini ramai, berbeda dengan di desa asalku.][Nggak apa-apa dong! Lagian kamu memang ca ntik. Wajar kalau banyak yang meng go da. Lagipula kita kan saling mencintai. Aku berkewajiban melindungi kamu, Honey! Emoticon kiss]Nana merasakan jan
"Sayang, kamu baik-baik ya di dalam. Mama akan selalu melindungi dan memastikan kamu bahagia walaupun papa mu direbut oleh tante kamu sendiri," ujar Nana mengelus perut nya yang buncit. Dengan menghela napas panjang, perempuan berusia 26 tahun itu berusaha fokus mengemudi, namun mendadak Nana teringat dengan chat di discord milik sang suami dan adiknya yang berjalan dengan aneh. Perlahan air mata mengalir menuruni pipinya. Segera diusapnya air mata nya dengan punggung tangan. "Sebenarnya darimana salahnya?! Aku dan Dita sudah ditinggalkan oleh kedua orang tua kami. Apa aku salah mengajak Dita untuk tinggal bersama? Aku pikir dia akan lebih baik kuliah dan tinggal satu kota dengan ku agar mudah mengawasinya sehingga dia bisa kuliah dengan baik dan terhindar dari pergaulan bebas. Aku juga membiayai kuliah dan kebutuhan hidup sehari-harinya. Tapi kenapa dia justru menusuk ku dari belakang?" gumam Nana. Hatinya merasa sesak. Rumah tangga impian nya harus kandas saat Tuhan menghadirkan