Share

perselingkuhan 4

"Sayang, kamu baik-baik ya di dalam. Mama akan selalu melindungi dan memastikan kamu bahagia walaupun papa mu direbut oleh tante kamu sendiri," ujar Nana mengelus perut nya yang buncit.

Dengan menghela napas panjang, perempuan berusia 26 tahun itu berusaha fokus mengemudi, namun mendadak Nana teringat dengan chat di discord milik sang suami dan adiknya yang berjalan dengan aneh. Perlahan air mata mengalir menuruni pipinya. Segera diusapnya air mata nya dengan punggung tangan.

"Sebenarnya darimana salahnya?! Aku dan Dita sudah ditinggalkan oleh kedua orang tua kami. Apa aku salah mengajak Dita untuk tinggal bersama? Aku pikir dia akan lebih baik kuliah dan tinggal satu kota dengan ku agar mudah mengawasinya sehingga dia bisa kuliah dengan baik dan terhindar dari pergaulan bebas.

Aku juga membiayai kuliah dan kebutuhan hidup sehari-harinya. Tapi kenapa dia justru menusuk ku dari belakang?" gumam Nana. Hatinya merasa sesak. Rumah tangga impian nya harus kandas saat Tuhan menghadirkan malaikat mungil dalam rahimnya, oleh perempuan yang paling disayanginya.

Seolah mengerti kegelisahan ibunya, anak dalam kandungannya bergerak lebih kencang dan sering, seiring dengan perut nya yang berkontraksi perlahan.

"Astaghfirullah!" desisnya.

Nana menepikan mobil nya perlahan ke pinggir jalan raya. Perutnya terasa mengencang. Nana berdiam diri sesaat. Dipijatnya keningnya sekilas.

"Ya Allah, aku yakin bahwa Engkau tidak akan membebani seorang hamba di luar batas kesanggupannya."

Dielusnya perut nya sekilas. "Sayang, malaikat kecil mama. Kamu belum waktu nya lahir. Kamu tahu ya kalau mama sedang sedih. Maaf ya kamu jadi ikut sedih."

Nana terdiam sejenak. Mencoba menenangkan pikirannya. Dia menggumam kan salawat, beberapa surat pendek dan diakhiri dengan doa nabi Yunus yang selalu dibacanya saat hatinya yang sesak dan merasakan kesulitan.

Perlahan kontraksi di perut nya menghilang. Dengan segera, Nana melajukan kembali mobil milik suaminya itu.

***

"Hai, Mbak, baru pulang? Makan yuk?! Aku baru saja mencoba masak nih. Mungkin nggak seenak buatan mbak Nana, tapi aku yakin bisa dimakan tanpa keracunan," seloroh Dita sambil menuang sop ke dalam mangkuk besar di atas meja makan. Ternyata di samping sop, sudah tersedia telur dadar.

Aroma masakan Dita menguar di ruang makan. Nana memaksakan senyuman. Jika saja adiknya tidak mengkhianati nya, mungkin dia akan sangat bahagia dan menjadi bersemangat untuk melahap hasil masakan adik semata wayang nya itu. Tapi saat ini telah berbeda. Bagi Nana, masakan sang adik tak ubahnya seperti racun yang bisa menghilangkan nyawanya kapan saja.

"Aku sudah kenyang, Dit. Tadi kan makan di acara pernikahan anak kepala ruanganku," ujar Nana tersenyum.

Wajah Dita tampak kecewa. "Lah, percuma dong aku capek-capek masak kalau mbak Nana nggak mau makan?" sahut Dita sedih.

Nana hanya terdiam dengan perasaan yang berkecamuk. Ingin rasanya melabrak dan bertanya pada sang adik siapa yang lebih dulu menggoda, dia atau sang suami. Tapi tentu saja hal itu tidak mungkin dilakukan nya.

Nana sendiri tidak sanggup jika harus menginterogasi adiknya dalam situasi yang tidak tepat. Bisa-bisa adiknya ngeles dan tidak mau mengakui. Tapi yang jelas, Nana merasa muak dan malas melihat wajah adiknya yang menjadi musuh dalam selimut.

***

"Kamu kenapa sih, Yang?" tanya Rama saat laki-laki itu berbaring di samping nya.

Nana yang sedang duduk di sandaran ranjang dan membaca buku, akhirnya meletakkan buku nya diatas nakas.

"Aku kenapa maksudnya?!" tanya Nana bingung.

Rama menatap ke arah sang istri. "Tadi Dita cerita padaku kalau kamu nggak mau makan masakannya. Kenapa sih? Kamu enggak kayak biasanya lho! Kasihan adik kamu tuh sampai nangis tadi. Takut berbuat salah padamu," ujar Rama lembut.

Nana menatap sang suami dengan pandangan yang misterius.

"Tadi perutku mual. Enggak enak makan. Lagipula aku sudah makan di acara pernikahan anaknya kepala ruangan ku, Mas. Jadi aku nggak bisa makan lagi. Perutku terasa penuh dan kekenyangan," sahut Nana tersenyum.

"Oh, syukur lah kalau begitu. Berarti kamu nggak ada masalah dengan Dita kan?" tanya Rama menegaskan.

Nana menggeleng. "Nggak ada. Kenapa harus ada masalah dengan adik sendiri? Dita nggak melakukan kesalahan padaku kok. Yah, kecuali Dita sudah mencuri sesuatu yang berharga dariku. Nah, kalau seperti itu aku wajar kan kalau marah pada Dita," ujar Nana santai. Tapi mampu membuat wajah Rama memerah.

"Baguslah kalau begitu. Sesama saudara memang tidak boleh saling memusuhi," ujar Rama lalu mengganti lampu kamar dengan lampu tidur.

"Ya sudah, ayo tidur. Besok kamu dinas pagi kan?"

Nana menganggukkan kepala nya.

"Iya, Mas."

Nana pun berpura-pura memejamkan matanya. Dan tak lama kemudian saat suara dengkur Rama mulai terdengar, Nana perlahan bangun dari posisi berbaring nya. Nana mengibaskan tangan kanannya perlahan di depan wajah Rama dan setelah yakin bahwa sang suami sudah terlelap, dia mengambil ponsel Rama dan membuka discord aplikasi mobile legends lagi.

Nana membelalak saat membaca chat antara suami dan sang adik saat sore hari ini.

[Honey, pap dong. Kangen sekali dengan kamu. Kalau bisa yang s3ksi ya]

[Foto]

[Foto]

[Foto]

[Udah, Mas. Cantik nggak?]

[Wah, cantik banget. Kamu memang sangat mempesona, Honey. Bagaimana kalau 3 hari lagi kita staycation?]

Nana terbelalak membaca chat antara suami dan adik kandung nya itu. Apalagi foto yang dikirim oleh adiknya terbilang tidak senonoh, memperlihatkan area d4d4 dan p4h4.

"Astaghfirullah, mereka benar-benar keterlaluan! Sama sekali tidak menghargai ku," desis Nana marah. Tangannya terkepal.

[Oke, Mas. Aku mau banget. Kita staycation dimana?]

[Nanti juga kamu akan tahu. Jadi seperti kemarin, setelah pulang kerja, aku akan menjemput mu saat pulang kuliah dan kita langsung ke hotel.]

[Siap, Mas Sayang. Oh ya, tadi mbak Nana aneh deh. Masa saat aku tawarin makanan, dia hanya melengos dan langsung masuk kamar. Padahal aku tidak berbuat salah padanya, Mas. Apa Jangan-jangan mbak Nana tahu tentang kita?]

[Nggak mungkin kayaknya kalau kakak kamu tahu. Aku kan ngetreat dia persis ratu. Kamu juga masih manja pada kakak kamu. Mungkin kakak kamu ada masalah di rumah sakit.]

[Hm, entahlah. Pokoknya tumben-tumbenan mbak Nana tadi moodnya amburadul. Tolong kamu tanyain ya, Mas. Aku sedih nih, udah masak capek-capek, eh, malah mendapatkan perlakuan yang sengit.]

[Iya. Nanti pasti aku tanyakan pada kakak kamu. Yang penting tiga hari lagi kita staycation ya.]

Nana segera mengcapture chat discord itu dan mengirimkannya ke ponsel nya.

"Baiklah, Mas. Tiga hari lagi kamu akan melihat apa yang bisa kulakukan. Kelakuan kamu dan adik kamu sungguh tidak bisa dimaafkan!" ucap Nana geram.

Next?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status