Share

perselingkuhan 3

Akhirnya tangannya mengklik aplikasi mo bile leg en ds milik suaminya. Seketika jemari Nana seolah m em be ku saat melihat discord chat percakapan di aplikasi itu!

Terpampang jelas chat-chat yang tidak se no n oh di dalam discord itu.

[Apa aman jika kita chat di sini, Mas?]

[Aman. Pasti aman. Kakak kamu nggak akan cu r iga. Dia tidak tertarik dengan aplikasi permainan online. Dia itu cuma terlalu k ol ot dan p olo s. Tidak me nant ang sama sekali. Beda dengan kamu yang h o t, Honey. Kamu juga mampu mengimbangi aku saat bermain mo bile lege nds.]

[Emoticon menutup wajah malu. Mas, kamu nggak apa-apa kan kalau mengantar jemput aku kuliah? Aku sering dig o da berandal kampus. Naik ojek, bo ros, aku juga nggak bisa naik motor. Takut nab rak. Jalanan disini ramai, berbeda dengan di desa asalku.]

[Nggak apa-apa dong! Lagian kamu memang ca ntik. Wajar kalau banyak yang meng go da. Lagipula kita kan saling mencintai. Aku berkewajiban melindungi kamu, Honey! Emoticon kiss]

Nana merasakan janin di perut nya bergerak lebih cepat. Matanya mulai me man as. Tapi seperti apapun Nana merasakan dentuman di hatinya, dia tetap bersikukuh untuk mengetahui dan mengumpulkan bukti per sel ing ku han suami dan adiknya. Dia segera meng capture chat di discord dan mengirimkannya ke nomor HP nya sendiri.

Dengan dada berdebar, Nana meletakkan ponsel suami nya diatas nakas kembali lalu membaca hasil tangkapan layar itu di ponselnya sendiri.

[Mas, minta uang jajan ya. Aku ingin beli I-Ph one. Masa cuma mbak Nana yang dapat kal ung e m as. Aku juga mau lah!]

[Boleh, Honey. Apa sih yang enggak untuk kamu. Mumpung aku dapat bo n us ten der. Besok sepulang dari kampus, aku jemput ya. Tapi syaratnya kamu harus... Emoticon melet]

[Tentu saja, Mas. Tapi boleh dong ganti h o t el. Yang agak bagusan dikit]

[Boleh. Tapi biar aku yang menentukan ya. Karena aku harus memastikan bahwa h ot e l nya jauh dari rumah]

[Ehm, sebenarnya aku juga ingin kamu menikahiku, Mas. Aku rela kok berbagi dengan mbak Nana. Emoticon berkaca-kaca penuh harap.]

[Hm, Honey, bukan kah kita sudah sepakat untuk tidak membahas hal itu? Kita jalani saja dengan santai ya. Yang penting kamu harus tahu kalau kita saling mencintai.]

Nana menghela napas panjang. Memberikan waktu bagi hatinya untuk menerima semua hal m eny ak itk an yang diterimanya.

[Oh ya, sepertinya besok tidak mungkin. Kita nggak bisa kalau sering-sering bertemu di luar rumah dan pulang telat. Bisa-bisa kakak kamu cu r i* a. Seperti nya paling aman seminggu hari lagi ya, Honey. Sekalian beli I-Ph one.]

[Ck, ngalah lagi. Kamu nggak adil membagi waktu antara aku dan mbak Nana. Selaluuu mbak Nana yang diutamakan. Aku juga manusia biasa yang punya rasa cemburu. Aku juga ingin memberi tahu dunia kalau kita saling memiliki.]

Hanya sampai di sana tangkapan layar yang dikirim oleh Nana. Memang Rama dan Dita tidak selalu ngobrol di chat.

Nana berpikir sejenak. Dia tidak bisa me nya dap WA Rama karena mereka berkomunikasi di chat di sco rd. Tapi selintas ide muncul di benak Nana.

'Baiklah, Mas. Kamu ju al, aku be li!'

Nana segera mengetik pesan untuk Rinta.

[Rin, aku butuh bantuan kamu. Maaf menganggu tengah malam, tapi apakah kamu mengenal orang yang mengerti tentang kelistrikan dan G P S? Aku ingin memasang G P S di mobil mas Rama. Besok juga antar aku ke toko elektronik untuk membeli G P S ya. Terimakasih, Rin.]

Klik.

Terkirim. Centang satu.

'Pasti Rinta sudah tidur. Aku akan mengurus hal ini besok,' batin Nana. Dia kemudian berusaha untuk memejamkan mata meskipun sulit untuk terpejam.

***

"Mas, hari ini aku ijin bawa mobil ya, kamu bawa motor. Jadi biar aku yang mengantar Dita kuliah. Kamu ada kuliah pagi ini kan?" tanya Nana saat mereka bertiga sedang menikmati roti b a k ar untuk sarapan.

"Uhuk! Uhuk!"

Dita dan Rama terbatuk hampir bersamaan.

"Hm, loh kenapa Dit? Mas Rama? Aku salah ngomong?"

"Enggak. Emangnya kenapa motor kamu? Dan siapa yang nganter Dita kuliah?"

"Aku ada keperluan sama temen-temen. Untuk hari ini saja. Sepulang kerja mungkin aku akan pulang agak sore karena a n a knya k e p a la ruangan ku menikah. Jadi dan teman-teman akan menghadiri pernikahannya," ucap Nana menatap dengan serius ke mata Rama.

'Maaf, aku sudah ber bo h ong padamu, Mas. Tapi aku harus melakukan nya. Sakit bukan kalau tahu d ib oho ngi?'

"Lalu siapa yang akan mengantar Dita ke kampus?"

"Hm, Mas. Aku bisa kok naik ojek online. Jadi nggak usah khawatir," sahut Dita cepat. Sok baik dan cari perhatian.

"Aku yang akan mengantar kuliah Dita. Pulangnya bisa naik ojol kan?" tanya Nana balik.

Dita mengangguk meskipun berat. Rama masih terlihat berpikir.

"Baiklah, kamu bawa saja mobilnya hari ini." Rama memberikan kunci mobilnya ke arah Nana.

"Baiklah. Terima kasih, Mas. Aku akan menyetir dengan hati-hati."

"Aku hanya tidak ingin kamu dan a n a k kita kenapa-napa kalau kamu tidak hati- hati dalam menyetir mobil, Sayang."

"Tenang saja. Aku akan hati- hati. Kamu yang seharusnya berhati-hati juga menjaga hati kamu untuk aku, Mas. Jangan sampai orang lain ikut masuk di dalamnya," sindir Nana.

Rama seketika menghentikan suapannya.

"Apa maksud kamu ngomong seperti itu? Kamu nuduh aku s eli ngk uh, Na?" tanya Rama tegas, seketika suasana ruang makan menjadi t ega ng.

"Nggak. Tapi setelah ini aku melahirkan. Mas puasa sampai maksimal 60 hari. Belum lagi kondisi b a d an aku yang pasti melar setelah me lah ir kan. Apa kamu bisa menjamin untuk setia, Mas?" tanya Nana. Dia membalas tatapan Rama. Sehingga suaminya terlihat canggung.

"Aku akan tetap setia padamu seperti apapun kondisi dan apapun yang terjadi padamu, Yang," sahut Rama menggenggam tangan Nana.

Tiba-tiba, sreekkk!

Dita berdiri dan me n ar ik kursi nya.

"Hm, maaf menganggu ro ma nti sme kalian. Tapi aku ingat ada tugas kuliah yang belum selesai. Aku naik ojol saja, Mbak, Mas!" seru Dita lalu nyaris berlari meninggalkan Rama dan Nana. Tak diacuhkan nya seruan Nana yang meminta nya untuk berhenti.

"Dit, Dita! Tunggu! Ayo bareng mbak saja!"

***

Nana melihat dengan puas kearah mobilnya. Rinta baru saja meminta bantuan Dimas, tunangannya yang memasang G P S di mobil Rama.

"Terima kasih ya Rin, Mas. Aku tidak bisa membalas kebaikan kalian. Biar Allah saja yang membalasnya."

Dimas tersenyum. "Sama-sama, Na. Kemarin Rinta cerita tentang masalah kamu. Aku turut prihatin. Semoga segera mendapatkan solusinya.

Hm, kalau jadi berpisah, apa kamu mau ku kenal kan kakakku. Dia.. Aawwww!! Kenapa sih kakiku diin jak, Beb?" tanya Dimas mendelik kearah Rinta.

"Kamu itu nggak kasihan sama teman aku?! Dia sedang dikhianati suaminya. Kamu malah ingin mengenalkannya dengan kakak mu, Mas. Pasti Nana masih trauma lah," ujar Rinta. Dimas hanya meringis.

"Maaf, Na. Aku tidak bermaksud b u r uk."

"Aku tahu kok. Ngomong-ngomong, terima kasih sekali lagi ya atas bantuannya. Aku pulang dulu. "

Nana pun melajukan mobilnya ke arah rumah. Rencana selanjutnya telah tersusun.

"Sayang, kamu baik-baik ya di dalam. Mama akan selalu melindungi dan memastikan kamu bahagia walaupun papa mu di re but oleh tante kamu sendiri," ujar Nana mengelus p e r ut nya yang buncit.

Next?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status