Share

perselingkuhan 2

"Dia ... Adik dan suamimu kan? Kenapa mereka berdua keluar dari h o tel bersamaan?" tanya Rinta. Nana yang melihat foto di layar ponsel Rinta sontak terkejut dengan pemandangan itu. Tampak foto Dita dan Rama sedang berangkulan keluar dari pintu depan h ot el melati!

Rinta memang pernah beberapa kali ke rumah Nana. Gadis yang dua bulan ini berencana menikah itu, mengenal dekat dengan Dita maupun Rama. Jadi saat dia melihat keduanya keluar dari h ote l yang sama, Rinta dapat langsung mengenalinya mereka.

"Astaghfirullahalazim! Tidak mungkin!" desis Nana, berdebar. Wajah nya memucat. Gerakan j an in dalam p e r u t Nana bergerak lebih cepat, seolah tahu perasaan ibunya.

"Na! Nana! Astaghfirullah! Kamu kenapa?" Dengan cepat Rinta m eme luk rekan kerjanya itu erat-erat. Diusapnya bahu Nana dengan lembut.

"Na, maafin aku..." ujar Rinta dengan suara penuh sesal.

Air mata Nana mengalir deras. Dia menangis tanpa suara. Hatinya sakit sekali. Adik semata wayang yang telah dipercayainya sepenuh hati dan suami nya yang nyaris sempurna dalam benaknya telah menorehkan l uka yang begitu t aja m.

"Eng-gak. Kamu nggak salah. Aku malah berterima kasih. Kamu sudah memberi tahu tentang hal ini," ujar Nana terbata. Sejenak dia menghela napas panjang. Dunia nya jelas ru nt uh, tapi dia harus harus kuat demi kehidupan kecil dalam ra hi mnya.

Lagipula dia harus bertahan dan menyikapi dengan k epal a dingin tentang hal ini. Adik kandung dan suami nya sudah memainkan drama. Sekarang mereka hanya perlu menerima karma.

Nana melepaskan p elu kan Rinta lalu mengusap air matanya perlahan dengan punggung tangan.

"Ngomong-omong kamu kenapa ke h ot el melati itu?" tanya Nana.

"Oh, kemarin saat aku mas Dimas akan membeli nasi padang, kan warungnya ada di samping kanan h ote l. Karena tempat parkiran nya penuh, akhirnya mas Dimas parkir di samping luar pintu depan h ote l melati. Saat aku akan turun dari mobil, aku melihat adik dan suami kandung kamu, Na. Akhirnya aku foto saja. Kamu yang sabar ya," ujar Rinta menatap iba pada temannya.

Nana mengangguk. "Insyallah. Sekali lagi terimakasih atas informasi dan semangat nya."

"Hm, apa yang akan kamu lakukan sekarang?! Apa kamu akan mel abrak keduanya? Kamu kan sudah membuat buktinya?!"

Nana berpikir sejenak. "Enggak, Rin. Aku malas mengotori tanganku dengan me la brak adik dan suamiku. Tapi yang jelas, aku akan menggugat c erai mereka. Tapi tentu saja aku mencari bukti yang lebih valid.

Kamu tahu kan kalau seorang laki-laki tidak dapat dan ha ram menikahi kakak dan adik kandung bersamaan. Jadi jelas aku akan melepas mas Rama," ujar Nana, meraih tisu di sampingnya. Hidungnya memerah setelah menangis.

"Kamu kuat sekali. Kalau butuh bantuan atau apapun, kabari aku. Aku akan selalu ada untuk kamu, Na."

Rinta menjeda kalimat nya sejenak. "Melihat kejadian yang menimpamu, aku jadi takut menikah. Padahal aku sudah tunangan dengan mas Dimas, dan berencana menikah dua bulan lagi. Apa nanti mas Dimas akan mengkh ianati ku? Mengingat mas Rama yang terlihat bucin banget sama kamu bisa bertindak bo d oh seperti itu," ujar Rinta sedih.

Nana menghela napas panjang. "Tidak semua laki-laki sama. Ada kok laki-laki baik yang setia. Sehidup sesyurga. Semoga kamu mendapatkan salah satunya.

Yang penting setelah menikah, jangan sampai satu rumah dengan ipar. Baik dari pihak kamu maupun dari pihak suami kamu. Karena sebenarnya ipar adalah m au t. Aku juga teledor. Karena merasa kasihan pada Dita yang sebatang kara, akhirnya aku mengajak nya untuk tinggal bersama. Tapi malah terjadi hal-hal seperti ini," sahut Nana sedih. Nana menatap ke arah Rinta dengan serius. "Tolong rahasia- kan hal ini dari teman-teman ya. Aku tidak mau menjadi bahan gibah," sambung Nana.

Rinta mengangguk mantap. "Kamu bisa mengandalkan ku. Kabari jika kamu membutuhkan pertolongan, apapun itu, Na. Kita bestie. Kamu selalu membantu aku sejak SMA sampai sama-sama menjadi ASN di ru ma h s aki t ini."

***

Nana baru saja pulang dari dinas pagi saat dia melihat Dita sedang menonton tivi.

"Hai, mbak! Baru pulang kerja?!" sapa Dita tanpa mengalihkan pandangan nya dari tivi.

Nana menatap ke arah adiknya itu. Hatinya bergemuruh. Dia masih tidak mengerti kenapa adik yang begitu disayang dan dipercayainya tega mengk hian ati nya.

"Iya, aku membawa nasi padang nih. Makan bareng yuk. Mas Rama mana?" tanya Nana seraya berlalu ke dapur.

Dita beranjak mengikuti kakaknya.

"Mas Rama sepertinya keluar tadi, tapi nggak tahu kemana," sahut Dita pendek. Dia berjalan mengambil piring. Nana menangkap langkah kaki adiknya yang sedikit aneh.

'Dia pasti nye ri setelah melakukan hal itu,' batin Nana hanya bisa menghela napas, mengatur emosi.

"Kamu kenapa? Kok jalanmu agak aneh?" pancing Nana. Wajah Dita memerah.

"Uhm, aku.. "

Belum sempat Dita menyelesaikan kalimat nya saat terdengar suara Rama.

"Kamu sudah pulang ya, Yang?" tanya Rama mendekat. Ada beberapa kantung plastik di tangannya.

"Apa ini, Mas?"

"Oh, ya, tadi Mas chat kamu lho. Tapi masih centang satu. Mas servis sekalian nyuci mobil tadi. Dan saat melewati baby shop, mas beli beberapa baju untuk baby kita,” ujar Rama sambil mengulurkan kantung plastik putih ke arah Nana.

"Oh ya lupa, saat di motor sepulang kerja tadi, datanya ku mat ikan, Mas."

Nana mengelus perut nya sesaat, lalu melihat isi plastik yang dibawa sang suami. Dia tidak bisa membayangkan jika anaknya harus lahir tanpa seorang ayah.

'Seandainya kamu tidak berkh ianat, mungkin aku akan menjadi salah satu istri yang paling bahagia, Mas.'

Nana tersenyum. "Terima kasih, Mas. Aku ke kamar dulu untuk berganti baju dan menyimpan baju-baju ini. Setelah itu kita makan sama-sama ya," ujar Nana dan berlalu ke arah kamar.

Masih terdengar samar suara Rama. "Hari ini kan minggu, nanti sore jalan-jalan ke alun-alun yuk, Yang. Kata kamu kalau jalan-jalan bisa melancarkan pers alinan. Aku dan Dita akan menemanimu," ujar Rama.

Nana menoleh ke arah Rama. "Oke, Mas."

Nana duduk di ra nja ng kamarnya. Masih tidak percaya dengan perse lingk uhan suami nya. Adik dan suami nya tampak begitu menyayangi nya di rumah. Tak ada tanda-tanda mereka bermain belakang. Tak ada celah yang membuatnya bisa curiga. Sebenarnya sejak kapan mereka mulai melakukan hal itu?

***

Malam mulai merangkak semakin larut, hanya terdengar detak jam yang tergantung di dinding. Nana yang sedari tadi berpura-pura memejamkan matanya, akhir nya menoleh ke arah suaminya yang sedang terlelap. Sesaat dia terbawa suasana sehingga satu dua air mata lolos membasahi pipi.

Diusapnya air mata, lalu dia segera meraih pon sel sang suami. Mereka sudah sepakat untuk tidak saling memakai pasw ord. Jadi pasti dia bisa menemukan sesuatu di sini.

Dengan tangan gemetar, Nana membuka ponsel suaminya. Dijelajahi chat WA, dan ternyata aman. Dia pernah mendengar bahwa selingkuh juga bisa dilakukan di aplikasi lain. Dia pun membuka aplikasi inst agra m, ti kto k, sh opee, bahkan g ofood. Nihil semua. Nana nyaris putus asa untuk mencari cara menangkap ba sah suami dan adiknya.

Akhirnya tangannya mengklik aplikasi mo bile lege nds milik suaminya. Seketika jemari Nana seolah membeku saat melihat discord chat percakapan di aplikasi itu!

Next?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status