Share

BAB 2

“Tidak, mama tidak akan pernah mengizinkan kamu untuk bersama Dirra!” Suara perempuan paruh baya itu terdengar lantang di udara, suaranya menggema di dalam ruang tamu luas dan megah.

Dia duduk di sebuah sofa, matanya tajam, kerutannya mulai terlihat namun wajahnya tetap terlihat penuh wibawa, kecantikan itu tidak pudar dimakan waktu. Rahang yang tegas, sorot mata yang penuh dengan intimidasi.

“Aku sudah ngelakuin apa yang mama mau selama dua bulan terakhir, setelah papa meninggal aku mau melanjutkan usaha dan bekerja menggantikan papa. Mama berjanji akan membiarkan aku melakukan apa yang aku mau!” Kini pria muda di depannya berteriak balik, wajahnya diliputi dengan kemarahan, ada getar dalam suaranya yang mendadakan dia tengah menahan semuanya.

“Tapi bukan untuk bersama Dirra!”

Napas pria itu keluar satu-satu, dia berusaha untuk mengaturnya karena jujur saja dia benar-benar diluar kendali sekarang. Dia bisa melakukan banyak hal termasuk menyakiti ibu kandungnya sendiri.

Janggala sudah berusaha melakukan yang terbaik atas permintaan ibunya agar bisa bersama Dirra.

“Dirra itu dari keluarga tidak terpandang! Apa kata orang jika mereka tahu menantu keluarga Tantra bukan dari keluarga yang tersohor?!”

“’Aku gak peduli! Aku cuma mau Dirra!”

“Kamu bisa gak peduli, tapi semua petinggi perusahaan termasuk mama cukup peduli akan hal itu. Sudah jangan bicara omong kosong, jangan tambahkan keburukan keluarga kita setelah ayah kamu membawa anak haram masuk ke rumah ini! Lupakan Dirra dan fokus pada perusahaan saja!” Ucapan ibunya seperti sebuah ultimatum pada Janggala, wanita paruh baya itu pergi meninggalkannya seorang diri di ruang tamu.

Janggala mengacak rambutnya frustasi.

Ini tahun kedua dia dan Dirra berpacaran, sejak mereka bersama sampai hari ini orangtuanya tidak pernah menyetujui hubungan keduanya. Tidak ada yang salah dengan Dirra, kecuali hanya karena dia lahir dari keluarga biasa-biasa saja.

Dia mengecek lagi ponselnya, selama dua bulan terakhir dia tidak menghubungi Dirra bahkan tidak membalas pesannya. Tidak ingin fokusnya pada pekerjaan teralihkan, karena sekali saja dia membalas pesan Dirra, yang hanya ingin dia lakukan adalah bertemu dengan perempuan itu.

Dua hari lalu Dirra menghubunginya berkali-kali tidak seperti biasanya, dia mengirimkan pesan yang begitu banyak dan isinya sama. Dia ingin bertemu.

Janggala juga ingin bertemu, tapi tidak sekarang.

Dia mendengus kesal, seandainya dia punya kemampuan lebih untuk membangkang ibunya, dia pasti lakukan. Dia ingin kawin lari bersama Dirra, namun dia juga tahu kalau Dirra perlu dinafkahi. Dia ingin segera menyelesaikan kuliahnya dan pergi jauh dari keluarganya bersama Dirra.

Ponselnya bergetar lagi, nama Dirra muncul lagi disana.

Ini masih pagi dan Dirra sudah menghubungi lebih dari sepuluh kali, nampaknya begitu genting.

Gala, aku di depan rumah kamu.

Pesan itu masuk dan Janggala membeku, ada apa?

Dia berlari ke ruang depan setelah membaca pesan itu, samar-samar dia mendengar suara ibunya tengah memaki dan berteriak-teriak kencang.

“Pergi! Saya gak akan sudi menikahkan anak saya dengan putri dari keluarga biasa saja!” Wanita paruh baya itu memekik dengan kencang, tangannya dia acungkan dengan tinggi memberi isyarat pada ketiga orang di depannya untuk hengkang dari kediamannya.

“Dirra?! Ayah? Ibu?” Janggala berseru, mendekati ibunya yang kemudian meminta penjaga menghadang pria itu lebih mendekat. Janggala terkejut dengan perlakuan ini.

“Anak saya tidak menghubungi selama dua bulan seharusnya kamu tahu alasannya!”

Dirra tengah menangis dipeluk ibunya, sedangkan wajah ayahnya begitu marah menatap Janggala yang tidak mengerti duduk perkaranya.

“Anak ibu harus bertanggung jawab, bagaimanapun janin yang dikandung anak saya adalah darah daging Janggala!”

Bagai petir di siang bolong Janggala terkejut mendengar ucapan ayah Dirra, matanya melotot dan mulutnya menganga.

“Dir, apa maksudnya?” Tanya Janggala, berusaha mencari jawaban dari Dirra yang masih memunggunginya dan menangis.

“Gak, saya gak percaya! Bisa saja itu bukan darah daging anak saya, mana saya tahu anakmu menjual diri pada orang lain atau tidak?”

Tangan ayah Dirra hampir melayang untuk menghantam ibu Janggala namun sebuah tamparan di pipi lebih dulu sampai pada ibu Janggala. Pipi wanita memerah, matanya terbelalak karena terkejut. Gerakan itu begitu cepat sehingga dia tidak mampu bereaksi.

Ibu Dirra menamparnya dengan keras sampai kupingnya berdengung.

“Jaga ucapan anda. Anak saya hanya melakukan itu dengan anak anda karena perasaan cintanya. Anak saya tidak semurahan yang anda kira.” Ucap wanita itu, tanpa membentak namun suaranya begitu tegas.

“Pergi! PERGI KALIAN! SAYA TIDAK AKAN MERESTUI HUBUNGAN JANGGALA DENGAN DIRRA SAMPAI KAPANPUN!” Ibu Janggala berteriak, meminta para satpam untuk menarik pergi ketiga orang dihadapannya.

“Kami akan pergi, tapi, hei Janggala! Kalau kamu memang seorang pria yang bertanggung jawab atas anakmu sendiri, kamu seharusnya tahu apa yang harus kamu lakukan.” Ujar ayah Dirra sambil menarik tangan Dirra yang kini mulai menoleh pada Janggala, mata keduanya bertemu.

Janggala masih terdiam di tempat, mencerna apa yang terjadi.

Dirra hamil?

Dia akan menjadi seorang ayah?

Tubuhnya bergerak, hendak mengejar Dirra namun dihentikan oleh para satpam bertubuh jauh lebih besar darinya.

“Diam Janggala, jangan mau termakan ucapan bodoh orang miskin seperti mereka!” Ibunya berkata dengan penuh amarah sambil masih memegang pipinya yang kini samar-samar terlihat bekas tangan ibu Dirra.

“Dirra hamil anakku, ma!”

“Persetan! Anakmu atau bukan, mama gak butuh! Mama gak mau punya cucu dari seorang wanita miskin seperti dia!”

Janggala berusaha melepaskan dirinya dari kedua satpam yang masih mencengkramnya, dia berusaha dengan kuat hingga akhirnya terlepas, dia berlari sekuat tenaga mengejar Dirra yang sudah masuk ke dalam mobil.

“Dir! Dirra!” Dia memanggil nama itu, kedua satpam di belakangnya kini mengejar.

“La! Gala!” Dirra hampir keluar dari mobil namun kedua orangtuanya menahan.

Mobil itu terus melaju meninggalkan kediaman keluarga Tantra.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status