Share

33. Melukis adalah profesi orang buta

Tanpa perlu pikir panjang, Haidar langsung menjawab pertanyaan pria paruh baya dengan rambut klimis di hadapannya. Matanya beralih dari sang ayah yang memandangnya intimidatif lalu beralih ke sang ibu yang tak kalah intimidatif dan horor.

“Terima kasih tawarannya Dad. Mohon maaf dengan berat hati aku menolak untuk menduduki posisi penting tersebut.”

Haidar menjawab dengan santun, khawatir salah kata.

Suasana mulai menegang. Aura Elia dan Edi mulai terasa kelam.

“Apa kamu mau menjadi CEO begitu?” cetus Edi dengan tersenyum miring. Dalam benaknya, mungkin Haidar ingin menempati posisi penting nomor satu, menjadi CEO, bukan nomor dua atau wakilnya.

“Bukan seperti itu Dad. Aku tidak memiliki kompetensi dalam bidang itu. Aku lulusan seni rupa dan profesi yang kujalani sesuai dengan ilmu yang aku miliki, pelukis,”

Haidar tersenyum tipis dengan perasaan yang gugup.

‘Bagus adikku, kamu jangan ikut-ikutan dua orang serakah di depanmu,’

Haikal tertawa girang dalam hati tentunya.

Mungk
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status