Share

Bab 114: Musuh yang Sesungguhnya

Mendengar ucapan Satya, Mahendra melengos. “Jangan salahkan orang lain atas kemalangan yang menimpamu,” ujarnya setelah kembali bersitatap dengan Satya. “Aku memang menginginkan pabrik itu. Tapi aku tidak segila itu sampai membunuh kakakku sendiri.”

“Bagaimana dengan kebakaran di kantor pusat Hadikusumo?” Tatapan Satya menusuk kedalaman mata Mahendra.

Tiba-tiba Mahendra bangkit sembari menatap nyalang keponakannya. Detik berikutnya, telapak tangannya mendarat sempurna di pipi Satya, menimbulkan bunyi nyaring yang menyakitkan. “Bocah kurang ajar! Tunjukkan buktinya kalau aku yang membakar kantor pusat Hadikusumo!”

Satya mengelus pipi yang terasa panas. Mati-matian dia menahan diri agar tinjunya tidak melayang. Lelaki tua di hadapannya benar-benar nir adab. “Saya hanya memastikan. Kalau memang Paklik tidak melakukannya, kenapa harus marah?”

“Dengar, jangan pernah menemuiku lagi! Cukup hari ini kamu menampakkan wajahmu di hadapanku.” Nyala api di mata Mahendra semakin membesar. “Seka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status