Tiba di perusahaan tempat Arzov bekerja, Nana segera keluar dari mobil."Ini, Pak," katanya sembari menyodorkan uang berwarna biru. Setelah itu, ia keluar dari mobil taksi tersebut dan langsung memasuki lobi. Ia berjalan sebentar dan bertanya kepada salah seorang karyawan yang ada di sana."Permisi. Saya mau bertemu Pak Arzov, kira-kira ada di ruangan mana, ya?" tanya Nana."Oh, Pak Arzov, ya? Tadi saya lihat beliau saat makan siang keluar."Nana yang mendengarnya pun langsung kesal. Ia mengepalkan salah satu tangannya dengan bibir mengerut dan tatapan tajam penuh amarah."Beraninya dia membohongiku!" umpatnya.Nana menoleh kembali kepada karyawan tersebut. "Terima kasih." Ia melangkah pergi dari sana dan langsung membuka ponselnya.Kali ini, ia benar-bensr merasa tertipu. "Aku pikir dia sungguh sibuk bekerja, ternyata bohong!" Nana mendengus kesal.Ia mengangkat ponselnya ke telinga setelah menekan tombol untuk menelepon.Saat itu Arzov masih berada di luar ruangan. Dering ponsel y
Kepala pelayan itu mengusahakan sesuai dengan keinginan Zsalsya. Walaupun, pada akhirnya beberapa helai rambut yang nyangkut pada kancing baju Endrick itu harus dipotong paksa."Maaf, Nona," kata kepala pelayan sembari memotong beberapa helai rambut yang menyangkut itu."Argh!" Zsalsya meringis menahan sakit pada rambutnya yang ditarik oleh kepala pelayan tersebut. Memotong bagian ujung rambut susah dilepaskan dari kancing yang membuat Zsalsya kesal.Setelah berhasil, Zsalsya segera berdiri dari tubuhnya yang agak membungkuk."Kamu tidak kenapa-kenapa?" tanya Endrick kepada Zsalsya sembari menatap wajah wanita yang ia targetkan untuk menjadi istrinya itu.Berbeda dengan Zsalsya yang mau menjalin hubungan karena ada tujuan balas dendam yang ingin segera ia tuntaskan sesegera mungkin. Gatal pada tangannya membuatnya kian tidak sabar untuk membuat Arzov menyesal."Sedikit sakit saja.""Selama tidak sampai keluar darah, itu tidak apa-apa," sahut Endrick dengan santainya.Zsalsya semakin t
Sampai di rumah, Endrick dan Zsalsya memasuki kediaman Rosmala. Kepala pelayan mengikuti di belakang mereka. "Haaahh, rasanya menyenangkan bisa menghirup aroma segar!" ujar Endrick seraya menghirup aroma lavender dalam ruangan tersebut.Aroma kesukaan Endrick dan Rosmala memang sama. Mereka sangat menyukai aroma lavender, karena bagi mereka aromanya sangat menyegarkan.Jujur. Zsalsya sendiri juga menyukainya. Ia amat suka aroma bunga yang menyegarkan. "Karena kondisi kaki saya yang seperti ini, kita tinggal di kamar lantai bawah saja."Endrick menoleh ke belakang. "Herny, tolong bersihkan kamar di lantai bawah yang bersebelahan! Kami akan tinggal di kamar itu!"Supaya dirinya dapat dengan mudah memanggil Zsalsya, ia memutuskan untuk tinggal pada kamar berbeda tetapi berdekatan. Sebab, jika jauh, maka Zsalsya akan kelelahan bolak-balik kamar."Apa? Kenapa harus berdekatan begitu?" batin Zsalsya seraya menunjuk ke dirinya sendiri.Zsalsya merasa bahwa jika tinggal berdekatan semacam i
[Tante, mereka tidak ada di ruangannya. Tadi aku sempat melihat Zsalsya dan Endrick pergi!] Arzov yang sedari tadi mengintip pun memberikan laporan kepada Kyora. Kyora yang mendengarnya langsung mematikan rokoknya. Ia menekan rokok itu di asbak.[Kurang ajar! Aku segera ke sana!]Tuutt. Kyora mematikan sambungan telepon itu, ia beranjak dari duduknya dan langsung melangkah pergi. Tetapi, baru saja selangkah, kepalanya sudah terasa pusing. Ia melihat meja yang ada di hadapannya menjadi banyak. "Sialan! Apa aku terlalu banyak konsumsi ganja dan minuman?" gumamnya seraya memegang kepala. Beberapa kali ia memejamkan mata lalu membukanya dengan penuh penekanan. Namun, rasa pusingnya tak kunjung hilang.Ting-Tong!Bunyi pintu terdengar nyaring. Kyora yang tengah di bar dalam rumahnya pun segera berjalan ke pintu untuk membukanya, tetapi kepalanya yang pusing membuat langkahnya tidak beraturan. Ia sempoyongan dan nyaris ambruk. Tetapi, ia buru-buru memegang ujung meja yang berdekatan
"Sini kamu sama Mama!" kata Rosmala mengambil alih posisi Zsalsya yang tengah memegang bagian pegangan dekat sandaran. Zsalsya tidak bisa berbuat apa-apa selain diam dengan segala tanya dan kebingungan yang kini menghantui pikirannya.Ada rasa aneh, sedih dan tidak tahu bagaimana membuat Rosmala agar tidak salah paham dan mengembalikan sikap baiknya yang dahulu sempat hadir dalam hidupnya."Ma, jangan begini dengan Zsalsya. Dia itu ....""Sudah. Pas kamu sakit, dia ke mana? Kamu harus ingat itu! Malah ada wanita lain yang bahkan lebih peduli dengan kamu!" jelasnya.Memang benar. Zsalsya pun sadar akan hal itu. Ia sendiri tidak menjenguk Endrick jika bukan karena Herny -- kepala pelayan yang datang ke ruangannya dan memberitahukan sesuatu.Bukan karena tidak ingin. Tetapi, keadaanlah yang membuatnya tidak bisa menjenguk Endrick. Ia tidak tahu di ruangan atau rumah sakit mana Endrick dirawat.Ketika membuka mata, ia hanya melihat sosok Arzov yang kini telah menjadi mantan kekasihnya. T
Rosmala tidak berbicara apapun lagi. Ia memilih diam karena alasan yang menurutnya kuat terpatahkan oleh jawaban Endrick yang jauh lebih kuat dan masuk akal."Benar juga. Siapa sebenarnya wanita itu? Aku tidak mengenalnya, tapi kenapa dia seolah kenal dan tahu sekali? Tidak mungkin juga kalau itu hanya kebetulan," batinnya.Zsalsya dan Endrick terus berjalan, tetapi Zsalsya masih memikirkan perkataan Rosmala yang cukup menusuk hatinya. Ia merasa tidak enak tinggal di sana."Mas, saya mau tinggal di tempat yang lain saja. Tapi, boleh saya pinjam uang, soalnya saya belum gajian," ucap Zsalsya tiba-tiba.Saat itu, Zsalsya memang belum gajian. Ini adalah tanggal tua, dimana hanya tersisa beberapa rupiah, itu pun ada di tas yang mungkin lembarannya sudah menjadi abu.Kejadian itu menghanguskan semua barang miliknya. Walaupun ponsel sudah ada gantinya, tetapi ia merasa sangat berhutang kepada Endrick yang memberikannya ponsel yang tampaknya sangat mahal.Terlihat dari style ponsel yang slim
"Ma!" seru Endrick ketika dirinya belum mendapat kepastian apapun dari Rosmala.Rosmala masih terdiam. Ia menatap wajah Endrick yang tampak serius meminta kepadanya.Bagi Endrick, izin Rosmala sangat penting, sebab dari kecil ia hanya hidup bersama Ibunya. Tidak ada orang lain yang membantu kala dalam keadaan sulit.Tetapi, di samping itu, ia juga memiliki keinginan. Ia tidak mau menyerah begitu saja dengan penolakan yang diberikan oleh Rosmala. Apapun akan ia lakukan, karena keyakinannya akan sesuatu. "Ya sudah. Terserah kamu. Mama capek!" jawabnya ketus.Rosmala membalikkan badan, ia melanjutkan langkah kakinya menaiki yang sebelumnya sempat tertunda karena ada Endrick yang mau bicara dengannya.Sembari berjalan, ia terus memikirkan perkataan Endrick sebelumnya. Endrick yang sudah mendapat izin dari Rosmala pun langsung memutar kursi rodanya. Ia bergegas menuju pintu untuk menyusul Zsalsya yang ada di halaman rumah.Ia bisa menduga Zsalsya masih ada di sana karena dirinya sudah me
"Percaya deh, sekarang aku pasti akan melakukan yang terbaik, asal kamu mau meminjamkan uang lima juta!" kata Rejho, terus mencoba merayu Kyora yang saat itu dalam keadaan mabuk.Kyora yang terkadang berbicara melantur membuat Rejho agak kesulitan untuk menanganinya. Sedangkan dirinya sangat membutuhkan uang, demi bisa melunasi utang judinya yang belum lunas."Kamu pulang saja ... saya tidak mau bertemu siapapun!" usirnya.Di tempat lain, Arzov yang terus menunggu kedatangan Kyora sampai sore pun membuatnya kecewa karena tak kunjung datang. "Kenapa Tante ini tidak datang-datang!"Kyora yang tak kunjung menemuinya ke ruang sakit itu membuatnya segera meninggalkan tempat dirinya janjian.Sampai di tempat parkir pun rupanya tidak ada mobil Kyora. "Tidak mungkin kalau Tante lupa."Arzov tidak tahu jika sebenarnya Kyora tengah mabuk berat, sehingga tidak bisa bepergian kemana-mana.Namun, begitu Arzov pergi dari sana, Firman yang menurutnya waktu yang tepat untuk menjenguk membuat dirinya