‘’Val, apa tadi malam Leo tidur di sini?’’
‘’Memangnya kenapa, Mi?’’
Naya ingin mengatakan bila Vania menangis meraung-raung di kamar. Namun tampaknya, tanpa diucapkan pun Valerie telah memahami situasi di balik pertanyaan Naya.
‘’Apa kamu akan kembali lagi dengan Leo? Atau… ingin mencari suami baru?’’
Sebenarnya, dua pertanyaan itu tidak pernah terlintas di kepala Valerie sama sekali.
Hidupnya kini hanya untuk Ryan. Bayi malang itu segalanya bagi Valerie sekarang.
Valerie tidak mau memikirkan pengganti Leo ataupun
Sudah satu jam Vania menunggu di ruang tamu. Menahan lapar dengan perasaan gundah, tapi batang hidung Leo belum kelihatan juga.Pikiran Vania sudah berkelana kemana-mana. Dugaan terkuat saat ini, yaitu Leo berada di apartemen Valerie.Masa lalu bagaimana Vania menangkap perselingkuhan mereka, membuat Vania sangat trauma.Tapi tidak, itu tidak mungkin. Karena sekarang, mereka telah bercerai dan Leo tidak mungkin mengulang kesalahan yang sama.Vania betul-betul dilanda dilema.Waktu berlalu hingga bertambah menjadi satu jam kemudian.Vania sudah tidak bisa menunggu. Vania pun segera berganti baju dan
‘’Apa kamu tidak rindu aku, Mas?’’ lirih Valerie di tengah ciuman panas itu.‘’Sangat. Menurutmu kenapa mas di sini?’’‘’Apa kamu tidak ingat kalau kita sering mandi bersama? Berenang tanpa busana?’’‘’Mas ingat, Sayang,’’ desah Leo mengawang. Semakin diingat, semakin panas pula Leo menautkan bibir keduanya.Leo menahan wajah Valerie. Menyusupkan tangan ke tengkuk Valerie, memperdalam ciuman mereka hingga tanpa sadar handuk Valerie turun begitu saja.Napas Leo kian memburu ketika payudara kencang itu terlihat.
‘’Kalau iya kenapa? Dia juga pernah jadi suamiku.’’‘’Dasar jalang!’’‘’Biarpun aku jalang, tapi aku jalang yang bisa mewujudkan keinginan mertua kita.’’Emosi Vania seakan memuncak seiring Valerie menghempaskan tangannya disertai senyum tipis.Vania terpaku di tempatnya berdiri. Dahulu, Vania lah prioritas Naya dan Arka. Namun kali ini, lidah Vania seakan kelu tak mampu menyangkal, bila ucapan Valerie memang benar.‘’Ini, aku ingin mengembalikan ponselnya yang ketinggalan.’’‘’Ka
‘’Tunggu!’’Alin menghentikan Valerie yang ingin masuk ke dalam mobil.Baru ini Alin berbicara dengannya padahal sebelumnya tak pernah.‘’Ada apa, Kak?’’Manik Alin tertuju pada lantai dua di rumah itu. Tidak ada yang tau kecuali dirinya apa yang terjadi Vania.Vania seperti orang stress, bicara sendiri dan seperti orang ketakutan. Dan Alin yakin semua itu disebabkan karena Valerie.Dari kaca mata Alin, Valerie adalah wanita baik. Namun semua yang menimpa Valerie telah merubahnya menjadi wanita jahat tak berbelas kasih lagi.
‘’Kak, apa yang terjadi pada Vania?’’Leo kaget begitu tiba di kamar, Vania sudah terbaring di tempat tidur sementara Alin tengah membersihkan kamar.Alin sengaja tidak menyuruh ART karena, khawatir mereka mengadu pada Naya dan Arka.‘’Kayaknya kakak gak perlu jelasin lagi deh.’’Alin berhenti mengayunkan batang sapu. Dan lebih tertarik menatap Leo layaknya singa lapar yang tengah melihat seekor rusa.Leo pura-pura tidak tau atau memang masa bodoh terhadap Vania, yang jelas Alin tidak menyangka bila cara Leo menyakiti Vania, melebihi cara Rendi menyakitinya.
Dua minggu berlalu…Sekalipun tubuhnya masih lemah, Vania berusaha menyiapkan keperluan Leo untuk ke kantor.Mengabaikan hati dan perasaannya, demi menjalankan peran sebagai seorang istri.Sedangkan Leo, sibuk menghubungi Valerie.Nomor lama maupun baru, keduanya masih saja tidak aktif.Leo dibuat tak tenang dan Leo langsung merubah ekspresinya saat Vania menghampiri.‘’Kamu sudah baikan?’’Vania mengangguk lemah namun wajahnya masih pucat. Lalu segera pergi karena melihat nama Valerie muncul di gawai.
‘’Lalu bagaimana dengan yang kemarin? Apa itu juga termasuk pelecehan?’’Leo bicara dalam jarak beberapa senti saja dengan wajah Valerie. Tapi Valerie membuang wajah ke arah berlawanan tak mau menjawab pertanyaa konyol Leo.‘’Jawab, Sayang. Apa itu juga termasuk pelecehan? Bukankah kamu juga menikmatinya?’’Valerie kian terdesak karena Leo kian menempelkan tubuhnya hingga mengenai payudara Valerie.‘’Mas, sakit! Lepaskan aku!’’‘’Mas akan lepaskan bila kamu berjanji untuk tidak menghindari mas lagi.’’
‘’Papi, mami, izinkan Valerie kembali ke Jakarta, ya.’’‘’Kenapa, Nak? Apa kamu tidak betah di sini?’’ tanya Arka.Sementara itu, Naya hampir tersedak mendengar Valerie bicara demikian. Ryan dalam gendongan sang kakek pun, ikut melihat sang ibu.Bukan tanpa alasan Valerie mengundang Arka dan Naya ke apartemenya. Tujuan Valerie memang ingin membahas hal ini.‘’Atau, karena kamu tidak nyaman dengan posisimu sekarang?’’Kediaman Valerie membenarkan dugaan Naya.‘’Sudah cukup Valerie berada di tengah-tengah