"Berikan 500 juta untuk semalam!" Selena terpaksa menjual tubuhnya kepada pria tua untuk mendapatkan uang 500 juta. Setelah tanpa sengaja ia menjatuhkan guci kesayangan Aditya, pimpinan perusahaan tempatnya bekerja. Ia dikasih dua pilihan, membayar 500 juta atau dipenjara. Namun, ternyata pria yang membelinya itu bukan pria tua, tapi pria muda dan seorang CEO perusahaan ternama. Pria dingin, kejam dan irit bicara. Hingga kesalahan semalam itu membuat Selena harus mengandung anak Sang CEO. Siapakah Sang CEO yang menjadi ayah dalam kandungannya? Baca di Pria Yang Kucumbu Malam Itu Ternyata Bosku
View MoreSetengah memaksa, paman Grove mendorong bahu Selena masuk, kemudian cepat-cepat menutup pintu kamar.Sial! Harus terkurung di ruangan neraka ini lagi. Maunya mereka ini apa sebenarnya? Selena menggerutu dalam hati."Pak Aditya," panggil Selena dengan menekan nada suaranya, melihat Aditya rebahan di ranjang, sekujur tubuhnya hampir tertutup selimut.Karena tidak mendengar sahutan, Selena pun mendekatinya. Tampak Aditya seperti tertidur pulas saja. Dalam hati langsung menggerutu kesal, sampai mengutuki dirinya yang mau-mau saja di manfaatkan."Pak Aditya, untuk keperluan apa Anda menyuruh saya tengah malam kemari?" Selena bertanya ketus, membuang muka."Ahhh, Selena. Aku mohon jangan pergi!"Selena menoleh cepat. Astaga, dia bisa memahami kata-kataku tadi gak seh? Orang bertanya kenapa di suruh kemari, malah dijawab lain! Selena menarik salah satu sudut bibirnya. "Saya bertanya---""Selena, aku mohon jangan tinggalkan aku. Aku berjanji tidak akan bersikap kasar, asal kamu segera mening
"A-apa? Kenapa Ayah mau-mau saja menerimanya?" gusar Selena mendengus kesal."Ayah tidak mau, Selena. Namun, belum lagi menyentuh cek yang diletakkannya di atas meja, mereka sudah pergi. Gini saja, kamu saja lah yang mengembalikannya ke Aditya itu, Selena," ujar sang Ayah bingung juga untuk apa diberikan uang sebanyak itu."Ayah jadi takut ada niat lain Aditya padamu dengan cek itu nanti, Selena.""Iya, Yah. Tapi aku tidak bisa mengembalikannya, Yah. Aku sudah tidak pernah bertemu dengannya lagi, bahkan nomor teleponnya saja tak ada lagi aku simpan.""Nomornya nanti aku suruh adikmu kirimkan, ya. Tolong kamu kembalikan saja cek itu padanya. Besok setelah adikmu mencairkannya langsung ditransfernya padamu.""Tapi aku---""Udah dulu ya, Selena. Kebetulan Kang Sujono mengajak Ayah ke desa sebelah tadi. Dia sudah menunggu di depan."Seiring sambungan ponsel langsung terputus. Selena menggeram kesal, entah marah kepada siapa sekarang.Beberapa menit hanya mematung sebelum menjatuhkan tubu
Lantas menoleh ke samping, menunggu respon Aditya. Tapi, sang Bos hanya diam tak berkutik. Selena sulit mengetahui Aditya setuju gaknya dengan persyaratan Tuan Collins tadi."Jawab!" titah Tuan Collins lekas menarik tongkat di samping kursinya, kemudian mengulurkannya ke arah Aditya namun tidak sampai menyentuh dada bidang Aditya.Selena terusik dengan sikap tidak ramah Tuan Collins itu, menurutnya tidak harus memaksa Aditya harus mengiyakan keinginannya."Pak Aditya, Anda jawab saja pertanyaan Tuan Collins. Kalau tidak mau tinggal bilang tidak mau saja," bisik Selena merapatkan bibirnya ke daun telinga Aditya."Aku jelas tidak maulah! Aku tak mau tahu dengan gadis yang mau di jodohkan," sahut Aditya juga berbisik dengan menempelkan bibirnya di telinga belakang Selena."Benar. Anda bilang saja masih akan mencari kekasih dan anak Anda itu. Mungkin dengan begitu Tuan Collins tidak memaksa." Kemudian Selena menarik tubuhnya menjaga jarak dengan Aditya."Aku tidak mau dijodohkan, Kek. Aku
Kedua mata Selena membulat sempurna. Ia tak bermaksud menuduh Tuan Collins berbohong, atau mengarang cerita. Ia hanya belum bisa yakin Hendra tega melakukan itu."Maafkan saya, Tuan. Saya tidak bermaksud seperti itu," ujarnya jadi merasa kurang nyaman."Yah, aku paham, Selena. Nanti aku bicarakan lagi dengan Hendra. Atau, bila perlu kamu juga ikut bicara dengannya nanti," ucap Tuan Collins manggut-manggut."Tidak bisa, Kek. Selena tidak perlu bertemu apalagi bicara dengan Hendra. Jelas tadi Selena sudah mengakui tidak memiliki hubungan apapun dengan Hendra. Nanti aku saja yang bicara pada Hendra," sela Aditya dengan wajah lantas memerah dan menegang, hatinya lantas terbakar api cemburu. "Ada apa denganmu, Aditya? Kamu mau memerintah ku? Jelas Selena punya kepentingan bicara dengan Hendra! Kamu? Cukup menghandle perusahaan saja selama Selena ikut denganku, paham!" berang Tuan Collins mengangkat tongkatnya ke atas meja. Mengulurkannya ke arah Aditya, hingga ujung tongkatnya hampir men
Meski merasa tidak perlu mengulanginya namun tatapan pria berusia hampir sebaya dengan paman Grove itu, seolah memaksa Selena memperjelasnya lagi. "Benar, Tuan. Saya Selena, sekretaris pribadi pak Aditya," sahut Selena sangat gugup dan kaku.Meski terbiasa dekat dengan orang besar seperti Tuan Collins, Hendra dan Aditya, tapi berbicara langsung dengan Alberto, pria pemilik hotel bintang lima itu terasa kaku.Aditya menarik tangan Selena agar duduk, kemudian memiringkan kepalanya ke arah Selena. "Tidak perlu disahuti, memang kebiasaannya begitu," bisik Aditya, di angguk-i Selena. Raut wajah Aditya tampak masam melirik paman Alberto tak senang.Selena bingung memposisikan dirinya diantara ketiga orang tersebut. Entah kenapa Aditya harus membawanya ke sana. Iapun yakin tidak ada hubungan pertemuan itu dengan dirinya. 'Sial! Andai aku bisa pergi saja!' Mendecak pelan. 'Kurasa Aditya hanya tidak berani bertemu dengan Tuan Collins maka memaksaku harus ikut.' Dalam pikiran Selena."Hmm, seb
Bella tertawa cekikikan seraya menutup mulutnya. Selena menatap tidak senang diikuti mendecak kesal berpaling muka."Yah, seumur-umur bekerja di sini, pak Aditya tidak pernah bicara intens dengan pegawai wanita! Alih-alih menginjakkan kakinya di sini cuma memanggil sekretarisnya," tutur Bella mewakili rasa penasaran pegawai lainnya yang melihat Aditya kemarin."Yah, aku tidak tahu!" Cuek Selena menjawab, mengedikkan kedua bahunya. "Kalau perlu sekali, nanti coba aku tanyakan ke pak Aditya, " lanjutnya menghabiskan isi gelasnya."Ehh, jangan!" buru Bella menarik tangan Selena yang beranjak dari kursinya. "Tidak perlu, Selena." Bella menggaruk-garuk pelipisnya salah tingkah. Selena menyipit menelisik di wajah Bella, kemudian bertanya, "Lalu?""Mmm, tapi janji jangan marah ya!" Selena yang tiba-tiba penasaran cuma mengangguk patuh, memelototi pipi cabi di depannya."Atau jangan-jangan pak Aditya menyukaimu, Selena? Karena selama aku bekerja di sini, pak Aditya tidak pernah mau punya se
Ahk! Kwitansi pembelian postinur waktu itu! Aku kan membelinya setelah keluar hotel hari itu! Pikirnya."Aku ingat, aku masih menyimpannya di dompet garis-garis coklat itu!" Selena gegas keluar dari dalam hotel, ia tidak sabar memastikan melihat hari dan tanggal di kwitansi apotik ia membelinya.Sekarang ia hanya harus meninggalkan hotel Reno sebelum Aditya melihatnya di sana. Selena mengeluarkan ponsel dari tasnya. Namun, seseorang menarik tangannya yang bersiap lari ke pangkalan ojek on-line di depan hotel Reno.Selena refleks menoleh ke belakang."Pak Aditya?" pekiknya langsung memucat. Pikirannya tertuju ke Aditya yang ia lihat di ruangan pengawasan cctv tadi. 'Apa dia melihatku dari cctv tadi?' batinnya tiba-tiba gugup dan kaku. "Kenapa kamu di sini, Selena?" tanya Aditya menariknya merapat, tatapannya tidak senang."S-saya mengantar kak Sharon ke restoran di dalam tadi, Pak." Refleks Selena menjawab, mengarahkan jari telunjuknya ke dalam hotel.Sial! Kenapa jadi membawa-bawa
Jelas ia ingat, pria tua yang membawanya masuk ke kamar hotel Reno waktu itu paman Grove.Menjebak Selena katanya? Memang, ia tidak sengaja menubruk paman Grove waktu itu. Pria tua itu tiba-tiba saja muncul ke arahnya yang berjalan menunduk. Atau ... jangan-jangan ini yang dimaksud paman Grove, sudah merencanakan itu sebelumnya? Karena bisa saja dia menghindar agar aku tidak menubruknya kala itu. Selena melotot tajam hampir-hampir biji matanya melompat keluar, kalau paman Grove tidak mendorong dahinya dengan ujung pulpen di tangannya."Kenapa melotot begitu? Baru sadar punya Bos tidak bernyali ya, Selena?" celetuk paman Grove tertawa kecil. Pria tua itu tidak tahu apa yang ada dipikirannya sekarang.Tersadar, Selena menarik pandangannya, sejenak tertunduk guna menetralkan jantungnya yang berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.Apalagi yang ku ragukan? Benar, Aditya-lah pria misterius itu.Diawal juga sempat berpikir seperti itu namun ditepisnya karena tak ada bukti-bukti ku
Mendengar nama Aditya, Selena cepat-cepat meninggalkan paman Grove gegas kembali ke ruangannya. Takut Aditya tiba-tiba datang dan melihatnya tengah mengorek informasi tentang kehidupan pribadi sang Bos."Semoga paman Grove tidak buka mulut soal tadi," gumamnya meraih tisu untuk me-lap dahi dari keringatnya."Apa tadi, Selena bekerja sebagai apa maksud paman Grove, ya? Sekretaris kah?" Sejenak hanya bengong dengan tatapan kosong ke depan. Informasi lain lagi yang ia dengar di ruang makan tadi, Aditya jatuh hati pada gadis kampungan."Gadis kampungan? Mustahil Aditya yang sombong bisa jatuh hati pada gadis kampungan!" desisnya menarik sudut bibirnya sinis. "Atau ... dia, Selena gadis kampungan, bekerja sebagai pegawai magang, sangat mirip denganku. Apa itu aku?" Selena melotot, menggeleng-gelengkan kepala menyadarkan dirinya. A-apa? Kenapa, kenapa aku jadi berpikiran kalau itu aku? Selena bisa merasakan wajahnya memerah karena panas tubuhnya yang meningkat. Punggungnya banjir kering
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.