Yanuar tidak tahan lagi dan bergumam, "Apa bocah itu benar-benar bisa? Bagaimana mungkin pria semuda itu punya ilmu medis yang lebih baik dari Dokter Darwin?""Tutup mulutmu!"Hendro yang saat ini dilanda kekhawatiran langsung emosi mendengarnya, "Kita memang nggak tahu, tapi bukankah Dokter Darwin pernah melihat dengan mata kepalanya sendiri? Apa kamu nggak lihat sikapnya kepada Dokter Tobi barusan?"Yanuar tidak berani mengatakan apa-apa lagi.Namun, Juli juga tidak tahan melihatnya, "Yanuar 'kan hanya mempertanyakan saja, kenapa kamu begitu marah? Kurasa, dia nggak sanggup kali. Kalau nggak, kenapa begitu lama?""Kalian!""Lupakan. Aku nggak mau berdebat dengan kalian sekarang, tapi kalau sesuatu terjadi pada ibuku, aku akan mematahkan kaki putramu ini," bentak Hendro dengan marah."Coba saja kalau kamu berani!""Memangnya Yanuar kenapa? Bukannya ini semua demi Ibu? Dia bahkan sengaja mengundang dokter ajaib ke sini. Apa karena pria kelas bawah yang nggak jelas asal-usulnya itu?" ta
Darwin menganggukkan kepala dan berkata, "Aku nggak tahu Nyonya Besar bisa hidup berapa lama, tapi Dokter Tobi nggak hanya menyembuhkan stroke infark, dia juga membuat kondisi fisiknya jauh lebih baik.""Selama kalian merawatnya baik-baik, kelak aku jamin penyakit yang diderita sebelumnya juga bisa disembuhkan.""Benarkah? Syukurlah, syukurlah!"Hendro sangat percaya dengan kata-kata Darwin. Dia sudah lama mendengar reputasi Dokter Darwin dan sempat berpikir untuk mengundangnya untuk memeriksa kondisi ibunya.Namun, dia tidak punya kesempatan selama ini. Sekarang, mendengarnya berbicara seperti itu, tentu saja dia sangat bahagia.Namun, begitu memikirkan apa yang dilakukan istri dan putranya barusan, matanya tiba-tiba menjadi dingin. "Yanuar, ke sini dan berlutut!" bentak ayahnya.Ah!Wajah Yanuar berubah pucat dan dia tampak kebingungan.Melihat wajah ayahnya begitu galak, dia langsung meminta pertolongan ibunya.Juli juga kaget. Ingin putranya berlutut di depan umum? Mana bisa. Dia t
Jangan-jangan, dia punya identitas lain.Apa pun yang terjadi, Hendro tetap berterima kasih kepadanya, "Terima kasih banyak, Dokter Tobi.""Sama-sama," jawab Tobi."Berdirilah."Hendro kemudian meminta putranya untuk bangkit sambil berkata, "Apa kamu dengar itu? Kamu nggak boleh memprovokasi Dokter Tobi lagi. Kalau ketemu dengannya, kamu harus memperlakukannya dengan hormat.""Ya!"Yanuar benar-benar ketakutan kali ini.Setelah melihat Hendro telah selesai menangani masalah itu, Darwin segera mengambil kesempatan dan berlutut di depan Tobi.Tobi terpaku sejenak.Yanuar juga tertegun, apa yang terjadi?Apalagi Hendro."Dokter Darwin, apa yang kamu lakukan?"Tobi langsung menariknya dengan kedua tangannya."Dokter Tobi, saya nggak punya tujuan lain. Saya hanya ingin membuat pengobatan tradisional berkembang pesat. Sejak saya melihat teknik akupunktur Anda, saya sudah memutuskan untuk menjadi murid Anda," ujar Darwin."Mohon terima saya sebagai murid Anda. Kalau nggak, saya nggak akan ber
Setelah mendengar ini, Tobi baru mengerti apa yang sedang terjadi. Jika tebakannya benar, Tania seharusnya tahu situasi tadi malam. Jika tidak, Joni tidak akan berani berbohong seperti sekarang ini."Benar. Kalau bukan Tuan Joni, Widia sudah hancur."Ayahnya Widia berkata, "Tuan Joni, untungnya ada kamu kali ini. Bagaimana kami harus berterima kasih kepadamu?""Paman, kamu segan sekali!"Joni menatap Tobi dengan bangga sambil berkata, "Jangankan aku yang suka Widia itu bersedia melakukan apa pun untuknya, bahkan orang asing sekalipun pasti akan turun tangan menolongnya."Ibunya Widia pun ikut menimpali, "Tobi, dengar itu. Lihat apa yang sudah Tuan Joni lakukan, terus lihat dirimu sendiri. Apa kamu terlihat seperti suami Widia?""Apa yang sudah kulakukan? Seharusnya kamu tanya dia!"Kali ini, Tobi tidak akan diam begitu saja. "Joni, kamu yakin sudah menyelamatkan Widia?" tanya Tobi.Semua orang yang mendengar itu tampak terheran-heran.Namun, Joni berpura-pura bertanya dengan bingung, "
Ayahnya Widia ikut menambahkan."Sudahlah, jangan bicara lagi!"Melihat Tobi dicerca oleh semua orang, hati Widia merasa tidak nyaman. Dia menyela pembicaraan semua orang dan bertanya, "Tania, kamu tadi telepon bilang Tuan Joni turun tangan dan membuat Pak Mardi terluka parah?""Benar. Tuan Joni nggak tahan melihat mereka memaksamu minum. Emosinya langsung meledak dan dia pun memukuli semua orang.""Terus, bagaimana pinjamannya?"Widia tersenyum pahit. Dia tidak mungkin menyalahkan Joni, tetapi dia butuh solusi.Begitu Joni mendengar itu, dia langsung tertawa dan berkata, "Apa yang kamu takutkan? Bukankah dia hanya seorang manajer bank? Lagian, dia pantas diberi pelajaran.""Jangan khawatir. Aku akan menelepon ayahku nanti dan menangani masalahmu.""Baguslah. Untunglah ada Tuan Joni, nggak ada masalah yang nggak bisa diselesaikannya. Widia sangat beruntung punya teman sepertimu."Ibunya Widia kelihatan senang sekali."Terima kasih atas pujiannya, Tante. Oh ya, dia dari bank mana? Kalau
Tania masih kesal, tetapi Tobi sudah berlalu, jadi dia tidak bisa memarahinya lagi.Demi berada di sisi Widia, pecundang ini benar-benar tak tahu malu.Namun, selama Tania ada di sini, dia tidak akan membiarkannya berhasil.Mardi yang baru saja selesai memarahi ayahnya Joni pun bersiap-siap mencari orang untuk menangani Tobi.Tiba-tiba sebuah panggilan masuk. Selesai menjawab telepon itu, keringat dingin membasahi punggungnya.Dia hampir saja pingsan di tempat.Ternyata Jessi tidak mengikuti Tobi saat dia keluar dari jamuan makan. Meski dia tidak bertanya alasannya, dia penasaran dengan apa yang terjadi pada Tobi hingga membuatnya pergi dengan tergesa-gesa.Setelah menyelidikinya, akhirnya dia tahu alasannya. Jessi segera menggunakan kemampuannya untuk meminta Keluarga Yusnuwa maju.Seketika Mardi ketakutan.Meskipun pria itu punya banyak koneksi dan punya hubungan dengan Keluarga Hartanto, dia hanya akrab dengan Tuan Yanuar, apalagi ayahnya sangat jujur.Saking takutnya, Mardi pun seg
Kebetulan sekali?Siapa yang membantunya lagi kali ini?Tobi tidak bisa menahan senyum pahit. Dia telah mendengar saat Widia menjawab panggilan telepon itu. Dia tahu orang yang ditakuti oleh Mardi tadi malam adalah dirinya sendiri.Jadi, ini semua bukan karena ayahnya Joni.Jadi, siapa?Keluarga Yusnuwa?Kemungkinan besar. Namun, bagaimana Keluarga Yusnuwa tahu kejadian tadi malam? Jangan-jangan itu Jessi?Mungkin saja. Meski gadis ini terlihat polos, dia juga pintar. Kalau tidak, dia tidak akan secepat itu meminta Tobi untuk mengobati ibunya Hendro."Tobi, lihat baik-baik. Itu baru namanya kemampuan sebenarnya. Bukan kemampuan singkat yang kamu miliki itu, yang hanya mengandalkan utang budi," sindir Tania."Kamu benar-benar pintar menjilat, tapi kamu yakin ini semua berkat ayah Joni?" tanya Tobi dengan dingin."Haha. Kalau bukan ayahku, siapa lagi? Apa kamu nggak tahu status Pak Mardi? Mana mungkin dia menyetujui pinjaman tanpa peduli dengan kejadian tadi malam?""Benar. Fakta sudah a
"Benar, benar. Keluarga Tuan Joni punya bisnis besar. Tentunya Pak Mardi nggak buat nasabahnya tersinggung," timpal ibunya Widia."Tentu saja. Ini berhubungan langsung dengan kinerja mereka, sama pentingnya dengan nyawa mereka."Semua orang menganggukkan kepala menyetujuinya.Tobi tidak bisa menahan tawa saat mendengar omong kosong Joni, tetapi kalau dipikir-pikir lagi, Joni memang selalu seperti itu."Tobi, sekarang kebenaran sudah terungkap. Apa lagi yang mau kamu katakan?" tanya ibunya Widia dengan dingin."Kebenaran terungkap apanya? Kalian sudah ditipu olehnya," ucap Tobi.Widia kesal dibuat Tobi, jadi dia pun langsung membentaknya, "Tobi, cukup sudah! Dari tadi, yang keluar dari mulutmu hanyalah omong kosong. Apa yang sebenarnya ingin kamu lakukan?""Aku tahu kamu selalu iri dengan keluarga dan kemampuan Tuan Joni, tapi kamu mana boleh terus-terusan mengada-ada dan memfitnahnya seperti ini, 'kan?"Sebenarnya, dia tidak lagi membenci Tobi seperti sebelumnya. Dia hanya merasa tidak