Setelah mendengar ini, Tobi baru mengerti apa yang sedang terjadi. Jika tebakannya benar, Tania seharusnya tahu situasi tadi malam. Jika tidak, Joni tidak akan berani berbohong seperti sekarang ini."Benar. Kalau bukan Tuan Joni, Widia sudah hancur."Ayahnya Widia berkata, "Tuan Joni, untungnya ada kamu kali ini. Bagaimana kami harus berterima kasih kepadamu?""Paman, kamu segan sekali!"Joni menatap Tobi dengan bangga sambil berkata, "Jangankan aku yang suka Widia itu bersedia melakukan apa pun untuknya, bahkan orang asing sekalipun pasti akan turun tangan menolongnya."Ibunya Widia pun ikut menimpali, "Tobi, dengar itu. Lihat apa yang sudah Tuan Joni lakukan, terus lihat dirimu sendiri. Apa kamu terlihat seperti suami Widia?""Apa yang sudah kulakukan? Seharusnya kamu tanya dia!"Kali ini, Tobi tidak akan diam begitu saja. "Joni, kamu yakin sudah menyelamatkan Widia?" tanya Tobi.Semua orang yang mendengar itu tampak terheran-heran.Namun, Joni berpura-pura bertanya dengan bingung, "
Ayahnya Widia ikut menambahkan."Sudahlah, jangan bicara lagi!"Melihat Tobi dicerca oleh semua orang, hati Widia merasa tidak nyaman. Dia menyela pembicaraan semua orang dan bertanya, "Tania, kamu tadi telepon bilang Tuan Joni turun tangan dan membuat Pak Mardi terluka parah?""Benar. Tuan Joni nggak tahan melihat mereka memaksamu minum. Emosinya langsung meledak dan dia pun memukuli semua orang.""Terus, bagaimana pinjamannya?"Widia tersenyum pahit. Dia tidak mungkin menyalahkan Joni, tetapi dia butuh solusi.Begitu Joni mendengar itu, dia langsung tertawa dan berkata, "Apa yang kamu takutkan? Bukankah dia hanya seorang manajer bank? Lagian, dia pantas diberi pelajaran.""Jangan khawatir. Aku akan menelepon ayahku nanti dan menangani masalahmu.""Baguslah. Untunglah ada Tuan Joni, nggak ada masalah yang nggak bisa diselesaikannya. Widia sangat beruntung punya teman sepertimu."Ibunya Widia kelihatan senang sekali."Terima kasih atas pujiannya, Tante. Oh ya, dia dari bank mana? Kalau
Tania masih kesal, tetapi Tobi sudah berlalu, jadi dia tidak bisa memarahinya lagi.Demi berada di sisi Widia, pecundang ini benar-benar tak tahu malu.Namun, selama Tania ada di sini, dia tidak akan membiarkannya berhasil.Mardi yang baru saja selesai memarahi ayahnya Joni pun bersiap-siap mencari orang untuk menangani Tobi.Tiba-tiba sebuah panggilan masuk. Selesai menjawab telepon itu, keringat dingin membasahi punggungnya.Dia hampir saja pingsan di tempat.Ternyata Jessi tidak mengikuti Tobi saat dia keluar dari jamuan makan. Meski dia tidak bertanya alasannya, dia penasaran dengan apa yang terjadi pada Tobi hingga membuatnya pergi dengan tergesa-gesa.Setelah menyelidikinya, akhirnya dia tahu alasannya. Jessi segera menggunakan kemampuannya untuk meminta Keluarga Yusnuwa maju.Seketika Mardi ketakutan.Meskipun pria itu punya banyak koneksi dan punya hubungan dengan Keluarga Hartanto, dia hanya akrab dengan Tuan Yanuar, apalagi ayahnya sangat jujur.Saking takutnya, Mardi pun seg
Kebetulan sekali?Siapa yang membantunya lagi kali ini?Tobi tidak bisa menahan senyum pahit. Dia telah mendengar saat Widia menjawab panggilan telepon itu. Dia tahu orang yang ditakuti oleh Mardi tadi malam adalah dirinya sendiri.Jadi, ini semua bukan karena ayahnya Joni.Jadi, siapa?Keluarga Yusnuwa?Kemungkinan besar. Namun, bagaimana Keluarga Yusnuwa tahu kejadian tadi malam? Jangan-jangan itu Jessi?Mungkin saja. Meski gadis ini terlihat polos, dia juga pintar. Kalau tidak, dia tidak akan secepat itu meminta Tobi untuk mengobati ibunya Hendro."Tobi, lihat baik-baik. Itu baru namanya kemampuan sebenarnya. Bukan kemampuan singkat yang kamu miliki itu, yang hanya mengandalkan utang budi," sindir Tania."Kamu benar-benar pintar menjilat, tapi kamu yakin ini semua berkat ayah Joni?" tanya Tobi dengan dingin."Haha. Kalau bukan ayahku, siapa lagi? Apa kamu nggak tahu status Pak Mardi? Mana mungkin dia menyetujui pinjaman tanpa peduli dengan kejadian tadi malam?""Benar. Fakta sudah a
"Benar, benar. Keluarga Tuan Joni punya bisnis besar. Tentunya Pak Mardi nggak buat nasabahnya tersinggung," timpal ibunya Widia."Tentu saja. Ini berhubungan langsung dengan kinerja mereka, sama pentingnya dengan nyawa mereka."Semua orang menganggukkan kepala menyetujuinya.Tobi tidak bisa menahan tawa saat mendengar omong kosong Joni, tetapi kalau dipikir-pikir lagi, Joni memang selalu seperti itu."Tobi, sekarang kebenaran sudah terungkap. Apa lagi yang mau kamu katakan?" tanya ibunya Widia dengan dingin."Kebenaran terungkap apanya? Kalian sudah ditipu olehnya," ucap Tobi.Widia kesal dibuat Tobi, jadi dia pun langsung membentaknya, "Tobi, cukup sudah! Dari tadi, yang keluar dari mulutmu hanyalah omong kosong. Apa yang sebenarnya ingin kamu lakukan?""Aku tahu kamu selalu iri dengan keluarga dan kemampuan Tuan Joni, tapi kamu mana boleh terus-terusan mengada-ada dan memfitnahnya seperti ini, 'kan?"Sebenarnya, dia tidak lagi membenci Tobi seperti sebelumnya. Dia hanya merasa tidak
"Aku hanya ingin mentraktirmu makan siang sebagai ucapan terima kasih. Aku juga mau minta maaf atas kelakuan putraku.""Nggak perlu. Lagian, aku juga nggak memasukkannya ke dalam hati.""Itu karena kamu murah hati, tapi kalau aku nggak mentraktirmu, aku akan merasa nggak enak."Setelah dipikir-pikir, lagi pula Tobi juga tidak ingin tinggal di rumah Keluarga Lianto, jadi dia menyetujuinya, "Oke. Aku akan ke sana nanti.""Oke. Kalau begitu, kujemput kamu siang ini?""Nggak perlu. Kirimkan saja alamatnya."Hendro segera mengirimkan alamat Gedung Antasari kepada Tobi.Meskipun sang istri mengakui kesalahannya kepada Hendro, dia tetap tidak setuju dengan sikap suaminya yang begitu menghormati Tobi. Dia pun berkata, "Meski dia banyak membantu kita, kamu juga nggak perlu seperti itu. Lagian, kamu juga termasuk pemimpin nomor dua di Kota Tawuna ini."Putranya, Yanuar, juga berada di sana. Hatinya makin kesal mendengarnya, tetapi setelah kejadian tadi malam, dia tidak berani bicara terlalu bany
Adegan itu juga mengejutkan Joni dan yang lainnya. Saking kesalnya, Joni hampir muntah darah.Sialan! Kenapa pria miskin itu beruntung sekali?Gadis yang begitu cantik nan polos itu malah memilih bersamanya.Tobi juga punya Widia, tunangan yang tak kalah memesona. Meski Widia ingin mengusirnya, setidaknya mereka masih berstatus suami istri untuk saat ini.Widia tidak mengerti bagaimana perasaannya saat ini. Dia merasa tidak senang dan kesal, seolah-olah barangnya telah diambil.Dia tidak tahan lagi dan berjalan tergopoh-gopoh mendatangi laki-laki itu, "Tobi, tahukah kamu apa yang kamu lakukan!"Tobi terlihat tenang dan menjawabnya, "Ya, aku keluar untuk makan. Kenapa? Kamu boleh keluar makan, terus aku nggak boleh?""Tobi, apa yang kamu bicarakan? Apa kamu hanya makan saja? Ini namanya selingkuh!" omel Tania."Bukan urusanmu!" Tobi tidak lagi memiliki kesan baik terhadap Tania. Meskipun dia berbadan seksi dan berpenampilan cantik, Tobi sama sekali tidak tertarik."Kamu!""Tobi!"Widia
"Kemarin, terima kasih banyak. Ibuku ingin datang mengucapkan terima kasih secara langsung kepadamu. Hanya saja, dia masih belum pulih sepenuhnya.""Pokoknya, aku menghargai semua bantuanmu. Kalau begitu, aku akan menghabiskannya dulu sebagai tanda hormat."Selesai berbicara, dia langsung menenggak habis anggur itu dalam satu tegukan."Sama-sama, Pak Hendro."Tobi juga menenggak anggurnya, lalu berkata sambil tersenyum, "Sebenarnya nggak sulit bagi Nyonya Besar untuk pulih dengan cepat. Aku akan meresepkan beberapa obat. Setelah seminggu, tubuhnya akan kembali seperti semula.""Benarkah? Syukurlah kalau begitu. Terima kasih, Dokter Tobi. Mari aku bersulang untukmu lagi."Wajah Hendro penuh dengan kegembiraan. Traktiran malam ini tidak sia-sia.Seusai itu, dia pun menatap istri dan anaknya.Juli menyadari tatapan suaminya. Meski merasa canggung, dia tetap mengangkat gelasnya dan berkata, "Dokter Tobi, maaf sudah membuat Anda tersinggung kemarin. Salahkan saya nggak peka, mohon Anda ngga