Lupakan. Saat ini dia hanya bisa mengambil tindakan berdasarkan situasi yang dihadapi.Memikirkan kata-kata kakeknya, Widia pun memutuskan untuk pulang ke rumah dulu.Tania bilang, dia khawatir dengan Widia, jadi dia ikut kembali dan berencana menemaninya malam ini.Widia tentu saja setuju. Sampai sekarang, hanya Tania satu-satunya yang terus menemaninya dan menghadapi semua kesulitan bersamanya.Tak salah lagi. Di saat kritis seperti ini, hanya sahabat baik yang benar-benar bisa kita andalkan.Yang lainnya, terutama laki-laki, hanyalah bajingan.Sama seperti Tobi. Padahal, Widia telah berkorban banyak untuknya, tetapi dia malah sibuk merayu wanita lain di luar.Usai mengakhiri percakapannya dengan Widia, Kakek Muhar langsung menyampaikan berita ini kepada Gavin. Setelah itu, dia pun terus menunggu kabar dari Widia.Namun, setelah beberapa saat, masih belum ada kabar. Jadi, dia pun kembali menelepon untuk menanyakannya.Mendengar Widia bilang dia sedang menyetir dan dalam perjalanan pu
Kakek Muhar terjebak dalam dilema.Jika ingin menyerah, dia masih bisa melakukannya sekarang.Hanya saja, hatinya tidak rela.Apalagi, ini kesempatan langka bagi Keluarga Lianto untuk naik ke posisi lebih tinggi. Saat perjalanan terakhirnya ke Jatra, dia telah merasa dihina dan diremehkan.Terutama saat bersama keluarga teman lamanya. Selain perlakuan temannya yang sedikit lebih baik, yang lainnya begitu meremehkannya.Dia ingin menjodohkan Widia dengan cucu teman lamanya, Darel. Sayangnya, Darel memandang rendah dirinya, bahkan tidak ingin melihat foto cucunya.Tidak bisa! Dia tidak boleh menyerah begitu saja.Saat ini, Widia masih belum paham. Setelah berhubungan dengan Tuan Gavin nanti, dia pasti akan menyadari kebaikannya dan perlahan-lahan mengerti pria mana yang paling cocok untuk dirinya.Namun, bagaimana kalau Widia merasa tertekan dan berakhir melakukan hal bodoh?Saat itu, apa yang harus dilakukannya?Tampaknya, dia tidak boleh terburu-buru mendesak cucunya. Bagaimanapun juga
Wajah ayah dan ibunya Widia juga tampak berseri-seri. Sedari tadi, senyum tak henti-hentinya menghiasi wajah mereka. Akhirnya, putri mereka bisa menjadi menantu orang kaya. Impian mereka menjadi orang kaya raya juga akan tercapai.Meski keluarga mereka termasuk kaya sekarang, mereka masih jauh dibandingkan dengan keluarga terpandang lainnya.Tak terasa, sudah jam sembilan. Gavin juga sudah muncul di sana.Acara lamaran seperti ini biasanya akan melibatkan para tetua Keluarga Gumilar, tetapi kali ini, yang terlihat hanyalah Gavin, diikuti oleh beberapa anak buahnya.Ternyata, Kakek Muhar sudah mengetahui hal ini dari awal. Dia mengatakan lantaran masalah ini agak khusus, jadi dia juga tidak keberatan."Kakek Muhar!" teriak Gavin antusias. Sebelum Widia menjadi miliknya, Gavin masih terus memperlihatkan sikap hormat, terutama kepada keluarganya Widia.Ditambah dengan perilakunya yang sopan, dia langsung mencuri hati semua orang di Keluarga Lianto.Hanya saja, setelah mengedarkan pandanga
"Widia, kamu mungkin nggak tahu, sejak pertama kali melihatmu, aku sudah jatuh cinta kepadamu.""Aku bahkan sempat membenci diriku sendiri. Bukankah aku selalu ingin menemukan Gadis Manis? Lantas, mengapa aku malah jatuh cinta kepadamu?" kata Gavin dengan emosional.Pernyataan itu seketika membuat Kakek Muhar dan lainnya kebingungan. Meski tersentuh dengan perasaan Gavin kepada Widia, Gadis Manis yang dia sebut barusan itu siapa pula?Mendengar kata-kata Gavin, mau tak mau, pikiran Widia melintas kembali ke ingatan masa kecil. Hanya saja, entah kenapa, hatinya tetap tidak bisa menerima Gavin yang ada di hadapannya ini.Baik dari kepribadian ataupun penampilannya, dia tidak bisa memberikan perasaan itu kepada Widia,Sebaliknya, malah Tobi yang memberinya perasaan itu, meski hanya sesekali."Kakek Muhar, kalian mungkin nggak tahu siapa Gadis Manis yang kusebut tadi. Sebenarnya, dia adalah Widia. Kami sempat bertemu sewaktu kecil dulu, bahkan kami juga sepakat untuk bersama ketika dewasa
"Tobi, buat apa kamu datang ke sini?"Ibunya Widia langsung memarahinya, "Hari ini adalah hari baik Keluarga Lianto. Cepat keluar dari sini. Kalau kamu berani merusak pesta Keluarga Lianto, kami nggak akan membiarkanmu begitu saja."'Sialan! Bukankah aku sudah mengutus orang untuk membereskan Tobi? Lantas, mengapa bocah ini masih bisa muncul di sini?'Ternyata Yesa memang mengutus orang untuk memberi pelajaran kepada Tobi, tetapi karena waktunya terlalu mendesak, ditambah lagi, Tobi tidak kembali ke rumah tadi malam, mereka tidak menemukannya sama sekali."Hari baik?""Kalau aku nggak salah ingat, Widia sekarang masih termasuk istriku. Lantaran kalian ingin menikahkannya dengan pria lain, apa aku nggak boleh datang melihatnya?" tanya Tobi kembali."Sembarangan!""Pernikahanmu dengan Widia sudah lama berakhir!""Kalau bukan kasihan kamu nggak punya tempat tujuan, kalian pasti sudah lama bercerai."Ibunya Widia lanjut menceramahinya, "Kalau nggak percaya, kamu boleh tanya sama Widia, dia
Wajah Tania juga sedikit berubah. Mengapa Tobi tiba-tiba bisa mengungkit hal ini?Dibandingkan Kakek Muhar dan lainnya, Widia tampak terkejut. Pengemis Kecil, teman masa kecilnya dulu?Apa maksudnya? Bagaimana Tobi bisa tahu Pengemis Kecil?Mungkinkah ini hanya kebetulan saja? Mungkin yang Tobi maksud bukan Pengemis Kecil, teman masa kecilnya itu. Lantas, mengapa dia mengatakan Gavin bukanlah Pengemis Kecil itu?Gavin terkejut, tetapi dia berpura-pura tenang dan berkata, "Tobi, omong kosong apa yang kamu bicarakan di sini? Sudah kubilang, yang terjadi di sini hari ini nggak ada hubungannya denganmu. Silakan keluar.""Benar, Tobi, cepat keluar dari sini. Kamu nggak diterima di Keluarga Lianto!" ujar ibunya Widia tak mau kalah."Tunggu!"Widia masih ingin mendengar penjelasan Tobi, jadi dia pun berdiri dan berkata, "Tobi, apa maksud perkataanmu barusan?"Tania juga tidak tahan lagi dan langsung berkata, "Apa lagi maksudnya? Dia pasti ingin mengacaukan hatimu. Widia, kenapa kamu masih ped
"Bukan, ini palsu, Widia, ini semua nggak benar. Pasti ini ulah Tobi yang nggak mau melepaskanmu. Jangan tertipu olehnya," ucap Tania dengan panik."Benarkah?" Widia mendengus dingin, menoleh ke arah Gavin sambil bertanya dengan nada dingin. "Tuan Gavin, beri tahu aku, benarkah semua ini?""Ini ...."Gavin sadar, untuk memverifikasi keaslian rekaman itu sangatlah mudah, jadi dia tidak punya pilihan lain lagi. "Ya, rekaman ini benar.""Apa? Tuan Gavin, kamu ...." Wajah Tania tampak kusut, dia merasa malu sekaligus kesal."Sampai di sini, tak ada lagi yang perlu disembunyikan. Benar, Tania memang membantuku, memberiku nasihat dan aku juga berpartisipasi di dalamnya.""Tapi itu semua karena dia khawatir denganmu, dia khawatir hidupmu akan hancur di tangan bajingan tak berguna."Mendengar kata-kata itu, Tania merasa sedikit lega, diam-diam dia memuji Gavin. Ternyata Tuan Gavin tidak meninggalkannya begitu saja. Padahal, barusan dia sempat marah dan hampir ingin membeberkan masalah Gavin ya
Tak berselang lama, suara percakapan antara Tania dengan Gavin kembali terdengar.Hanya saja, kali ini dengan video."Tania, sekarang Widia bagaimana?""...""Kalau begitu, kututup dulu ya. Aku masih harus memikirkan cara untuk membodohi Widia lagi."Selanjutnya, terdengarlah suara gumaman Tania."Widia, kamu begitu kejam kepadaku, tapi kamu seharusnya nggak sangka kalau kamu akan dipermainkan olehku.""Pengemis Kecil apaan. Bisa-bisanya kamu percaya Gavin itu Pengemis Kecil. Lucu sekali.""..."Makin didengar, Widia makin memanas. Dia langsung mengambil ponsel Tobi dan menontonnya sendiri, lantaran ada video di dalamnya, apalagi sangat jelas.Saat ini, Tania terkulai lemas.Semuanya telah menjadi seperti ini, dia juga tidak punya kesempatan untuk berkelit lagi.Tak tahu malu!Sungguh tak tahu malu!Saking emosinya, tubuh Widia sampai gemetar.Dia tidak mengira Tania akan menggunakan rahasianya ini untuk melakukan begitu banyak hal. Padahal, rahasia ini tidak pernah dia ceritakan kepad