Share

Part 22 : Hutan Zenia

Keesokan harinya di ruang tamu istana, Luna datang menemuiku dengan membawa gulungan perkamen yang elegan. Besi yang digunakan untuk menggulungnya dihiasi dengan ukiran elok dan menawan.

Luna bilang, ia menggunakan perkamen khusus agar tulisannya tak pudar dan mampu bertahan hingga puluhan tahun.

Aku menerima kemudian membacanya. Kalimat yang ia gunakan membuat wajahku memanas seketika saking indahnya.

.

.

Aku yang tengah berlayar di atas harapan yang terhampar luas, kini mengarungi deburan rindu yang menggelegak. Mengantarku pada ujung dermaga, kala angin bertiup lembut bersama kidung merah merona dalam sebuah penantian.

Dariku, sebongkah hati yang kau tawan.

Rein Vainea.

.

.

Aku segera memunggungi Luna untuk menutupi wajah yang tengah merona, walau dengan ekspresi datar. Hatiku tersenyum senang saat membaca bait paling akhir yang sangat menyentuh itu.

Sial, kenapa aku malah terpesona oleh kalimat yang mewakili perasaanku sendiri?

"Bagaimana, Yang Mulia? Apa ... kalimatnya terlalu be
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status