Tidak ada percakapan apapun setelah Dokter Kiev memutuskan untuk meninggalkan ruang rawat mereka. Ikarus sudah kembali merebahkan tubuhnya di atas brankarnya, pun dengan Hera yang juga melakukan hal sama.“Gue—”“Aku-kamu an aja nggak, sih?” Ikarus terkekeh. “Selama kamu amnesia, bahkan kita udah menggunakan panggilan aku-kamu. Masa sekarang balik lagi gue-lo?”Sementara Hera tidak mengatakan apa-apa. Ia tidak tahu jika suasana sekarang akan terasa secanggung ini. Terlebih saat Hera bisa merasakan wajahnya seketika memanas begitu mendengar ucapan Ikarus. “Kok diem? Tadi mau bilang apa?” tanya Ikarus sembari menolehkan wajah.“Kamu nggak apa-apa? Apa kata dokter? Bima bahkan sempat memukuli kamu.”“Aku udah nggak apa-apa, Ra. Luka di perutku tinggal nunggu kering aja, kok.”Hera menghela napas pendek. “Aku belum sempat bilang makasih sama kamu. Kamu udah nyelametin aku dari Bima dan—”“Aku suami kamu, Ra,” sela Ikarus dengan cepat. “Sudah sepantasnya aku melindungi kamu, kan? Lagipul
Grup Cuma Wacana[Rhea: Welcome back, Ra! Sumpah! Gue pengen ke Jakarta sekarang ya Allah. 😭😭😭😭][Artemis: Ra, kita-kita kangen 🥹🥹🥹][Eros: Nyi, lo udah inget sama gue, kan? Coba gue tes, ukuran sempak gue berapa?][Zeus: Bisa-bisanya si Anjing bahas sempak disaat terharu-harunya gini!][Eros: Ya gimana? Cuma Nyai doang yang tahu ukuran sempak gue. Gegara gue dulu titip dia buat beliin gue sempak. Gue harus memastikan kalau Nyai beneran inget sama gue dong, ah.][Rhea: Tau tuh! 😑][Ares: Guys, kata @IKARUS, weekend ini dia pengen ngajak kita staycation di Villa Bandung. Bosen katanya sama villa view pantai. Pengen yang adem-adem. Semua biaya ditanggung sama Ikarus. Gas nggak, nih?][Zeus: Otw ambil form cuti.][Eros: Otw ambil form cuti. (2)][Ikarus: @ARES tai ye!][Rhea: Emang Ikarus udah beneran sembuh? Katanya kemarin dia ditusuk perutnya?][Ares: Aman, Rhe. Nggak usah khawatir. Doi kan keturunannya Avenger, jadi kena tusuk perut doang mah, Cincai!][Rhea: Beneran, Rus? Ja
“Kamu pengen sarapan apa?”“Apa saja, Ra. Aku makan apa saja yang kamu masak.”Hera mengerucutkan bibirnya, terlihat berpikir sejenak. “Kalau kamu jawab gitu, akunya sekarang yang bingung.”Ikarus terkekeh, tampak terhibur dengan sikap istrinya. “Emangnya ada bahan makanan di kulkas, ya? Udah semingguan ini kita nggak di apartemen, kayaknya nggak ada banyak bahan makanan yang bisa diolah, deh.”“Palingan omelet sih. Nggak apa-apa sarapan itu doang?” tanya Hera. “Nanti agak siangan biar aku belanja, deh.”“Aku temenin, ya?”“Nggak usah, Rus. Lagian kamu masih belum pulih. Katanya mau staycation bareng anak-anak. Jadinya kamu harus jaga kondisi, okay?”Hera baru saja akan bangkit dari duduknya saat Ikarus sudah lebih dulu menarik pergelangan tangan perempuan itu. Membuat Hera akhirnya terjatuh, namun kali ini jatuh di pangkuan Ikarus.“Apa lagi?”“Kenapa pagi ini kamu kelihatan cantik banget, sih?”Hera membelalak lalu memukul dada Ikarus dengan punggung tangannya. “Bangun! Kamu kesambe
“Kak?”“Hm?” Hera menoleh. “Kenapa?”“Lo baik-baik saja, kan?” tanya Wafa tiba-tiba. “Akhir-akhir ini pasti berat banget buat lo, Kak. Makasih ya, karena lo udah bertahan.”“Lo ngelantur apa gimana sih, Waf?” Hera mendecak. “Gue baik-baik saja kok, Waf. Meskipun gue masih agak cemas dengan kondisinya Ikarus. Di depan gue, Bima memukulinya habis-habisan. Gue benar-benar nggak nyangka kalau Bima yang kita kenal akan sejahat itu sama kita.”Wafa menghela napas panjang. “Nggak nyangka juga kalau ternyata dia adalah anak kandungnya Mama dan lo… cuma anak adopsinya. Mama sekarang pasti merasa terpukul banget, Kak.”“Pasti. Tapi mau gimana lagi, Waf. Satu-satunya cara agar Mama bisa bertahan adalah support dari kita. Lo tahu kalau selama ini Mama banting tulang sendirian buat kita, kan? Bahkan Mama nggak pernah kepikiran untuk menikah lagi.”“Gue sempat marah tadinya, Kak.” Wafa tersenyum kecut juga mengingat apa yang telah dilaluinya akhir-akhir ini. “Entah kenapa gue kecewa banget sama Mam
“Rus, kamu—” Hera yang baru saja keluar dari kamar mandi, seketika membelalak. “YA AMPUN!” Cepat-cepat perempuan itu menghampiri Ikarus yang tengah membersihkan darah yang keluar di bagian perutnya. “Kan! Udah dibilangin jangan main dulu, bebal banget, sih! Lukanya jadi basah lagi, kan!”“Aku nggak apa-apa, Ra. Aku cuma—”“NGGAK APA-APA GIMANA?!” Hera mendesah pelan lalu mengambil alih kapas yang ada di tangan Ikarus. “Rebahan dulu! Biar aku bersihkan lukanya, sekalian aku ganti perbannya.”Beberapa menit yang lalu, mereka memang menghabiskan waktu kurang lebih satu jam lamanya bercinta di atas meja dapur. Seolah belum cukup dengan percintaan sebelumnya, percintaan panas itu berlanjut di atas ranjang tidur.Pun dengan Ikarus yang memilih untuk pasrah. Membiarkan Hera dengan cekatan membersihkan lukanya lalu mengganti perban yang terkena darah segar di sana.“Kenapa kamu bebal banget, sih? Gitu bilang nggak apa-apa! Nggak apa-apa gimana kalau kamu sampai berdarah-darah gini, hah?” omel
“Ada yang ketinggalan, nggak?”Pertanyaan itu meluncur bebas dari mulut Ikarus. Pria itu berdiri di ambang pintu kamar, sudah bersiap menyeret kopernya saat tatapannya tertuju pada Hera yang tengah bersiap-siap.Siang ini mereka akan bertolak ke Bandung. Mereka terpaksa membawa mobil sendiri mengingat bahwa mobil Ares sudah penuh karena Zeus dan Artemis yang ikut menumpang di mobil itu. Sementara Rhea dan Eros sudah lebih dulu mendarat dengan sempurna di Bandung. Mengingat bahwa mereka sengaja mengambil penerbangan langsung dari Bali.“Nggak ada, kok. Ares sama Eve gimana? Mereka udah berangkat duluan, ya?” ujar Hera sembari membenarkan poninya.“Iya. Mereka udah jalan sejak pagi tadi, deh. Soalnya Eros sama Rhea udah sampai di sana juga.”“Terus anak-anak pada ditinggal beneran?” Ikarus menjawabnya dengan anggukan dan Hera langsung mendecak. “Emang nggak mau rugi mereka, ya! Kasihan kalau anak-anak nggak diajak, tuh. Padahal ada Eros yang bakalan jagain mereka.”Ikarus terkekeh. “Bia
“Gue sempat kaget sekaligus nggak nyangka banget kalau selama ini ternyata Bima ada maksud tertentu sama lo, Ra.”Artemis menoleh ke arah Hera yang tengah sibuk menyiapkan minuman hangat di sana. Perempuan itu mengulas senyuman kecil.“Gue juga nggak nyangka, Ar. Mana lo tahu sendiri gimana kondisi gue kemarin itu, kan?”“Lebih nggak nyangka lagi kalau Ikarus bucin banget sama lo.” Artemis tertawa. “Dia sampai mengorbankan nyawa buat lo, Ra.” Perempuan itu kemudian menoleh ke ruang tamu yang kini sudah dipenuhi obrolan-obrolan hangat di sana. “Ikarus beneran serius sama lo?”“Menurut lo?”Artemis mengedikkan bahu. “Entahlah. Tapi kalau gue lihat dari gelagatnya sih… udah bucin banget, Ra. Nggak kebayang gue. Mungkin kalau ini terjadi sama gue, belum tentu Zeus bakalan melakukan hal sama kayak yang dilakukan Ikarus sama lo.”“Lo lupa kalau yang cinta duluan itu siapa?” Hera terkekeh. “Gue yakin kalau Zeus pun bakalan melakukan hal sama kalau lo sedang dalam bahaya, Ar. Itu anak diem-di
Malam semakin larut, Hera, dan ketiga perempuan yang lainnya memutuskan untuk masuk ke kamar masing-masing mengingat bahwa hawa dingin mulai menyelinap dari balik pintu villa.Di depan ruang tengah, masih ada Ikarus, Ares, Zeus dan Eros yang bertahan di sana. Mereka tidak yakin bisa tidur cepat, mengingat bahwa sudah lama sekali mereka tidak berkumpul seperti ini.Lalu, “Nggak apa-apa kalau kalian mau nyusul bini masing-masing, Njay. Gue masih pengen nyebat bentaran.”“Gue temenin. Santai aja, elah. Lagian Hera juga masih mandi. Dia pengen berendam katanya,” ujar Ikarus menanggapi.“Kalau gue ke kamar, yang ada gue malah ngereog nantinya. Sumpah, suasana mendukung sekali untuk bercocok tanam. Sialan memang! Sayang banget gue mesti puasa. Jadi mending gue di sini nemenin yang lagi jones. Ya nggak ya?” sahut Ares langsung.“Taik memang!” Eros ingin sekali mencekik sahabat laknatnya yang satu ini. “Lo, Ze? Sana gih, nyusulin Bebeb Artemis. Lo nggak mau nyaingin Ares yang udah ngebobol ga