Follow IG: @helloikyura Sempat tertipu oleh investasi bodong, seluruh aset milik Prince Ikarus Leanders terpaksa disita oleh bank. Ia terpaksa menumpang di apartemen Heraia Cassandra salah satu sahabat yang paling bisa diandalkan baginya. Setidaknya sampai krisis keuangannya pulih kembali. Heraia Cassandra bertunangan dengan Bima Kusumandaru Namun ia tidak menyangka jika hatinya telah dipatahkan oleh pria itu. Sampai akhirnya Hera membuat kesepakatan dengan Ikarus. Hera meminta Ikarus untuk membantunya membalas dendamnya kepada Bima. Disaat segalanya mulai terencana dengan baik, ada satu kejadian tak terduga yang mengubah hidup Hera menjadi sosok asing. Membuatnya kehilangan arah dan tidak tahu harus bagaimana menjalani hidupnya setelah ini. Akankah hidup Hera berubah setelahnya? Ikarus—pria yang selalu ada untuknya, atau Bima—cinta pertama sekaligus pria yang sudah menjadi tunangannya?
View More[Heraia Cassandra: Tiba-tiba aku pengen makan ramen siang-siang gini berdua sama kamu, coba. Makan siang di luar, yuk?][Heraia Cassandra: Ih, kok nggak dibalas? Sibuk ngapain, sih?]“Sampai di sini ada pertanyaan?” Ikarus menghela napas pendek begitu tatapnya terpaku pada pesan-pesan dari istrinya yang muncul di layar. “Kalau nggak ada, kita akhiri meeting siang ini. Thank you.”[Masih presentasi, Sayang. Sebentar, ya?][Heraia Cassandra: Masih lama banget, nih? Berapa menit lagi? Ini anak kamu yang minta, lho. Buruan bisa, nggak?]Ikarus mengembuskan napas perlahan saat peserta meeting mulai meninggalkan ruangan. Ikarus sibuk mengetikkan pesan balasan untuk Hera saat Ares bersuara.“Kenapa, sih? Ada masalah?”“Hera ngidam ramen siang-siang gini.” Ikarus menghela napas. “Mana sejam lagi gue meeting sama Pak Dirga pula. Lo gantiin gue ya, Res.”“Emang setan nggak tahu diri. Ini bosnya siapa, sih?”Ikarus tergelak. “Sorry, Res. Sumpah! Lo tahu sendiri kalau Hera lagi pengen sesuatu dan
“Good morning, Wife!” Suara lembut Ikarus membuat Hera yang baru saja membuka matanya lantas mengerjap sembari tersenyum.“Good morning, Rus,” balas Hera. Perempuan itu menggeliat, merasakan tubuhnya terasa pegal luar biasa.“Nyenyak tidurnya? Ngerasa mual, nggak?”Hera baru saja akan membuka suara saat tiba-tiba saja perutnya bergolak hebat. Perempuan itu lantas menyibak selimutnya, lalu turun dari ranjang tidur dan langsung berlari menuju ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya.“Ra, kamu nggak apa-apa?” Ikarus muncul di belakangnya, memegangi rambut perempuan itu agar tidak mengganggu. Terlihat khawatir dengan kondisi istrinya.“Aku nggak apa-apa, kok.” Hera mengusap bibirnya dengan punggung tangan, “katanya emang begini kalau hamil. Eve sama Artemis malah sempat nggak bisa bangun gara-gara morning sickness.”Ikarus menghela napas panjang. “Ya udah, kamu balik istirahat aja, ya? Lagi pengen sesuatu nggak? Pengen apa?”“Aku mau mandi, Rus. Kan kita harus kerja.”“Kamu yakin ma
IKARUS berjalan mondar-mandir di depan ruang IGD. Pikirannya yang tengah melayang memikirkan bagaimana kondisi Hera, membuat segalanya terasa kacau. Hatinya tidak tenang.“Dia ada keluhan sakit sebelumnya?”Ikarus menggeleng. Seingatnya kemarin malam perempuan itu baik-baik saja. Bahkan hari ini ia sempat melihat Hera sibuk bekerja meskipun mereka tidak sempat bertegur sapa.“Di kantor dia kelihatan baik-baik saja, Dok. Dia sama sekali nggak kelihatan sedang sakit pagi ini.”Di sela kekalutannya memikirkan kondisi Hera, seorang dokter bersneli putih muncul dari balik tirai. Pria itu menggantungkan stetoskop di lehernya, lalu memulas wajahnya dengan senyuman.“Bagaimana kondisi istri saya, Dok?” tanya Ikarus dengan panik.“Memang untuk kondisi kandungan trimester awal itu sangat beresiko, Pak. Jadi saya—”“Tunggu, Dok.” Ikarus mengerjapkan matanya. “Kandungan? Maksud dokter, istri saya—”“Anda tidak tahu kalau istri Anda tengah hamil?”Ikarus tertegun. Ia menoleh ke samping, menatap Do
“Apa? Lo beneran nemuin Dimas? Jadi Dimas udah tahu semuanya tentang lo sama Nadine?” Ares membelalak lebar, hampir tidak mempercayai ide yang baru saja dikatakan Ikarus. “Orang gila!”“Satu-satunya cara untuk menghentikan Nadine adalah dengan membongkar semuanya. Lo tahu sendiri kalau gue bisa saja menyingkirkan Nadine dengan cara gue sendiri. Tapi gue cukup tahu diri untuk menghargai Dimas karena udah bantu Hera pulih sejauh ini.”“Lo yakin dianya nggak ada dendam apa-apa sama lo?”“Entahlah. Lagipula gue sama sekali nggak ganggu rumah tangga dia sama Nadine, kan?” Ikarus menghela napas panjang. “By the way, lo udah mastiin Hera sarapan tadi, kan?”“Hm. Tadi pagi gue ajak dia breakfast di restoran elah dan dia baik-baik saja.” Ares mendecak pelan. “Kalau lo penasaran, samperin ke ruangannya, Bangsat. Nggak usah jadi pengecut gini.”“Gue bukan mau jadi pengecut, Res. Sebenarnya semalam gue udah agak lega karena dia datang ke acara bokap semalam. Tapi ya gitu… dia masih marah sama gue
“Ikarus?” Dimas yang baru saja menyelesaikan janji temunya dengan pasien terlihat terkejut dengan kehadiran pria itu. “Hari ini saya nggak ada jadwal konseling sama Hera. Atau saya yang salah?”“Saya datang ke sini bukan untuk nganterin Hera konseling, Dok. Ada hal lain yang ingin saya bicarakan dengan Dokter Dimas.”Dimas mengerutkan keningnya. “Soal apa?”“Kalau Dokter Dimas ada waktu, kita bisa ngobrol sebentar sambil ngopi di kafe depan. Bagaimana?”Dimas melirik jam yang melingkar di tangannya, lalu mengangguk. “Boleh. Saya masih ada waktu sejam sebelum ketemu dengan pasien saya lagi.”Keduanya melangkah melewati lobi untuk menuju kafe yang ada di seberang klinik tersebut. Begitu mereka tiba, keduanya langsung memesan dua cangkir kopi yang kini sudah berada di atas mejanya.“Jadi? Apa yang ingin kamu bicarakan dengan saya?” tanya Dimas penasaran.“Ini tentang istri Dokter Dimas. Nadine Putri Gunadi.”Dimas tertegun selama beberapa saat. “Dari mana kamu tahu nama istri saya?”Ikar
“Lo nggak biasanya secengeng ini, Ra. Lo nggak boleh nangis kayak gini.”Hera masih mencoba menghentikan isakan tangisnya sejak tadi, namun lagi-lagi ia gagal. Perempuan itu menenggelamkan wajahnya di antara kedua lututnya, menahan sesak di dadanya.“Lo harus kuat, Ra. Lo nggak salah, Lo harus—” Karena semakin memikirkannya, Hera terlihat semakin menyedihkan.Suara ketukan dari luar membuat Hera kemudian mendongak, mencoba menerka-nerka siapa yang datang ke apartemennya selarut ini.Perempuan itu masih memikirkan untuk membukakan pintu itu saat suara ketukan itu lagi-lagi terdengar. Hera menarik napas dalam-dalam lalu beranjak dari sofa untuk melihat siapa yang berdiri di depan pintu sana.“Gue tahu lo di dalam.” Suara seseorang terdengar samar di balik pintu sana. “Buka atau gue panggil petugas damkar buat buka pintu apartemen lo.”Bisa-bisanya pria itu bercanda?Hera menghela napas panjang setelah menyusut air matanya. Baru setelahnya, perempuan itu meraih handle pintu dan langsung
“BANGSAT!”Ikarus belum sempat memikirkan apa-apa saat sebuah umpatan diiringi dengan pukulan mendaratkan sempurna di wajahnya, membuat Ikarus yang tadinya duduk di atas bar stool kemudian terjungkal ke belakang hingga tersungkur di lantai.“Ros! Stop, Ros!”Beberapa orang terkejut lalu sedikit berteriak karena kejadian itu. Namun siapa yang peduli?“Jangan halangi gue, Res!” sentak Eros dengan murka. “Sorry, Rus. I warned you before. Gue udah gatal banget pengen mukul lo. Sekarang lo mau jelasin apa lagi, hah?”“Kalem, Ros! Kita lagi di tempat umum. Lo nggak pengen diusir dari sini gara-gara tingkah kekanakan lo ini, kan?” sahut Ares menengahi.Sudah ada beberapa staf yang berdiri di sana, dan sudah bersiap melerai jika terjadi baku hantam untuk kedua kalinya.Eros menyentak cekalan Ares yang sejak tadi menahannya. Tatapannya nyalang ke arah Ikarus yang kini tengah menyeka sudut bibirnya yang mengeluarkan darah karena pukulan Eros. “Sejak awal lo bilang kalau lo udah nggak ada apa-a
Hera duduk termenung di ruangannya dengan pikirannya yang kosong. Perempuan itu tidak melakukan apa-apa namun kepalanya sibuk dijejali banyak pertanyaan yang mengganjal. Tatapannya terpaku pada sebuah boks di hadapannya, ucapan Nadine tadi kembali membayang di pikirannya.“Maksud kamu apa? Saya nggak ngerti.”“Kalau kamu pikir kamu memang istimewa di mata Mas Ikarus, kamu salah besar. Jangan terlalu percaya diri sebelum kamu tahu yang sebenarnya.”“Jangan bertele-tele. Saya nggak punya waktu banyak untuk menanggapi hal-hal yang nggak penting.”“Di dalam boks itu, ada sebuah cincin. Cincin itu pemberian dari Mas Ikarus sebagai pengikat hubungan kita.”Hera tersenyum kecil, terlihat tak gentar dengan tatapan penuh intimidasi Nadine. “Itu dulu. Sebelum kamu menikah dengan pria lain. Kalau sekarang, saya yakin kalau dia mencintai saya. Kamu lupa kalau perasaan orang mudah berubah, kan? Pun dengan Ikarus.”“Tadinya begitu… saya bahkan sudah hampir menyerah dan melepaskan Mas Ikarus untuk k
“Rus…”Ikarus mengerjapkan matanya lalu mendaratkan kecupan singkat di puncak kepala Hera. Masih terlalu pagi untuk beranjak dari tempat tidur, terlebih saat keduanya baru menyelesaikan percintaannya beberapa waktu lalu. “Hm?”“Kira-kira kamu pengen punya anak berapa?” tembak Hera dengan lirih.Ikarus menunduk, menatap wajah Hera yang kini mendongak. “Kalau kamu?” ujar Ikarus balik bertanya.“Dih, kok malah balik tanya, sih? Kan aku duluan yang nanyain ke kamu.” Hera mencubit pinggang Ikarus yang mulai kering padahal ia sangat yakin sekujur tubuh mereka tadi dibasahi oleh peluh keringat percintaan mereka.“Tiga… atau empat?”“Banyak banget, ya!” Hera mencubit pinggang Ikarus lagi, dan hal itu membuat Ikarus tergelak. “Apa nggak capek aku hamilnya?” gerutunya tak terima.“Tadi nanya. Giliran udah dijawab malah diomelin. Emang paling pas jawabannya tuh terserah aja, sih.”“Nggak gitu…” Hera mencebikkan bibir. Jari telunjuknya sibuk bergerilya di dada bidang Ikarus, membuat sebuah pola a
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.