Share

6. Adik dan Kakak

“Kak, gue lagi di restoran Asia dekat hotel lo. Lo balik jam berapa, sih? Kerja apa dikerjain?”

“Berisik ya, Waf. Ini gue lagi siap-siap mau ke situ.”

“Good. Gue mau minta traktir lo habis ini. Buruan.”

Setelah mendengar ocehan adik perempuannya, Hera mengakhiri panggilannya dengan cepat. Ia lantas mengemasi barang-barangnya dan langsung bergegas meninggalkan ruangannya yang sudah sepi.

Perempuan itu mengayunkan langkahnya menyusuri koridor. Sesekali ia melirik ruangan Ikarus yang masih terang benderang, lalu pandangannya tertuju pada paper bag dengan label ‘GUCCI’ di tangannya. Siang tadi Hera menyempatkan diri keluar hotel untuk membelikan kemeja baru untuk Ikarus.

Ragu untuk memberikan kemejanya itu, Hera kembali mengayunkan langkahnya menuju ke lobi. Ia lantas melangkah menuju ke depan. Ditatapnya lalu lintas yang tampak ramai, perempuan itu memutuskan untuk berjalan kaki alih-alih membawa mobilnya.

Begitu tiba di restoran Asia, Hera lantas mengedarkan matanya ke sekitar. Wafa yang sudah duduk dan sudah memesan makanan lantas melambaikan tangan ke arah Hera.

“Kak!”

Hera menghela napas panjang. Menghampiri adiknya yang kini usianya terpaut satu tahun dengannya.

“Ini lo makan semuanya?” Hera membelalak menatap ada tiga hidangan tersaji di atas meja. Mulai dari mango thai salad, tom yum goong, dan pad thai. Lengkap dengan condiment yang lainnya.

“Kalau lo mau cicip dikit boleh, kok.” Wafa terkekeh. “Kapan lagi kan bisa malakin kakak gue yang cantiknya ngalah-ngalahin Putri Salju?”

Hera kemudian memanggil seorang waitress lalu memesan minuman.

“Lo nggak makan?” tanya Wafa.

“Lihat lo makan gue mendadak kenyang.”

Wafa terkekeh lalu melanjutkan menikmati makanan yang ada di hadapannya. Ditatapnya Hera dengan lekat, seolah tengah menelisik apa yang tengah dipikirkan kakaknya.

“Kak…”

“Hm?”

“Lo bisa nggak sih nggak usah cuek-cuek sama Mama? Lo sadar nggak, kalau selama ini Mama tuh kangen sama lo. Giliran pas ketemu kemarin, lo main kabur aja!”

“Gue ada acara dadakan semalam, Waf. Lagian acaranya ngebosenin. Gue nggak begitu suka kalau disuruh basa-basi sama temen-temen Mama.” Hera mencomoti mango thai salad milik Wafa. “Mama udah balik ke Jakarta?”

Wafa mengangguk. “Iya, tadi pagi.”

“Lo nggak sekalian balik ke Jakarta? Nathan udah balik, kan?”

“Ish, kapan lagi gue bisa bersenang-senang di Bali ya, kan? Rugi amat udah jauh-jauh ke sini tapi nggak party dulu.” Wafa tersenyum manis. “Nathan sekolah, Kak, kali aja lo lupa. And by the way, dia suka banget bikin ulah di sekolahnya.”

“Ulah apa lagi? Kemarin gue belum sempat ketemu sama itu anak.”

“Lo sih…” Wafa mendecak pelan, memilih untuk tidak melanjutkan ucapannya. 

Hening selama beberapa saat bersamaan dengan minuman yang dipesan Hera tiba di meja. Perempuan itu menyesap minumannya sembari mengedarkan matanya ke sekitar. Mendadak Hera teringat ucapan Ikarus siang tadi.

Lalu, “Waf?”

Wafa mendongak. “Mm? Kenapa?”

“Lo pernah ditidurin sama cowok, nggak?”

Wafa tersedak lalu cepat-cepat perempuan itu meraih gelas minuman yang ada di hadapannya. “Membabi buta sekali pertanyaan lo, Kak! Nggak ada yang lebih sopan apa?”

Hera menghela napas pendek. “Banyak omong, ya. Lo tinggal jawab aja kenapa, sih?”

Wafa mendecak pelan sembari menatap Hera dengan canggung. Bagaimana bisa Hera bertanya sesuatu yang sifatnya privacy kepadanya? “Kenapa sih tiba-tiba tanya begitu? Lo nggak lagi mode jadi kakak yang baik dan posesif buat gue, kan?”

“Jawab aja, Waf. Udah pernah?” desak Hera.

Wafa menghela napas. “Pernah. Tapi dalam konteks mau sama mau, sih. Jadi ya nggak bisa disebut ‘ditiduri’ juga. Kenapa, sih? Jangan bilang… Bima ngajak tidur lo?”

“Ck! Gue nggak semurahan itu. Apalagi untuk cowok yang belum jelas,” sahut Hera dengan cepat.

“Belum jelas gimana? Kurang jelas gimana kalau lo sama Bima belum lama ini tunangan, hm?”

“Terus, Waf. Habis lo tidur sama cowok itu. Sikap lo ke cowok itu gimana?”

Wafa mengedikkan bahu. “Gimana lagi? Ya gue sama dia biasa-biasa aja.”

“Lo atau dia nggak pakai marah atau ngambek gitu?”

“Udah kayak bayi aja elah, Kak. Lagian kenapa gue atau dia harus marah atau ngambek. Yang penting kan kita sama-sama mau. That’s it. Besoknya ya balik ke mode biasa.” Wafa memicingkan matanya sembari menatap lekat ke arah Hera. “Lo nggak habis ditiduri cowok lain dan menuntut tanggung jawab dari dia kan, Kak?”

“Nggak, kok.” Hera menyesap minumannya, mencoba mengalihkan perhatian Wafa. “Gue cuma penasaran aja.”

“Kak, jangan macam-macam lo, ya! Nyokap udah suka banget sama Bima.”

“Kayaknya gue pengen ngebatalin pertunangan gue sama Bima, Waf.”

Lagi-lagi Wafa tersedak. “What the—” Wafa menyesap minumannya. “Hari ini bukan ulang tahun gue, tapi kenapa banyak sekali kejutan dari lo ya, Kak?” Wafa melotot tajam, sudah ingin sekali mengumpati Hera. “Lo random banget, ya! Kenapa pengen ngebatalin tiba-tiba? Lebih enak cowok lain? Apa gimana?” Sembari tangan Wafa mengacung ke atas.

“Nanti kalau udah waktunya gue bakalan cerita sama lo.”

“Janji, ya! Awas aja kalau lo nggak bilang apa-apa sama gue.”

Waktu sudah menunjuk angka sembilan malam saat Wafa dan Hera akhirnya memutuskan untuk pulang. Wafa sudah memiliki janji akan pergi ke sebuah kelab malam bersama teman kencannya, sementara Hera kembali ke hotel untuk mengambil mobilnya.

Saat perempuan itu hendak menuju basement, langkahnya tiba-tiba saja terhenti saat pandangannya terpaku pada ruangan Ikarus yang lampunya masih menyala.

Namun tak lama, sebelum akhirnya Hera kembali melangkah menuju basement. Begitu perempuan itu sudah duduk di kursi kemudi, ia mengeluarkan ponselnya, mencoba mengetikkan sebuah pesan di sana.

[Hera: @Eros, Ros, shift apa? Gw pengen nasi goreng kayak biasanya, Ros. Titip bisa, nggak?]

[Eros: Elah, Nyi. Gw lagi nggak di Bumi. Coba deh tanya sama makhluk bumi lainnya.]

[Hera: Emang lo lagi di mana, sih? Awas lo nakal, ya! Terus yang mau beliin gw nasgor siapa? :(]

[Eros: Lo minta tolong sama si Miskin, coba. Nyet @Ikarus beliin Nyai nasgor, noh.]

[Hera: ☹️☹️☹️]

[Hera: Ya udah, deh. Gajadi aja.]

Tidak ada sahutan apa-apa dari Ikarus dan Hera memilih untuk menyerah. Ia menaruh paper bag yang sejak tadi dibawanya ke kursi di sampingnya lalu Hera menyimpan ponselnya dan detik itu juga perempuan itu mulai melajukan mobilnya meninggalkan basement hotel.

Begitu tiba di apartemennya, Hera melemparkan punggungnya ke atas ranjang tidurnya. Suasana hening sekali, dan Hera menyukai suasana itu. Matanya mengerjap-ngerjap, menatap langit-langit kamarnya dengan pikirannya berkecamuk.

“Do whatever you want to do.”

Perempuan itu ingin sekali mengenyahkan ucapan Ikarus dari pikirannya, namun kenyataannya gagal. Hera menghela napas panjang. Ia mulai melepaskan pakaian kerjanya dan langsung bergerak menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Di bawah pancuran lagi-lagi Hera diam termenung. Ditatapnya tanda kemerahan yang ada di tubuhnya, Hera menggeram lirih. Bayangan bagaimana Ikarus mencumbunya dengan tatapan penuh memuja saat itu kembali membayang di pikirannya.

“Fuck!” Hera menjedukkan kepalanya di dinding kamar mandi. Mencoba mengenyahkan bayangan itu, namun lagi-lagi ia gagal. Tidak dapat dipungkiri, kenyataannya Hera juga menikmati percintaannya semalam.

Lima belas menit telah berlalu, Hera keluar dari kamar mandi dengan wajahnya yang terlihat segar. Ia sudah mengganti pakaiannya dengan piyama tidur. Bersamaan dengan suara bel berbunyi dari depan sejenak mengalihkan perhatiannya.

Hera melangkah ke depan dengan handuk yang masih ada di tangannya. Sembari mengeringkan rambutnya yang masih basah ia membuka pintu unitnya, lalu ia tertegun.

“Rus…”

“Nasi goreng,” ujarnya datar, pria itu lantas mengangsurkan sebuah kantong plastik ke arah Hera.

Perempuan itu menunduk, menatap kantong plastik yang ada di tangan Ikarus, kemudian ia menerimanya.

“Gue balik.”

Ikarus baru saja akan membalikkan badan, lalu dengan cepat Hera mencekal tangan pria itu. “Lo mau pergi gitu aja?” cegahnya.

“Kenapa?”

“Gue… nggak habis makan nasi goreng sendirian.” Hera menggigit bibirnya bagian dalam. “Paroan, ya?”

***

Terima kasih sudah mampir dan membaca, ya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status