Share

3. Si Bajingan yang Beruntung

“Help me please, okay?” Tangan Hera lantas bergerak ke belakang, menarik tali spaghetti dress yang dikenakannya hingga luruh ke pinggangnya.

Untuk selama beberapa saat Ikarus terdiam. Sampai saat Hera kembali merapat, mencium Ikarus lebih dalam dan tajam, pria itu membalas pagutannya.

Ikarus adalah pria normal. Seolah ada yang membangunkan sesuatu yang ada di dalam diri Ikarus, tubuh pria itu seketika memanas. Sebagian di dalam diri Ikarus memintanya untuk berhenti. Namun di sisi lain ia tidak ingin menghentikan apa yang baru saja akan dimulainya. Terlebih saat bibir Hera yang terasa manis membuat segalanya semakin menggila.

Ikarus semakin memperdalam ciumannya. Satu tangannya melingkar di tengkuk leher Hera. Sementara satu tangan lainnya bergerak ke belakang, meremas pinggul Hera seiring dengan Ikarus yang menggeram pelan.

Pun dengan Hera yang mulai menggerakkan pinggulnya, seolah bukan hanya Ikarus saja yang menggila, Hera juga merasakan hal sama.

Bibir keduanya saling bertautan, lidahnya membelit satu sama lain. Membuat segalanya semakin tak terkendali. Ikarus mengumpat berkali-kali di dalam hati.

“Rus, akh…” Tubuh Hera menggelinjang hebat di atas pangkuan Ikarus. Ada desiran asing yang membuat Hera bisa merasakan tubuhnya mulai mendidih. Seiring dengan hasratnya yang meronta-ronta, menuntut untuk dituntaskan.

“Wait, Ra.” Ikarus mendongak, tatapannya yang telah berkabutkan gairah bertumbukan selama beberapa detik dengan sepasang mata sayu Hera. “Let me ask you something,” bisik Ikarus mencoba menahan Hera agar tidak kehilangan kendali. 

“What?”

“Is it your first?”

“Ya.” Hera mengerjap.

“Are you sure? Gue nggak mau lo menyesal.”

“Stop talking, and fuck me please.”

Hera menjadi yang pertama kali mengikis jarak yang ada di antara mereka. Ciuman itu mulai dalam dan membabi buta saat tangan Hera meraih butiran kancing kemeja Ikarus, melepaskannya dengan tak sabaran hingga kancing itu terlepas paksa.

“It’s gucci, Ra,” desis Ikarus lirih.

“But, I don't care.”

Entah siapa yang memulai lebih dulu. Bibir keduanya kembali bertaut. Lalu Ikarus bangkit berdiri, menggendong Hera dan membawanya menuju ke sebuah kamar dengan cahaya yang temaram. Tiba di sebuah kamar yang diyakini Ikarus adalah kamar Hera, ia lantas merebahkan tubuh Hera di atas ranjang tidurnya.

Ditatapnya Hera yang tampak menunggu. Ikarus lantas melepaskan kemejanya dan menjatuhkannya ke lantai sebelum kembali merangkak di atas perempuan itu.

“Are you sure?” tanya Ikarus memastikan lagi.

Hera tidak mengatakan apa-apa. Yang dilakukan perempuan itu menarik Ikarus agar mendekat, kembali melekatkan bibir keduanya. Sementara satu tangan Ikarus bergerak ke bawah, menyelinap di balik dress yang kini hanya menutupi bagian tubuh bawah Hera.

“Rush, Akh…” Tubuh Hera mengejang saat bisa merasakan tangan Ikarus menyentuh di bawah sana. 

“You want me to stop?”

Hera menggeleng dan hal itu membuat Ikarus kembali melanjutkan apa yang sempat tertunda tadi. Sebut saja dirinya ‘Si Bajingan yang Beruntung’, Ikarus bahkan bisa mendapatkan kepuasan tanpa perlu bersusah payah. Lalu tangannya bergerak rendah, menurunkan kain yang menutupi bagian tubuh Hera hingga kini perempuan itu polos.

Ikarus sempat memaki dalam hatinya. Bajingan! Bagaimana bisa ia memiliki niat untuk meniduri sahabatnya sendiri yang kini tidak berdaya karena pengaruh alkohol? 

Pria itu kembali merapatkan tubuhnya, mencium bibir Hera seiring dengan tangannya yang bergerak ke bawah lalu tenggelam di antara basah dan lembab. Bersamaan dengan tubuh Hera yang menggelinjang hebat.

“Akh… Rus,” desah Hera.

Ikarus kembali mendongak. Menatap mata sayu Hera, sebelum menyurukkan wajahnya di antara ceruk leher perempuan itu. Membaui aroma strawberry yang menguar dari dalam tubuh Hera. Sementara tangan Ikarus semakin bergerak liar di bawah sana. 

“You’re so wet, Ra.”

Hera menggigit bibirnya bagian dalam. Merasakan tubuhnya mulai mendidih, terlebih saat tangan Ikarus tak kunjung menghentikan kegilaannya.

“Rus…” lenguhnya pelan. Tubuh Hera terasa bergetar hebat. Otot-ototnya mengejang seiring dengan hasratnya yang berkobar-kobar di dada.

“Lepaskan.” Bersamaan dengan sentakan klimaks untuk pertama kalinya dirasakan Hera.

Napas perempuan itu terengah-engah. Wajahnya telah dibanjiri keringat, dan hal itu membuat Ikarus memujinya berkali-kali. Perempuan itu terlihat begitu cantik sekaligus… menggairahkan?

Ikarus menarik tangannya lalu menurunkan resleting celananya, membebaskan kain yang masih melekat di tubuhnya yang mulai terasa sesak. Sebelum kembali merapat sembari memosisikan diri. 

“Akh, Rus…” Cengkraman kuat diiringi dengan rintihan lirih yang meluncur dari bibir Hera membuat Ikarus bergerak hati-hati. Tubuhnya yang belum melesak sepenuhnya membuat Hera terpaksa menahan perih di bagian bawah sana.

“Tahan, Ra.” Ikarus berbisik lirih sebelum kembali mencium bibir Hera dengan penuh kelembutan. Mencoba meredamkan perihnya mengingat bahwa ini adalah yang pertama kalinya.

Saat segalanya mulai terkendali, Ikarus kemudian bergerak. Wajahnya mendongak, menatap wajah Hera yang tampak menahan nyeri di bawah sana. Pria itu meraih kedua tangan Hera dan membawanya ke atas kepala. Lagi-lagi ia mencium bibirnya.

“Is everything okay?”

Ketika Ikarus menangkap anggukan samar Hera, pria itu menambah tempo gerakannya. Membuat perempuan itu seperti dihantam rasa perih sekaligus nikmat yang bertubi-tubi.

“Akh, Rus…” Hera menggigit bibirnya demi meredakan suara liar yang meluncur dari bibir Ikarus.

Sementara Ikarus bergerak, mengentakkan tubuhnya di atas Hera. Sesekali melenguh pelan seiring dengan gerakannya yang semakin liar dan membabi buta.

Desahan yang saling bersahut-sahutan terdengar menggaung memenuhi ruangan. Peluh keringat yang membanjiri sekujur tubuhnya membuat segalanya lantas terhenti. Hasratnya yang meledak-ledak di dalam diri Ikarus telah berhasil membakar habis batas kesabarannya. Pria itu mengentakkan tubuhnya sekali lagi, kali ini semakin dalam dan tajam.

“Rus…”

“Ra…”

Ikarus kembali merapatkan tubuhnya, mencium bibir Hera dengan tak sabaran. Ia mendesakkan tubuhnya sekali lagi. Bersamaan dengan rasa hangat meledak di dalam sana.

Napas keduanya terengah-engah. Suasana di kamar yang tadinya hening, kini hujan mulai jatuh membasahi bumi. Ikarus menjatuhkan kepalanya di bahu Hera yang telah terkulai lemah tak berdaya.

Detik demi detik berlalu. Napas keduanya telah berangsur normal. Ikarus menarik diri sembari mendaratkan kecupan singkat di kening Hera. Baru setelah itu ia bergerak menuju ke kamar mandi untuk sekadar membersihkan diri.

Di bawah pancuran shower, Ikarus tak henti-hentinya memaki dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia melakukan kegilaan ini? Terlebih ini adalah pengalaman pertama bagi Hera. Bedebah tak tahu diri ini berhasil merenggut apa yang berharga dari Hera.

“Bajingan lo, Rus!” maki Ikarus pada dirinya sendiri.

Lima belas menit setelah membersihkan diri, Ikarus keluar dengan mengenakan kemeja yang sudah tidak berbentuk karena ulah Hera. Pria itu membawa sebuah handuk kecil yang telah dibasahi air hangat, lalu ia bergerak mendekati Hera yang sudah terlelap. Ikarus duduk di tepi ranjang dan mulai membersihkan tubuh perempuan itu dengan handuk hangat tersebut.

Ada jeda selama beberapa saat. Tatapan Ikarus lekat ke arah Hera yang kini tengah terlelap.

“Sorry, Ra. Gue emang—” Ikarus menghela napas pendek. Lagi-lagi ia mengutuk dalam hatinya. “Gue seharusnya menahan diri.”

Setelah memastikan Hera bersih. Ikarus membenarkan posisi tubuh Hera agar nyaman. Ia menarik selimut sebatas bahu, menatap perempuan itu sebentar, sebelum memutuskan untuk keluar dari kamar Hera.

Ikarus menghempaskan tubuhnya di sofa sembari meraup wajahnya dengan gusar. “Brengsek! Brengsek! Brengsek!”

Rasa kalutnya semakin menjadi, terlebih saat ia telah mendapatkan apa yang selama ini dijaga Hera.

“Lo sekarang mau gimana, Rus? Lo hancurkan semuanya dan—” Ikarus menghela napas, bersamaan dengan ponselnya yang berdering. Membuat perhatian pria itu teralihkan sejenak.

“Halo, Res?”

“Lo di mana?” tanya Ares di seberang sana.

“Gue lagi di apartemennya Hera. Kayaknya gue bakalan nginep di sini.”

“Lo serius?”

“Mm.” Ikarus bergumam lirih. “Gue habis melakukan kesalahan fatal, Res. Dan gue nggak tahu gimana lagi untuk menolong diri gue sendiri setelah ini.” 

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status