SUKSES SETELAH DIKHIANATI SUAMI

SUKSES SETELAH DIKHIANATI SUAMI

By:  DEAR GREEN  Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
22Chapters
440views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Selama delapan tahun menikah, Gita Lisrani tak menyangka bahwa Arlan Suranta—suaminya yang terlihat sangat mencintainya, tega mendua dengan rekan kerjanya bernama Yunita, yang tak lain adalah teman sekolah Gita saat SMA dulu. Gita tidak langsung mengungkap perbuatan suaminya itu, namun dia menyusun rencana untuk membalasnya secara perlahan, sebelum akhirnya meminta cerai. Sementara itu, Angga Pangestu—CEO perusahaan tempat Arlan bekerja, sering tak sengaja bertemu Gita saat wanita itu memilih meninggalkan rumah. Lelaki yang dia panggil Pak Angga meski masih sangat muda itu, mengajukan diri untuk memberikan bantuan apa saja yang diperlukan Gita. Bahkan ketika Gita memulai usaha untuk menyambung hidup, Angga berdiri paling depan untuk membantunya. Sampai akhirnya, Angga melamar Gita ketika wanita itu telah sukses menjadi pengusaha. Gita dan Angga berencana untuk menikah dan memulai hidup bahagia, namun serangan dari Arlan dan Yunita kembali menghantui. Bagaimana cara Gita melawan gangguan dari mantan suaminya agar hidup bahagia yang diimpikan segera terwujud?

View More
SUKSES SETELAH DIKHIANATI SUAMI Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
22 Chapters
PESAN SAYANG
“Sayang?” Aku tak sengaja membaca pesan masuk ke aplikasi chat berwarna hijau milik suamiku. Keningku berkerut bingung. Pasalnya, kontak pengirimnya dengan nama laki-laki.Sebuah nomor yang diberi nama ‘Suparman’ mengirim pesan aneh. Tak ada pesan apapun sebelumnya. Sejenak aku berpikir, apakah ini teman Bang Arlan yang iseng?“Ada apa, Bund?” Suara Bang Arlan mengejutkanku. Raut wajahnya menunjukkan ketidaksukaan ketika melihat ponselnya berada di tanganku. “Bunda ngapain pegang HP Ayah?” tanyanya lagi, setelah beberapa detik aku tak menanggapi."Ini..." Aku menyerahkan benda pipih itu padanya dengan ruang obrolan masih terbuka. Sengaja, supaya dia bisa melihat apa yang baru saja aku baca.Dia tampak terkejut, namun akhirnya tertawa. "Ya ampun si Suparman itu temen Ayah waktu SD dulu, dia emang sering iseng begitu orangnya," ucapnya menjelaskan. “Pasti mau pinjam uang dia nih,” tebaknya sembari meraih ponselnya dari tanganku."Coba telepon dia! Siapa tau penting," pintaku, untuk memb
Read more
ADA YANG TAK BERES
“Tapi kan…” Chika cemberut dan tampak keberatan.Aku mengelus rambutnya sambil tersenyum, lalu membawanya kembali turun. Sampai di lobi, aku menitipkan makan siang yang kubawa kepada Resepsionis.“Loh, gak jadi ketemu Pak Arlan, Bu?” tanya gadis beralis tebal itu dengan raut wajah heran.Aku menggeleng. “Lain kali aja. Kamu benar, ternyata dia sedang sibuk di ruangannya,” ucapku sambil mendelikkan mata.Gadis itu menunduk salah tingkah. Aku tahu dia sedang menyembunyikan sesuatu. Mungkin saja pria berjas tadi mempunyai jabatan tinggi di perusahaan ini, makanya dia pun terpaksa memperbolehkanku naik.“Jangan lupa! Kasih tau Pak Arlan, kalau tadi saya datang mengantar makan siang untuknya!” tegasku dengan mata sedikit melotot.Resepsionis itu mengangguk cepat. Aku segera menggenggam tangan Chika untuk keluar. Kalau saja tadi tidak ada anakku ini, sudah pasti aku akan memergokinya. Apa iya, sesama rekan kerja semanja itu? Mana aku sedikit mendengar wanita itu mendesah kecil.“Aww… kamu n
Read more
MATA-MATA
“Ada apa, Nak?” Aku menghampiri putri kecilku itu. Tangannya mengeluarkan sedikit darah akibat tergores pecahan gelas.“Kita obati dulu lukanya, ya!” Aku hendak menggendongnya, tetapi gadis itu malah menangis kencang.“Apa sakit sekali? Ayo bunda obati lukanya,” ajakku lagi.Gadis kecilku itu tidak menghiraukan dan tetap menangis kencang. Aku bergegas mengambil kotak P3K. Sebenarnya luka goresan itu sangat kecil, mirip luka bekas tusukan jarum saja, tetapi kenapa Chika menangis histeris?“Ayah!” teriakku, memanggil. Entah kemana lelaki itu pagi-pagi buta begini. Biasanya dia baru bangun pukul 07.00, kenapa jam segini sudah menghilang?Setelah selesai menempelkan plester ke jari Chika, gadis kecilku itu mulai tenang dan duduk di kursi meja makan. Aku membuatkannya susu hangat dan roti selai kesukannya. Setelah itu aku mengambil ponsel di kamar untuk menghubungi suamiku, dan aku baru sadar kalau tas kerjanya sudah tidak ada.“Chika tadi kenapa? Kok gak panggil bunda kalau mau minum?” ta
Read more
SEBUAH NASIHAT
“Halo, Ras. Ada apa?”Sedang dalam suasana hati yang tak karuan, Laras—Mamanya Cecil, yang juga tetanggaku, menelepon.“Lo dimana, Git?” Suara Laras terdengar agak panik.Aku mengerutkan kening. “Emang kenapa?” Tanpa menjawab pertanyaannya, aku balik bertanya.“Aduh, gimana ya ngomongnya..” Terdengar helaan napas kasar di seberang sana.Aku sudah bisa menebak apa yang akan dia katakan. Karena dari kejauhan, aku melihat Laras mondar mandir di terasnya sambil sesekali menatap rumahku.“Ngomong aja ih!” desakku.“Ta-tapi lo jangan kaget ya, anu.. bisa jadi bukan apa-apa, sih.” Masih bertele-tele, Laras seakan tidak bisa menyampaikan apa yang dia lihat.“Gue tau, lo mau bilang kalo Bang Arlan ke rumah bawa cewek, kan?” tebakku seketika.Aku masih berdiri di dekat pohon besar di persimpangan. Masih belum melangkah, sebab hati dan otakku beradu sengit. Seakan tak ingin menyaksikan apa yang nantinya terjadi di depan mataku. Sedangkan di sisi lain, aku tidak ingin memergokinya sekarang. Aku
Read more
TERINGAT PESAN AYAH
“Chika?” Aku menghampirinya dengan sedikit panik, takut dia mendengar ucapanku tadi. “Kamu kenapa bangun? Mau pipis, ya? Atau mau minum?” tanyaku.Chika menggelengkan kepalanya lemah. “Ayah gak ikut kesini, Bund?” tanyanya dengan bibir mencebik kecewa.Aku mengusap rambutnya, lalu membawanya kembali masuk ke kamar.“Ayah lagi sibuk banget, tadi pas Bunda pulang Ayah masih kerja.” Aku berdusta, berharap Chika mengerti dan tidak mendengar apa saja yang tadi kuceritakan pada Ibu.“Tapi kenapa Bunda nangis?” Gadis kecil itu menatapku sambil memeluk bonekanya.Segera aku mengusap-usap wajah sambil tertawa kecil. “Ah, mana ada. Ini kayaknya karena Bunda udah ngantuk banget, deh.” Aku pura-pura menguap. “Tidur, yuk!” Kurebahkan kepala Chika ke bantal, lalu kutarik selimut menutupi tubuhnya sampai ke dada. kutepuk-tepuk lengannya dengan lembut. Namun yang terjadi, tanpa sadar aku pun ikut tertidur. Mataku terasa berat sekali setelah menangis seharian. Tetapi, setelah kupikir-pikir, betapa ru
Read more
PERASAAN JIJIK
“Nak… apa kamu mau pindah sekolah ke tempat Nini?” tanyaku saat perjalanan pulang kembali ke Jakarta.Chika tampak berpikir. Matanya menatap ke atas sejenak, lalu menoleh padaku. “Sebenarnya … Chika suka tinggal di rumah Nini, disana sejuk, banyak bunga-bunga dan kupu-kupu. Tapi … Chika nanti kangen sama Ayah sama Bunda,” cicitnya.Aku merangkul tubuh mungilnya. Membawa ke pelukanku. Gadis kecil ini tidak akan tahu bagaimana nasib rumah tangga orang tuanya setelah aku membalas Bang Arlan. Tetapi, aku tetap harus mengambil keputusan. Bertahan untuk terus sakit hati demi anak? Awalnya pikiran itu terlintas di benakku. Namun, aku pikir hal itu salah dan bodoh. Jika kelak Chika telah tumbuh dan mengerti, dia pasti akan sakit hati dan kecewa. Aku yakin, dia juga tidak ingin melihat Ibunya disakiti.“Kalau kamu emang mau tinggal bersama Nini, gak apa-apa, Sayang. Nanti bunda sering jenguk kamu,” ucapku membujuk.“Terus nanti Bunda ngapain disana? Kan Ayah kerja, kalau gak ada Chika, apa bun
Read more
MEMULAI AKSI
“Bu-bunda …” Bang Arlan terlihat pucat melihat apa yang sedang aku pegang. Dia mungkin menyadari kalau itu milik kekasihnya.Aku tertawa dan buru-buru menyembunyikan benda itu di belakang pungguung.“Ini kayaknya punya Aku yang ilang, Bang.” Aku lanjut berjongkok dan merogoh bawah kolong tempat tidur. Dan ternyata aku menemukan dalaman lainnya. Kali ini sebuah bra berukuran lumayan besar yang sama sekali bukan ukuranku.Aku berdiri dan kembali memegang benda itu dengan jijik sambil memperlihatkannya pada Bang Arlan.“Ini juga kayaknya punya aku, Bang. Kok bisa ada di bawah kolong, ya?” Aku berpura-pura bodoh.Bang Arlan tertawa. Wajahnya tampak lega, melihat aku tak curiga dengan benda yang sebenarnya tidak pernah aku pakai. CD berenda? Bra ukuran besar? Sungguh bukan aku.Tapi Bang Arlan gak peduli dan menganggap keadaan aman karena aku menganggap benda ini milikku yang hilang. Dia berganti baju dan naik ke atas ranjang. Matanya sibuk mencari benda yang mungkin tadi aku jatuhkan.Aku
Read more
TERNYATA DIA...
“Iya, Mas. Eh, Pak.” Aku jadi salah tingkah dan gugup. Bingung mau memanggilnya dengan sebutan apa. Sementara aku tidak tahu dia menjabat apa di kantor ini.Dilihat dari setelannya yang terlihat mahal dan mewah, membuatnya semakin berwibawa dan juga …“Tampan,” batinku.Pria itu menyeringai, terlihat sangat sombong. Tak lama pintu lift terbuka. Dia keluar dengan langkah lebarnya. Aku pun menyusul, karena tujuan kami ada di lantai yang sama.Dia berbelok ke kanan, dan aku ke kiri.“Tunggu!” panggilnya. Seketika aku pun menoleh ke belakang. Karena tidak ada orang lain disana selain kami berdua.Aku menunjuk diriku sendiri, sembari menaikkan alis. Bertanya lewat gestur bingung.“Kamu mau ngelamar kerja disini?” tanya pria itu sambil memperhatikan amplop coklat yang dipegang.“Oh, ini. Enggak. Aku cuman mau …” Aku bingung mau menjawab apa. Kalau aku bilang tidak ingin melamar pekerjaan disini, nanti aku diusir, tapi kalau aku bilang mau melamar, gimana kalau dia membuka isi amplop ini.Aku
Read more
HUKUMAN APA?
“Git, gue minta maaf,” cicit Yunita akhirnya.“Kenapa harus suami gue?!” bentakku.“Bund, Abang bisa jelasin,” ucap Bang Arlan masih berusaha menyentuhku.Aku mengangkat tangan dan meminta Bang Arlan untuk tidak mendekatiku. Aku mundur perlahan dan menjauh sembari berusaha menenangkan diri.“Sudah berapa lama?” Aku bertanya dengan suara serak dan lemah.Tak ada yang menjawab. Mereka berdua bergeming.“SUDAH BERAPA LAMA KALIAN SELINGKUH????!!!!” Aku kembali berteriak dengan sisa suara yang kupunya.Tiba-tiba pintu ruangan terbuka. Mungkin mendengar keributan yang kubuat di dalam sini.“Ada apa ini?” tanya pria yang masih berdiri di ambang pintu. Matanya menatap tajam pada kami satu persatu.Aku masih terisak. Tapi segera kuseka air mataku yang tak mau berhenti mengalir. Sungguh air mata ini teramat mahal untuk menangisi pria berengsek seperti Bang Arlan. Tapi hatiku benar-benar perih. Mungkin, aku tidak akan merasa sesakit ini jika Bang Arlan berselingkuh dengan wanita yang tidak kuken
Read more
KONSEKUENSI
Pak Angga tersenyum menanggapi Ucapan Bang Arlan, aku semakin kecewa. Sia-sia saja rasanya kami bermusyawarah disini kalau aku tetap tidak akan mendapat keadilan."Kalau begitu, maaf Pak Angga." Aku langsung nyerobot bicara sebelum Pak Angga kembali angkat suara. "Saya akan dengan terpaksa mengungkap perbuatan mereka berdua ke sosial media milik saya, dan pastinya... nama perusahaan Bapak akan ikut terseret," ancamku penuh kekecewaan.Pak Angga yang tadinya senyum, kembali pada ekspresi datar setelah mendengar ucapanku. Masih tak kusangka, jika ternyata tidak ada yang mempedulikanku sebagai korban disini. seorang Angga hanya mempedulikan citra dan nama baik perusahaannya saja. Dia pasti akan mencegahku untuk mengungkap cerita yang akan aku buat di sosial media nantinya."Tenang dulu, Mbak. Saya belum selesai menjelaskan.." ujarnya, membuat Bang Arlan seketika menegang kembali."Memang peraturannya seperti itu, saya tidak bisa melakukan pemecatan karena terikat kontrak, tapi ... saya b
Read more
DMCA.com Protection Status