Share

Kenyataan

Angin bertiup kencang memainkan rambutku. Langit malam hitam pekat, hanya di hiasi beberapa bintang. Duduk seorang diri dengan pikiran melalang buana tidak tentu arah. Ucapan Khanif terus terngian-ngiang dalam ingatan.

"Mbak!" Suara Raka terdengar dari belakang.

Aku menoleh ke arah sumber suara. Kepalanya menyembul di balik tembok pembatas.

"Ngapain ngelamun seorang diri? Di atas genteng pula. Nggak takut di ambil setan?" tanya Raka sambil cekikikan nggak jelas.

"Apaan sih? Biasa juga di sini," balasku tidak terima dengan tuduhannya.

"Tempat yang sama, tapi lamunanya berbeda, 'kan?"

Raka naik mendekat ke arahku. Dibawanya dua kaleng minuman ringan dengan kacang kesukaanku.

"Terima kasih," ucapku pelan.

"Kembali kasih Mbak cantik," balasnya pelan.

Sejenak kami terdiam menikmati pekatnya malam. Udara dingin membelai wajah kami pelan.

"Mbak kenapa nggak Mbak terima saja cinta Pangeran Arab?" tanyanya memecah keheningan.

"Pangeran Arab yang mana lagi?" tanyaku dengan memicingkan mata.

"Ci
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status