Share

Suamiku, Sahabat Ayahku
Suamiku, Sahabat Ayahku
Penulis: Ayy Lmot

Kehadiran Arsen

"Sayang ... ayah pulang ...."

Mendengar suara seorang dari luar, gadis berwajah manis nan ayu itu beranjak dari kamarnya dengan riang.  

"Yeayy Ayah pulang!"

Dengan tergesa-gesa gadis bernama Dinara Carsea Olivia itu membuka pintu untuk menyambut sang ayah yang baru saja pulang bekerja.

"Ayah bawa pesananku--siapa dia, Yah?" Tiba-tiba suara gadis itu melirih tatkala matanya menatap seorang pria berwajah putih mulus dan tampan, sedang menenteng sebuah koper.

"Nara, ini sahabat ayah namanya Om Arsen. Dia akan tinggal bersama kita mulai saat ini," ucap Dhafian Ganendra sang ayah Nara.

Pria bernama Arsenio Barra itu mengulurkan tangannya. Namun, tangannya itu sama sekali tak disambut oleh Nara. Gadis itu justru membolakan matanya ke arah Arsen. Refleks Arsen pun menarik tangannya kembali.

"Ayah hidup kita udah susah, sekarang Ayah malah mau menampung beban lagi. Coba pikirkan kehidupan kita yang harus membayar tagihan listrik, kontrakan, tunggakan kuliah, belum lagi buat kita makan!" 

Gadis itu menyerocos tanpa jeda sampai Dhafian merasa malu dengan sahabatnya.

"Susssttt, cerewet sekali anakku!" Dhafian pun menutup mulut anaknya, lalu mendorong Nara untuk masuk kamar. Namun sebelum itu ia berkata kepada sahabatnya, "Arsen masuk saja ke kamarku yang di sebelah sana!"

Di dalam kamar.

Dhafian menggenggam tangan anaknya, lalu mengusap kepala Nara agar putrinya itu dibawa tenang.

"Nara, Om Arsen itu sebatang kara. Dia sudah tidak mempunyai keluarga. Dia baru saja terbang dari Singapura, dan datang ke sini untuk mengubah nasib.  Hanya ayah yang bisa menampungnya karena dia tidak mempunyai tempat tinggal," jelas Dhafian.

"Dari tampangnya aku tidak melihat dia seperti orang susah!" gerutu Nara.

"Dia memang tampan, dari SMA dulu pun memang dia pria tertampan seangkatan ayah."

"Tapi Ayah, kenapa tidak Ayah carikan kontrakan saja? Bahkan, pintu kontrakan lain masih banyak yang kosong. Biar dia tinggal sendiri agar tidak merepotkan kita!" resah Nara.

"Sayang ... dia hanya serabutan, jadi apa salahnya jika kita hidup bersama? Justru, menurut ayah, dia akan membantu kebutuhan kita. Karena dengan kehadirannya, pemasukan uangmu akan bertambah."

"Iyalah harus bertambah, bebannya juga semakin banyak!"

Jika bertanya di mana sosok ibu Nara? Ya, jawabannya Nara adalah seorang gadis yang sangat jauh dengan seorang ibu.

Dahulu, ayahnya adalah seorang pelajar nakal yang menggauli adik kelasnya bernama Unita Alula Alfiah. Ya, akhirnya Uni hamil di usianya yang ingin beranjak 18 tahun.

Dhafian adalah pria miskin. Dalam kondisi sulitnya ekonomi, ia didesak untuk menikahi Uni gadis yang dihamilinya. Sementara itu, Uni adalah seorang anak konglomerat. Awalnya, kedua orang tua Uni tidak menyetujui. Namun, karena tak mau nama keluarganya ternodai, akhirnya mereka merestui.

Namun, dengan syarat: setelah anak mereka lahir, Dhafian harus menceraikan Uni. Akhirnya mereka pun menikah, dan sesuai kesepakatan, mereka benar-benar berpisah setelah Nara lahir. Uni pun dibawa ke luar negeri oleh keluarganya dan meninggalkan anaknya bersama Dhafian.

Dhafian akhirnya putus sekolah karena harus bekerja keras demi membeli susu anaknya. Masih beruntung, kala itu masih ada orang tua yang selalu membantu. Namun, karena termakannya usia, ibu dan ayah Dhafian pun akhirnya tiada. Penderitaannya ditambah karena sang ayah dan ibu ternyata pergi dengan meninggalkan hutang.

Selama 20 tahun, Dhafian telah membesarkan Nara dengan penuh pengorbanan. Hingga akhirnya, sampai saat ini, anaknya sudah bertumbuh menjadi gadis yang baik dan cerdas.

***

Keesokan paginya.

Selepas mandi, Dhafian menegur anaknya, "Nara mulai saat ini siapkan makanan tiga porsi, ya! Tambahan satu porsi untuk teman ayah."

Tak mendapat sahutan, Dhafian hanya mendengar suara umpatan anaknya yang sedang menyiapkan sarapan.

"Nara ...." panggil Dhafian sekali lagi.

"Iya Ayah ... iya!" sahut Nara pada akhirnya.

"Bagus, ayah suka anak yang penurut!" 

"Tapi, Nara gak suka orang itu!" umpat Nara.

Setelah Dhafian pergi untuk mengganti pakaian, kini bergantian dengan Arsen yang ingin membersihkan dirinya. Tiba-tiba Nara menyahut, sesaat dirinya melihat seorang pria berjalan santai dengan membawa handuk.

"Mandinya jangan banyak-banyak ya, tagihan listrik mahal!" ketus Nara menegur walaupun nadanya terdengar lembut.

Arsen tak membalas perkataannya, ia hanya memberikan senyum termanis yang dia yakini akan membuat semua wanita terpikat melihat pesonanya. Namun, tidak dengan Nara, gadis itu justru merasa jengah.

Setelah mereka bersiap dengan masing-masing kegiatan yang akan dimulai, kini mereka pun mengawalinya dengan sarapan terlebih dahulu.

"Nara, mulai saat ini, kamu akan diantar-jemput oleh Om Arsen, ya. Kemarin, majikan ayah mengkreditkan ayah motor. Jadi, motor yang lama dipakai buat Om Arsen kerja sekalian antar-jemput kamu," ucap Dhafian di sela-sela suapannya.

"Ayah gak bisa gitu dong ... Nara gak mau, pokoknya Nara mau bawa motor sendiri kalo Ayah gak mau hantar!"

"Sayang ... mengertilah, Nak. Ayah sering telat karena mengantar kamu terlebih dahulu, sementara gerbang rumah majikan ayah harus dijaga setiap saat!"

Mendengar jawaban ayahnya, Nara membanting sendoknya dengan rasa kesal. Gadis itu pun menyudahi sarapannya dan kembali ke kamar.

Dhafian hanya bisa menarik napasnya dengan rasa sabar. "Arsen, maafkan atas kelakukuan anakku, ya."

"Tidak apa-apa Dhaf. Justru, aku yang meminta maaf karena kehadiranku membuat anakmu tidak nyaman," balas Arsen.

"Arsen, aku tidak pernah merasa keberatan dengan kehadiranmu. Perlahan, anakku juga akan luluh nanti."

"Terima kasih, kau sahabatku yang luar biasa baik!"

***

Di bawah teriknya pancaran sinar matahari, nampak wajah seorang gadis yang begitu teduh. Sangat bertolak belakang dengan cerahnya matahari pagi ini.

Kini, Nara sedang dibonceng oleh Arsen ke sebuah kampus. Gadis itu seperti mempunyai kehidupan baru. Ya, hidup baru dengan perubahan yang ada.

"Nanti jemput tunggu di sini aja, gak usah masuk gerbang!" ucap Nara setelah tiba di universitas ternama di kota mereka.

"Siap!" Arsen tetap memberikan senyumannya, sementara Nara sama sekali tidak menunjukkan wajah ramahnya.

"Tunggu!"

Di kala langkah sudah cukup jauh, tiba-tiba ia mendengar suara seruan Arsen. Ia berbalik, lagi-lagi memasang wajah angkuhnya.

"Kenapa?"

Apa yang ia dapat? Ya, ia melihat Arsen sedang mengulurkan tangannya. "Bukankah ayahmu selalu mengajarkan ini?" ucap pria itu.

Nara terpaksa harus melangkah mendekat kembali kepada Arsen, hanya untuk menyalimi tangannya. Saat itu, Arsen benar-benar tersenyum puas. 

'Jika tidak karena ayah, cih malas sekali aku menyalimi tangannya!' gerutunya.

***

Berbeda dengan Arsen yang menghadapi juteknya Nara, Dhafian justru sedang bersama dengan seorang wanita anggun yang juga majikannya. Perempuan itu bernama Lia. Kini, dia sedang tersenyum manis di hadapan Dhafian.

"Dhaf, nanti jika ada tamu yang datang, tolong katakan pertemuan denganku diundur esok ya. Aku mau pergi!" pesan wanita itu kepada Dhafian yang sedang menjaga gerbang rumahnya.

"Baik Nyonya!" balas Dhafian dengan semangat.

'Astaga Dhaf, senyuman kamu itu lho. Huh, bisa-bisanya aku terpesona dengan duda satu anak ini,' batin Lia.

"Oh ya, tumben datang lebih awal? Aku tidak pernah memaksamu untuk ketat dan sedisiplin, lho. Anakmu siapa yang menghantar?"

"Sekarang dia sudah mempunyai ojek sendiri Nyonya, dan karena saya sudah mempunyai motor, jadi kita tidak bergantian lagi."

"Syukurlah, jika motor itu sangat berguna." Senyum Lia mengembang mendengar ucapan Dhafian.

"Ya, terima kasih atas kebaikan Nyonya karena mau mengkreditkan saya motor."

"Dhaf, motor itu hadiah untukmu selama bekerja baik di sini. Jadi, jangan anggap aku mengkreditkannya ya. Gajimu juga tidak akan kupotong." 

"Tapi ini terlalu besar Nyonya!"

"Tidak apa-apa!" Lia benar-benar tidak mau dibantah.

"Terima kasih," kata Dhafian sambil tersenyum.

Melihat itu, Lia hanya dapat membatin kembali dalam hati, 'Aku hanya takut jika kau berhenti bekerja di rumahku, Dhaf. Mungkin, dengan adanya motor itu, kau bisa semangat.'

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status