Share

Niat Jahat Vero

Nara berdecak jengah. "Bukan urusan Om!"

Arsen tak tinggal diam. Pria itu justru diberi tugas oleh sang sahabat untuk mengawasi putrinya. Ya, bukan hanya sembarang memberikan izin, itu Dhafian lakukan demi putrinya terhibur dan tidak kecewa.

Mengetahui ada Arsen yang bisa menjadi baby sitter untuk anaknya, Dhafian memanfaatkan kehadiran Arsen.

Kini, Arsen sedang melihat seorang lelaki berkendara motor sport sedang memboncengi Nara. Dirinya merasa cemas karena pakaian gadis itu terlihat terbuka.

Arsen mempunyai firasat yang tidak enak, ia sangat mengkhawatirkan Nara. Pria itu terus membuntuti mereka. 

Sementara itu, Nara merasa sangat senang.

"Nar lo cantik banget!" teriak Vero di kala mereka berhenti karena tiba di lampu merah.

"Terima kasih Kak. Tapi, kita mau kemana?" 

"Pokoknya nanti lo bakal seneng-seneng!"

"Oh oke deh!" Nara yang sudah terlanjur bahagia karena Vero, tidak memedulikan apa pun. 

***

Tempat di mana semua pengunjungnya seorang yang melebur rasa penat setelah bekerja, atau seseorang yang sekedar mencari hiburan semata. Ya, mereka tiba di klub malam.

Ini adalah kali pertama Nara mengunjungi tempat ini. Ia melihat banyak perempuan yang berpakaian, tetapi terlihat telanjang. Bau alkohol menyengat, sementara dentuman musik DJ begitu menggema mengiringi para pengunjung yang sedang berjoget ria.

"Duduk sini!"

Vero mengajak Nara untuk duduk di sebuah sofa. Di atas meja ia sudah melihat berbagai macam minuman beralkohol. 

"Kita tunggu temen-temen gue!"

"Kak, kenapa kita nggak nongkrong di pinggir jalan aja? Atau pasar malam gitu?"

Vero menyunggingkan senyumannya, lalu mengusap kepala gadis itu. "Lo lucu banget sih. Pokoknya, tempat ini lebih enak, dan lebih rame 'kan?"

"Iya sih!" jawab Nara karena tidak ingin membuat pujaan hatinya kecewa.

Tiba-tiba, segerombolan pria dan wanita yang saling berpasangan datang. Mereka adalah teman-teman Vero. 

"Wahh udah ganti lagi aja!" ucap salah satu dari mereka.

"Iya dong, kali ini lebih imut kan?" sahut Vero.

"Emang paling bisa dehhh!"

Vero pun menuangkan segelas Vodka, lalu ia sodorkan ke Nara. "Minum!"

"Ini apa?" tanya Nara ragu-ragu.

"Minuman bersoda, enak kok pasti lo bakal ketagihan!" 

Nara yang polos, bisa percaya begitu saja. Gadis itu tanpa ragu langsung menenggaknya. Seketika, ia meringis, merasakan sesuatu yang aneh masuk di tenggorokannya. 

"Hmm, gak ada sodanya," gumam Nara.

"Tapi enak 'kan?" 

"Iya sih."

"Yaudah minum lagi!" Vero menyeringai menatap teman-temannya. Mereka semua pun hanya bisa menggelengkan kepala, ada juga yang merasa lucu dengan kepolosan Nara.

Vero benar-benar memberikan banyak sekali minuman beralkohol dari berbagai macam-macamnya, sampai Nara merasa pusing. Ya, gadis itu sudah mabuk berat karena ulah kakak kelasnya itu.

"Lo santapan gue malam ini."

***

Sementara di suatu tempat, Arsen sedang merutuki dirinya sendiri. Semenjak mengikuti Nara bersama Vero, ia tiba-tiba kehilangan jejak mereka karena Vero begitu kencang mengendarai, terlebih ia baru beberapa hari tinggal di kota ini, jadi belum terlalu hapal jalan.

"Sial!"

Waktu sudah menunjukkan pukul 24.00 WIB.

Sudah larut malam. Saat ini ia benar-benar sangat mencemaskan Nara, dan bagaimana juga ia mengakatakan kepada Dhafian nanti?

Namun, kala dirinya begitu khawatir tiba-tiba matanya mendapati seseorang yang baru saja keluar dari sebuah club yang berada di sebrang jalan sana.

"Nara!"

Arsen segera bergegas, ia mengetahui bahwa mereka adalah Nara dan Vero. 

Ya, itu benar mereka. Nara terlihat kegatelan. Gadis itu terus saja menggaruk-garuk tengkuk dan lengannya. 

"Kak, gatel!"

"Kita ke apartemen sekarang, tahan dulu Nar!"

"Panas!" 

'Obatnya udah bereaksi!' batin Vero.

Tanpa mau menunggu Nara yang jalan terus terhuyung-huyung, Vero pun segera menggendong gadis itu untuk dia naikkan ke atas motornya.

Tubuh enteng Nara sangat mudah untuk diangkat, kini gadis itupun sudah berada di atas motor. 

Namun, Arsen yang sigap segera menarik pinggangnya, dan kala itu Vero sudah sempat menaiki motor.

"Woyy siapa lo? Lepasin cewe gue!" 

"Lain kali kalau mau jalan tanya dulu siapa perempuannya. Dia istri saya!"

"Gak mungkin, sekarang lepasin dia. Nar lo harus sama gue!" 

"Om aku mau pulang!" Sementara itu, Nara yang di bawah alam kesadaran, merasa sangat lelah. Dia juga bingung dengan berbagai sensasi aneh yang ia rasakan di tubuhnya saat ini.

Arsen menyunggingkan senyum, lalu ia bergegas membawa putri dari sahabatnya itu untuk segera pulang.

Sepanjang perjalanan, Nara terus mengaduh gatal dan panas.

Mendengar itu, Arsen kebingungan dan berkata, "Tahanlah dulu, sebentar lagi kita sampai."

Berkat Arsen yang mengebut membawa motornya, kini mereka sudah tiba di kontrakan. Pria itu segera membopong Nara. 

"Om gatel, panas!"

Nara dituntun untuk duduk. Saat itu juga, Arsen melihat banyak memar dan bintik-bintik merah di bagian leher, lengan, dan dadanya yang terbuka. Nara juga terlihat terus menggaruki seluruh tubuhnya. 

"Jangan digaruk!"

Arsen menahan kedua tangan Nara dengan cara mendekapnya. "Argghh ... ini panas, gatel juga. Om aku gak kuat!"

"Apa yang kau makan sampai bintik-bintik seperti ini?" tanya Arsen. Nara tidak menjawab, ia tetap berusaha untuk menggaruk kulitnya.

Tiba-tiba, Arsen melihat bibir gadis itu basah. Entah setan apa yang merasukinya, dengan secepat kilat, pria itu menempel bibirnya, lalu menyesap dan merasakan bagian dalam mulutnya.

'Meminum alkohol kadar tinggi. Ternyata gadis ini alergi alkohol,' batin Arsen. 

Arsen merasa bingung, tetapi karena dulu pernah merasakan ini, ia masih ingat cara mengatasinya. Pria itu beranjak masuk kamar, lalu mengambil sebuah lation calamine dan setelahnya ia mengolesi di bagian bintik-bintik, ruam merah yang ada di kulit Nara.

Benar saja, tangisan Nara mereda sedikit, tetapi mulutnya tetap tidak berhenti mengoceh dengan berkata panas.

"Minumlah!" 

Arsen menyodori segelas air putih. Nara yang memang sangat haus, langsung menenggaknya tanpa tersisa. 

Gadis itu sudah berhenti menggaruki kulitnya, tetapi ia tetap mengaduh kepanasan, "Om, masih terasa panas!"

'Aku tahu niat bocah lelaki itu. Dia berusaha meniduri Nara, sampai memberinya obat perangsang. Pergaulan di zaman sekarang memang sangat berbahaya,' batin Arsen.

Nara melepaskan pakaiannya di depan Arsen. Mungkin, pengaruh alkohol belum membuat gadis itu sadar. Tidak semua yang ia lepas, hanya sebagian. Namun, kini Arsen sudah melihat bagian yang biasanya tertutup walaupun masih terbungkus kain berenda tipis.

"Om tolong Nara!" Di bawah alam kesadaran, gadis itu tanpa menyadari telah menaiki tubuh sahabat ayahnya.

Arsen yang mendapat perlakuan seperti itu, terus saja menelan salivanya dengan susah payah. 'Sial, ukuran tubuh gadis ini tak selaras dengan umurnya,' batinnya.

Nara terus menggerayangi tubuh Arsen. Gadis itu terlihat seperti hewan kelaparan. 

"Nara hentikan! Sebentar lagi, ayahmu akan pulang!" Di batas kewarasan, Arsen berusaha melawan serangan gadis yang biasanya jutek itu.

"Tolong Nara, tubuh Nara terasa panas!"

Nara semakin liar, dia membuka sabuk ikat pinggang Arsen lalu membuka resleting itu dengan tergesa-gesa. Sedangkan Arsen, pria itu mulai terpancing dengan tingkah Nara.

Sebelum melakukan yang ingin dilakukan Nara, Arsen mengalihkan dengan mencium bibirnya. Namun, kesadaran kembali menguasai Arsen.

'Tahan, belum waktunya. Ingat, pertemuan ini masih terlalu singkat,' batinnya. Tanpa sadar, dia memijit keningnya karena terasa pening.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status