Suamiku, Sahabat Ayahku

Suamiku, Sahabat Ayahku

By:  Ayy Lmot  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
7Chapters
983views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Nara sama sekali tidak menyukai kedatangan Arsen, dia adalah sahabat sang ayah yang ditampung di dalam rumahnya. Baginya, Arsen adalah pria penambah beban di kehidupan keluarganya. Sudah mengontrak dengan hidup pas-pasan, kini merekaharus menampung beban baru lagi. Kesehariannya pun dipenuhi dengan rasa dongkol semenjak kedatangan pria yang seumuran dengan sang ayah itu. Hingga suatu hari, sahabat ayahnya itu menyatakan bahwa ingin menikahi Nara. Dengan keterpaksaan, Nara akhirnya mau menikah dengan pria yang tidak dicintainya. Ketika rasa cinta melanda hati Nara, tiba-tiba Arsen menyatakan ingin bercerai dan segera membawa anaknya. Anehnya lagi, ternyata di luar rumah sudah banyak bodyguard yang sedang menunggunya untuk pulang ke luar negeri. Pria itu disebut-sebut sebagai tuan besar oleh mereka. Apa yang sebenarnya terjadi? Bukankah pria itu seorang pria miskin? Siapakah identitas Arsen yang sebenarnya? Lalu, kenapa Arsen ingin bercerai dari Nara?

View More
Suamiku, Sahabat Ayahku Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
7 Chapters
Kehadiran Arsen
"Sayang ... ayah pulang ...." Mendengar suara seorang dari luar, gadis berwajah manis nan ayu itu beranjak dari kamarnya dengan riang. "Yeayy Ayah pulang!" Dengan tergesa-gesa gadis bernama Dinara Carsea Olivia itu membuka pintu untuk menyambut sang ayah yang baru saja pulang bekerja. "Ayah bawa pesananku--siapa dia, Yah?" Tiba-tiba suara gadis itu melirih tatkala matanya menatap seorang pria berwajah putih mulus dan tampan, sedang menenteng sebuah koper. "Nara, ini sahabat ayah namanya Om Arsen. Dia akan tinggal bersama kita mulai saat ini," ucap Dhafian Ganendra sang ayah Nara. Pria bernama Arsenio Barra itu mengulurkan tangannya. Namun, tangannya itu sama sekali tak disambut oleh Nara. Gadis itu justru membolakan matanya ke arah Arsen. Refleks Arsen pun menarik tangannya kembali. "Ayah hidup kita udah susah, sekarang Ayah malah mau menampung beban lagi. Coba pikirkan kehidupan kita yang harus membayar tagihan listrik, kontrakan, tunggakan kuliah, belum lagi buat kita makan
Read more
Hasrat Nyonya Majikan
Sepulang dari kampus, kini Nara sedang menunggu jemputan. Namun, sudah cukup lama ia menanti, sementara Arsen belum juga menampakkan dirinya. 'Tidak tepat waktu. Dia tidak seperti ayah!" geramnya. Sekilas, ia mendapati seorang lelaki yang sedang mengendarai sepeda motor. Ya, itulah seseorang yang ia tunggu-tunggu. "Lama sekali!" kesalnya. "Maaf Nona manis, aku membeli ini dulu!" Arsen menunjukkan sebuah kantong plastik besar yang berisikan banyak sekali buah dan bahan-bahan dapur. "Astaga, Om menghabiskan uang ayah, ya? Ini banyak banget!" "Aku sama sekali tidak memakai uang ayahmu. Ini uang hasil kerjaku hari ini. Lumayan, untuk mencukupi kebutuhan kita selama beberapa Minggu," balas Arsen. Nara menilisik wajah Arsen, lalu kembali berkata, "Nara jadi meragukan, kalo Om itu bukan seorang pria serabutan!" "Buang perasaan anehmu tentangku. Cepat naiklah!" Dengan hati yang bertanya-tanya, Nara pun naik ke motor. Arsen dengan cepat menarik tangan Nara agar berpegangan di pinggan
Read more
Kesederhanaan Hidup Nara
Saat pagi-pagi buta, Nara telah terbangun. Ia pun memulai aktivitasnya seperti biasa: bergerak bangun, mencepol rambutnya, lalu berjalan menuju dapur. Nara mulai memasak untuk sarapan pagi. Setelah itu, ia mencuci dan menjemur baju. Kemudian, mencuci piring. Seusai dapur telah siap dengan makanan untuk sarapan, ia beralih membersihkan diri dan bersiap untuk mengawali hari dengan mengais ilmu. Selama hidup bertahun-tahun, ia seperti berperan seorang istri. Gadis yang cantik itu, sudah terbiasa hidup sederhana, bahkan sampai kekurangan. Namun, yang sangat ia sayangkan sampai saat ini ia belum sama sekali mengenal wajah ibunya. "Oke, siapkan baju ayah dan bangunkan mereka." Nara kembali bergerak setelah ia siap dengan mengenakan seragamnya. Kini gadis itu sedang menatap posisi tidur sang ayah bersama sahabatnya. "Huh, gara-gara om-om ini ayah tidurnya terlihat sangat sempit!" gumamnya. 'Bagaimana caranya aku menyingkirkan pria ini dari kontrakan? Kehidupan ayah seolah terbagi dua d
Read more
Niat Jahat Vero
Nara berdecak jengah. "Bukan urusan Om!" Arsen tak tinggal diam. Pria itu justru diberi tugas oleh sang sahabat untuk mengawasi putrinya. Ya, bukan hanya sembarang memberikan izin, itu Dhafian lakukan demi putrinya terhibur dan tidak kecewa. Mengetahui ada Arsen yang bisa menjadi baby sitter untuk anaknya, Dhafian memanfaatkan kehadiran Arsen. Kini, Arsen sedang melihat seorang lelaki berkendara motor sport sedang memboncengi Nara. Dirinya merasa cemas karena pakaian gadis itu terlihat terbuka. Arsen mempunyai firasat yang tidak enak, ia sangat mengkhawatirkan Nara. Pria itu terus membuntuti mereka. Sementara itu, Nara merasa sangat senang. "Nar lo cantik banget!" teriak Vero di kala mereka berhenti karena tiba di lampu merah."Terima kasih Kak. Tapi, kita mau kemana?" "Pokoknya nanti lo bakal seneng-seneng!" "Oh oke deh!" Nara yang sudah terlanjur bahagia karena Vero, tidak memedulikan apa pun. *** Tempat di mana semua pengunjungnya seorang yang melebur rasa penat setela
Read more
Ibu Pengganti Untuk Nara
Arsen mengambil tindakan cerdik. Ia membopong tubuh Nara untuk masuk ke kamar mandi. Pria itu mengguyur seluruh badan Nara sampai gadis itu basah kuyup. Walau dirinya merasa sangat tergoda akan kemolekan tubuh gadis itu, tetapi ia masih mempunyai akal sehat. Pemikiran pria itu pun jernih, dan tak mudah terbawa hasrat dalam gairah kelaki-lakiannya. "Om dingin!" 'Bagus, rangsangan obat itu akan menghilang,' batinnya. Arsen memberikan handuk, lalu ia membopong kembali tubuh Nara yang menggigil. Nara masih hanya mengenakan dalamannya, dengan sisa bawahan celana ketat yang pendek. Dalam hati, ia berniat untuk menggantikan baju, tetapi ia berpikir ulang itu akan membahayakan dirinya. Ia pun memilih mengabaikan, walau merasa iba dengan putri sahabatnya itu karena kedinginan memakai dalaman yang basah. Tiba-tiba di luar terdengar suara deruman motor, ia yakin bahwa itu Dhafian yang baru saja pulang. Arsen keluar dari kamarnya, ia merasa lega karena pada saat aksi tadi Dhafian tidak se
Read more
Perasaan Cemburu
Mendengar ucapan dari sang majikan itu terdengar seperti sebuah uang. Ya, bukankah akan ada takdir yang bagus jika ia menjadi pendamping hidup janda kaya ini? Namun, apakah ucapannya benar apa adanya? Dhafian masih meragukan jika ia meminta cerai sebab dirinya. “Dhaf aku ingin menjadi ibu untuk anakmu. Kita rawat Nara sama-sama ya, aku ingin menjadi sosok ibu,” ucap Lia. Lagi-lagi hanya membuat Dhafian termengu. Sampai pada akhirnya, Lia mencoba untuk membuyarkan lamunannya dengan mengusap wajah pria itu. “Dhaf ....” “Maaf Nyonya saya sadar akan posisi saya, coba pertimbangkan lagi. Maukah Anda menikah dengan duda miskin seperti saya ini?” sela Dhafian. “Dhaf apa kau tahu istilah cinta itu buta, tuli? Atau apapun itulah. Untuk apa memandang status atau materi, jika aku menikah denganmu bukan hal yang rugi. Aku punya segalanya, tapi satu hanya cinta yang tak kupunya darimu.” Benar bukan? Cinta itu buta? Terbukti dari ucapan Lia. Namun anehnya, Dhafian belum bisa mencerna ucapan it
Read more
Seperti Sebuah Mahar yang Mengejutkan
“Arsen bisa-bisanya kau berucap seperti itu. Anakku masih kecil, walaupun usianya memang sudah beranjak dewasa tapi pola pikirnya masih di posisi usia remaja. Kau mengertilah itu,” Dhafian mengelak. Ya, rasa tak yakin akan ucapan sahabatnya, membuat ia ragu dan menyimpulkan bahwa ujaran itu adalah sebuah candaan.“Aku tahu, aku mengerti dan cukup jelas aku membayangi. Tidak perlu takut mahar atau apa yang bisa kuberikan. Jangan anggap ucapanku sebuah angin. Aku ingin menikahi anakmu itu benar apa adanya!” Seketika Dhafian melongo, dan Arsen pergi masuk ke kamar dengan meninggalkan tanda tanya di benaknya.Berselang beberapa saat Arsen kembali, dan itu membuat Dhafian terus menelisik. Sahabatnya itu duduk kembali, lalu menyerah sebuah cincin dan beberapa perhiasan serta mata uang rupiah yang tak terhitung jumlahnya. Kala itu Dhafian lagi-lagi hanya bisa melongo, walaupun hatinya begitu terkejut.“Jangan mengira aku mencuri, ini uang tabunganku selama bekerja di Singapura dan cincin ser
Read more
DMCA.com Protection Status