Share

Gue Belum Kasih Tau Syaratnya Jenna

“Terimakasih, selamat berbelanja kembali.” Jenna langsung menghela napas begitu pelanggan terakhirnya pergi meninggalkan minimarket tempatnya bekerja selama dua tahun ini.

“Jenna, kamu udah mau selesai kan? Aku tunggu depan ya.”

“Eng, Rud!” Jenna langsung menahan tangan Rudi.

“Hari ini kamu pulang duluan aja, biar aku naik angkutan umum nanti.”

“Ini udah mau jam dua belas malem Jen, enggak. Aku enggak akan ngebiarin kamu pulang naik angkutan umum. Bahaya, sayang.” Kata terakhir yang di ucapkan Rudi membuat pipi Jenna sedikit merona. Tapi perempuan itu dengan cepat berusaha menguasai diri.

“Enggak bisa Rud, kemaren Rama liat kamu dan dia marah.” Jenna, langsung mengusap lengan pacarnya mencoba meminta pengertian.

“Haah aku heran, dia mantan majikan atau justru mantan pacar kamu sih? Marah terus kalau kamu deket sama orang sampe kita harus sembunyi-sembunyi kayak gini.”

“Maaf ya.”

“Tapi naik umum di tengah malem itu bahanya Jen, atau gini aja. Aku taro motor aku di sini, terus aku temenin kamu naik angkutan umum ya? Rama enggak akan tau kan kalau kayak gitu, aku enggak akan nganter sampai depan rumah kayak kemarin kok, janji.”

“Terus motor kamu?”

“Gampang, aku bisa balik ke sini lagi abis nganter kamu. Gimana?” Ucapan Rudi membuat Jenna tersentuh.

“Oke, makasih ya udah mau ngerti.” Jenna langsung melingkarkan tangan di pinggang laki-laki itu.

“Haah, mau gimana lagi kan. Tapi sebagai gantinya gimana kalau besok kita nonton?”

“Nonton?” Jenna mendongkak.

“Iya, kamu libur kan? Aku kangen pengen manja-manjaan sama pacar aku ini.” Rudi mencubit hidung Jenna yang bangir dengan gemas.

“Emmm..”

“Enggak bisa?”

“Bisa.” Jawab Jenna dengan cepat ketia Rudi menampilkan raut wajah kecewa

“Ayo kita nonton besok.”

“Yey, makasih ya sayang ku.” Di dalam dekapan Rudi, Jenna tertawa walau kepalanya pusing memikirkan seribu satu alasan yang akan ia berikan untuk Rama karena biasanya anak mantan majikannya itu suka sekali menempelinya saat Jenna libur bekerja.

***

“Nonton?” Rama langsung meninggalkan laporan yang sedang di pelajarinya begitu mendengar permintaan Jenna.

“Iya, boleh?”

“Boleh, ayo besok kita nonton. Lo mau nonton apaan?” Rama mengambil ponselnya dan bersiap melakukan reservasi, laki-laki itu tidak suka menonton di tempat ramai jadi biasanya dia akan membooking satu bioskop premier untuk dirinya sendiri.

“Eng kita?” Jenna mengernyit tidak mengerti.

“Tapi Ram, aku mau nontonnya sama temen-temen kerja.”

“Temen kerja, siapa?” Rama langsung melemparkan tatapan penuh intimidasi kepada Jenna yang berusaha tidak gugup ketika melanjutkan kebohongannya.

“Leni, kamu kenal kan? Kalian pernah ketemu waktu kamu jemput aku dulu.” Rama ingat gadis bongsor yang di sebutkan Jenna itu.

“Oke, terus?”

“Eng, sisanya kamu enggak kenal.” Rama masih saja diam, hal itu membuat Jenna resah. Perempuan itu mulai khawatir kalau Rama mengetahui kebohongannya.

“Oke, lo boleh pergi. Siang kan?”

“Iya, siang.” Jenna langsung menjawab cepat, perempuan itu juga bergegas berpamitan takut Rama akan berubah pikiran.

“Gue belum kasih tau saratnya Jenna.” Langkah Jenna langsung terhenti.

“Lo boleh nonton kalau lo berhasil menang di permainan kartu.” Rama membuka laci di samping ranjangnya dan mengeluarkan kartu remi dari sana.

“Kita buat lima sesi, sesi satu sampai empat yang kalah harus buka satu kancing baju.” Rama meliriki pada serentet kancing-kancing piyama Jenna yang sedari tadi membuatnya penasaran.

“Sesi ke lima, yang kalah harus nurutin permintaan yang menang. Deal?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status