Share

2. Crazy Decision

Senyum smirk yang terukir jelas diwajah Aaron kian melebar saat menatap wajah pucat Ayana. Gadis itu bagai diterjang angin topan paling dashyat tahun ini, ia berdiri terdiam kaku menatap Aaron. Ayana kehilangan kata-katanya.

“Ayana, naiklah ke atas biar aku yang mengurus ini!” Henry menahan napasnya demi tidak menerjang Aaron saat ini. Harga dirinya seolah dipermainkan Aaron, orang yang sudah ia anggap sebagai teman terbaiknya. Henry tidak sanggup melihat Ayana yang masih berdiri di sebelahnya, sedang ia tidak mampu melakukan apapun untuk melindungi adik perempuannya. 

Kedua tangan Henry terangkat menyentuh pundak Ayana demi menarik gadis itu keluar dari keterkejutan yang baru saja menerpanya.

Dari sisa kesadarannya kaki jenjang Ayana bergerak untuk mengambil langkah berbalik menuju kamarnya yang berada dilantai dua rumah itu.

“Jangan dipikirkan.” Bisik Henry pelan sambil mengusap lembut pundak Ayana.

“Sebaiknya kau pikirkan baik-baik. Tawaran ini akan sangat menguntungkan untuk kalian.” Sela Aaron saat Ayana sudah berbalik badan sepenuhnya.

“Ayana tidak bisa Aaron. Kau bahkan pernah menjalin hubungan dengan Hana.” Sela Henry menyebutkan nama adik perempuan kandungnya yang pernah menjalin hubungan singkat dengan Aaron. Sebuah fakta yang lagi-lagi mengagetkan Ayana. 

Ya jadi ini adalah Aaron Xavier yang sering diceritakan oleh Hana dan Henry.

“Oh ayolah Henry, itu sudah berlalu. Lagi pula aku dan Hana hanya benar-benar saling bersenang-senang.” Sinis Aaron yang masih menelusuri tubuh langsing Ayana yang seksi.

Bahkan dua bongkahan padat dibelakang tubuh wanita itu sangat menarik perhatian Aaron untuk berlama-lama menatapnya.

Mendengar ucapan Aaron yang semakin menjijikkan membuat Ayana begitu sangat ingin memuntahkan isi perutnya.

Mengabaikan Aaron dan Henry yang masih berdiri disana gadis itu berjalan cepat menuju kamarnya.

Pandangan mata Aaron terlepas dari tubuh Ayana saat gadis itu menghilang di ujung tangga.

“Ayana sangat baik, dia penyayang dan patuh. Aaron, aku tidak bisa memberikannya pada mu.” Henry mengusap wajahnya kasar lalu menatap Aaron dengan frustasi. “Aku mohon… Ayana sangat berharga untuk ku.” Keluh Henry memohon.

“Karena itulah kau tidak pernah mengenalkannya pada ku? Tidak pernah membawanya pada pesta-pesta rekan bisnis mu?” Aaron tertawa mengejek kenaifan Henry yang mengangguk pelan.

“C’mon bro dia hanya adik angkat, lebih baik kau menjaga Hana agar ia tidak sibuk mengejar ku.” Lagi-lagi Aaron tertawa sinis. Oh ia baru saja menemukan sebuah perbedaan yang menarik di antara kedua adik perempuan Henry.

Henry mengepalkan kedua tangannya berusaha sabar menghadapi Aaron. “Aku pikirkan dua pilihan yang kau berikan tadi...”

“Tiga Henry, yang ketiga berikan Ayana pada ku.” Ucap Aaron dingin.

“Tidak... Tidak, Ayana jauh sangat berharga untukku. Malam ini aku pikirkan dua pilihan tadi. Besok pagi aku akan menghubungi mu.” Ucap Henry yakin. 

Apapun pilihan yang akan ia ambil, memberikan Ayana pada pria seperti Aaron tidak akan pernah ia lakukan.

*

Baru saja tadi pagi Aaron melihat Ayana berlari naik menuju kamarnya saat ia melayangkan tawaran ‘manis’ untuk gadis itu. Senin pagi yang sangat sibuk itu Aaron meninggalkan kediaman keluarga Giordano dengan hasil yang memuaskan, Henry Giordano berjanji pilihan yang mungkin akan ia pilih adalah menyerahkan lima puluh persen dari saham Giordano pada Aaron.

Tapi itu tentu tidak cukup memuaskan karena Aaron lebih menyukai tubuh wanita dari pada uang. Dan keberuntungan memang selalu berpihak pada Aaron karena sekitar pukul tujuh malam sebuah nomor tak dikenal menghubunginya.

“Dengan Aaron Xavier?” Suara seksi dan lembut terlantun dari ujung telepon membuat penat Aaron seolah direnggut begitu saja.

“Ya, dari mana?” Tanya Aaron pura-pura tidak tahu padahal ia masih ingat dengan jelas bagaimana suara Ayana saat terus menantangnya tadi pagi.

“A-aku Ayana, Ayana Giordano, adik Henry.” Ucap Gadis itu pelan dan terdengar gugup.

Aaron menarik sudut bibirnya mendengar perkenalan Ayana dari ujung telepon. “Ayana? Oh oke, jadi apa kau berubah pikiran?” Tanya Aaron langsung. Oh ia tidak suka basa-basi.

“Jadi… apa tawaran mu itu masih berlaku?” Tanya Ayana gugup.

“Masih berlaku jika kau datang menemui ku di Berlind Hotel pukul delapan malam dengan memakai lingerie maroon mu tadi pagi.” 

“Tapi lingerienya…”

“Aku ingin kau memakainya! Datanglah sebelum aku berubah pikiran. Henry hanya punya kesempatan sampai jam dua belas malam ini.” Ancam Aaron membuat Ayana menggenggam erat ujung dressnya. Ia tidak punya pilihan lain.

Dan di sinilah Ayana malam ini, tepat dimana seharusnya saat ini ia pergi menonton pertandingan hoki Felix, sang kekasih.

“Kau tidak memakai lingerie yang aku minta?!” Suara berat Arthur menusuk gendang telinga Ayana saat pria tampan itu membuka pintu hotel dimana ia berdiri sekarang.

Ayana membawa pandangan matanya ke tempat lain saat melihat betapa bidang dan lebarnya dada Aaron, tetesan air dari rambut yang basah jatuh membasahi tubuh Aaron membuat pria itu berjuta-juta kali terlihat sangat seksi.

Oh sial kaki Ayana rasanya ingin berbalik kembali ke lift yang masih terbuka tidak jauh dari tempatnya berdiri saat ini.

“Ayana?” Panggil Aaron lagi membuat Ayana tersadar dari pikiran kalutnya saat ini. 

“Ka-kau bilang apa?” Tanya Ayana. Oh demi Tuhan hari ini adalah pertama kalinya Ayana merasa sangat gugup. 

Aaron menaikan alisnya merasa kesal pada gadis cantik yang tengah mengabaikan pesona indahnya. Semua wanita yang datang padanya akan langsung mendorongnya masuk dengan gerakan erotis setiap kali ia membuka pintu kamar hotelnya dengan bertelanjang dada.

“Pertama kau tidak menepati janji mu, aku jelas menyuruh mu memakai lingerie berwarna maroon yang tadi pagi kau…” Aaron menghentikan ucapannya saat Ayana perlahan melepaskan satu persatu kancing long coat berwarna coklat yang di pakainya tadi untuk menutupi dalaman lingerie yang ia pakai dari rumah. 

Ayana menahan rasa malunya dengan membuang pandangannya ke sisi lain saat kancing-kancing long coatnya mulai terlepas. 

Iris mata Aaron seolah sedang menscan detail tubuh Ayana saat long coat itu terbuka sempurna dan ia dapat melihat tubuh mulus Ayana yang tersembuyi didalam lingerie itu. 

“Apa aku harus membukanya disini?” Tanya Ayana gugup karena Aaron sama sekali belum menyuruhnya masuk. Pria itu masih menatap seluruh tubuhnya hingga ke ujung kaki.

Aaron menarik sudut bibirnya saat kembali menatap wajah cantik Ayana. Ia membuka pintu selebar mungkin dan membiarkan Ayana masuk ke dalam.

Didepan pintu, Ayana menatap tempat tidur king size didalam kamar hotel itu selama beberapa menit. Ayana merasa dadanya sesak dan tiba-tiba saja mulutnya terasa kering. Sedang di belakangnya Aaron menyugar rambutnya yang basah dan berjalan mengikuti Ayana kemudian berdiri disamping gadis itu. 

“Kita sudah didalam, kau tidak berniat melepaskan mantel mu?” Tanya Aaron menggoda Ayana. Ia berjalan mendekati table bar mengambil segelas wine yang sudah terisi dengan es batu dan menyesapnya dengan gaya khas orang kaya London.

Iris mata Ayana mengikuti gerakan seksi sialan Aaron saat ia kembali melepaskan long coatnya. 

Aaron meletakan kembali gelas wine yang sudah kosong ke tempatnya lalu berbalik dan mendapati Ayana berdiri malu-malu dengan long coatnya sudah tersimpan rapi di atas sofa. Gadis itu mengangkat tangannya mengambil beberapa helai rambut coklatnya dan meletakannya didepan dada, mencoba menutupi buah dadanya yang berisi. 

Aaron tersenyum smirk saat menelan salivanya menatap setiap inci tubuh Ayana. Oh sial Ayana terlihat sangat menantang dibalik lingerie merah itu.

***

To be continued

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status