Share

Terjerat Jebakan Cinta CEO Arogan
Terjerat Jebakan Cinta CEO Arogan
Penulis: Nona Lavender

1. Aaron's Offers

Hari senin pagi yang paling sibuk bagi semua orang dimuka bumi ini membawa langkah kaki Aaron Xavier, pria tampan dengan kharisma paling dicari seluruh stasiun televisi London bertapak sempurna diruang tamu keluarga Giordano. Wajah dingin Aaron tanpa senyum menjadi pembuka pagi itu.

“Aaron, kau pasti bercanda, haha.” Suara tawa Henry pecah saat membaca tuntutan keluarga Xavier pada perusahaan milik keluarganya. 

“Proyek yang kau kerjakan untuk keluarga ibu ku memakan banyak korban di Guanabara. Banyak keluarga korban yang melaporkan perusahaan kami pada pemerintah.

“Aaron, bukan pertama kali ini kau bekerja sama dengan ku. Kejadian seperti ini sering terjadi, kita bisa…”

“Jika yang kau maksud adalah membayar keluarga para korban, perusahaan ku sudah mengalami kerugian yang teramat besar untuk membayar mereka. Perusahaan mu harus bertanggung jawab untuk ini.” 

“Tapi Aaron…”

“Aku ingin kerja sama ini dibatalkan, tarik orang-orang mu kembali ke London! Atau yang kedua… Bayarkan semua hutang mu pada ku atas kerugian ini. Aku rasa lima puluh persen saham mu cukup untuk membuat perusahaan mu tetap aman.” 

Mata Henry membulat sempurna mendengar ucapan Aaron. Alih-alih terkejut dengan penawaran atau lebih tepatnya ancaman dari Aaron, tawa Henry pecah didepan wajah teman baiknya itu.

Kening Aaron mengerut menatap serius pada wajah Henry. Pria itu menggelengkan kepala seolah tidak mempercayai apa yang baru saja di dengarnya.

“Tujuh belas tahun kita berteman Aaron…” 

“Henry,” Aaron melangkah maju, mengikis jarak antara dirinya dengan Henry, tinggi mereka yang hampir sama membuat Aaron menatap lurus ke dalam mata hitam Henry.

“You know me so well, tidak ada kata pertemanan dalam bisnis.” Ucap Aaron dengan suara berat yang tegas membuat senyum diwajah Henry menghilang dalam sekejap.

Tidak jauh dengan ekspresi yang ditunjukan Henry, langkah gadis muda yang baru saja masuk dari arah pavilion rumah ini terhenti saat mendengar ucapan pria bernama Aaron Xavier yang merupakan rekan bisnis Henry, kakak angkatnya itu.

“Aaron, beri aku waktu. Perusahaan ku sedang tidak stabil, kondisi Kesehatan mommy ku sedang tidak baik-baik saja saat ini, jika ia tahu maka…”

“Seharusnya kau sudah memikirkan semua itu sebelum mengambil langkah berbahaya, Henry!” Aaron memasukan kedua tangannya dan menatap tajam pada Henry yang berdiri tak berdaya di hadapannya.

“Ya… ya aku salah perhitungan di awal. Kau tahu semenjak dad meninggal aku sendiri mengurus perusahaan ini dan itu tidak mudah karena aku baru ter…”

“Aku juga sendiri mengurus perusahaan ku Henry, jangan membuat alasan! Dokumen pemindahan saham sudah disiapkan oleh asisten ku jika kau bisa…”

“Aaron…”

Iris mata coklat milik gadis cantik di ujung lorong membulat sempurna saat melihat kakaknya jatuh berlutut didepan rekan bisnisnya itu. 

Tangan Ayana mengepal keras saat menatap Henry yang menunduk dan terus memohon pada pria berwajah tampan yang nampak begitu dingin di depannya.

"Beri aku waktu, aku berjanji akan segera…”

“Apa yang kau lakukan?” Suara lantang Ayana membuat kedua pria di hadapannya itu segera menoleh menatapnya. 

Ayana sudah tidak peduli dengan pakaian yang ia kenakan saat ia melangkah maju mendekati kedua pria itu. Menghadapi tamu paling kurang ajar pagi ini yang mengunjungi rumah mereka.

Dress tidur dengan tali spaghetti berwarna maroon itu membuat Aaron membawa iris matanya menelusuri wajah gadis itu hingga ke ujung kakinya.

“Ayana? Kapan kau kembali?” Henry menatap lurus pada adik angkatnya yang melangkah maju dengan cepat dan menariknya berdiri.

“Kenapa kau berlutut?” Ayana menatap tajam pada Henry lalu sesaat kemudian ia membawa pandangannya pada Aaron yang menarik sudut bibirnya dan tersenyum sinis padanya.

“Ayana?” Aaron menyebutkan nama gadis itu kemudian membawa pandangannya pada Henry. “Dia adik perempuan bungsu keluarga Giordano?” Aaron mengangkat alisnya dan meminta jawaban dari Henry.

“Kakak ku sudah meminta waktu untuk membayar…”

“Berapa lama?” Aaron membawa kembali iris matanya dan bertemu tatap dengan Ayana. 

Ayana menelan salivanya pelan saat mendapatkan tatapan intimidasi dari Aaron. Dengan cepat ia berpaling pada Henry dengan kedua bola mata yang memohon agar Henry dapat memberikan jawaban yang masuk akal pada pria licik seperti Aaron.

“Satu bulan.” Jawab Henry membuat Ayana mengatupkan dua kelopak matanya merasa bahwa jawaban itu tidak akan diterima oleh Aaron.

“Terlalu lama!” Sela Aaron.

Sudah Ayana duga, hanya sekali mendengar cara bicara Aaron, melihat penampilan sempurna tanpa cela pria itu, Ayana yakin Aaron bukan pria yang mudah di ajak bernegosiasi.

“Pikirkan cara lain.” Bisik Ayana pelan didekat Henry membuat Aaron menatapnya dengan tajam, seulas senyum kecil tiba-tiba tersirat disudut bibir pria itu.

“Aku punya tawaran ketiga.” Aaron kembali memulai, tatapannya lurus menatap Ayana. 

Tangan Henry dengan cepat menggenggam tangan Ayana saat ia mendapati tatapan Aaron menatap dengan cara berbeda pada adik perempuannya.

“Apa itu?” Ayana memberanikan diri untuk bertanya saat kakaknya tak juga kunjung membuka mulut untuk bertanya.

“Ayana naik ke atas!” Tiba-tiba volume suara Henry berhasil mengejutkan Ayana yang berdiri tepat di sampingnya. Nada suara kakak angkatnya terdengar marah dibanding saat ia berbicara dengan Aaron.

“Tidak!” Tandas Ayana kekeuh. Apapun yang terjadi ia tidak akan meninggalkan Henry bersusah payah mengurus perusahaan yang ditinggalkan ayah mereka.

“Ayana, aku bilang naik ke atas. Biar aku urus sendiri masalah ini!” Sentak Henry dengan wajah serius.

Ayana menggelengkan kepalanya saat menatap Henry. “Aku sudah dewasa, aku bukan anak kecil lagi. Dad berpesan agar kita bisa saling menjaga!”

“Aku akan menjaga mu, percayalah. Naik ke atas sekarang!” Henry menoleh dan memegang pundak mulus Ayana.

“Tidak!” Ayana membawa pandangannya lagi pada Aaron. “Katakan tawaran mu yang ketiga.” Dengan berani Ayana kembali menantang Aaron membuat pria itu semakin merasa tertantang menghadapi gadis dengan mata indah di depannya itu.

“Henry, kau selalu tahu apa yang aku inginkan.” Ujar Aaron pada Henry namun dengan tatapan lurus pada Ayana.

Ayana menautkan kedua alisnya tak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Aaron. Dengan cepat ia kembali membawa pandangannya pada Henry.

“Apa maksudnya?” Ayana kembali menuntut penjelasan, bola matanya bergulir menatap Henry.

“Sudah aku bilang kau naiklah ke atas Ayana, kau tidak akan mengerti!” Henry mengangkat kedua tangannya dan menangkup kedua pipi Ayana. Oh ia hampir putus asa saat menatap kepolosan dalam palung mata Ayana.

Iris mata Ayana bergerak gelisah menatap Henry yang seolah ketakutan. Dan pada detik berikutnya, ketakutan Ayana berubah menjadi keberanian untuk melindungi Henry.

“Tidak, aku tidak mau kau berlutut padanya lagi…”

“Naiklah Ayana, sekali ini dengarkan aku!” Keluh Henry putus asa. 

“Apa aku harus menonton drama keluarga kalian sepanjang hari ini? Aku punya pekerjaan lain!” Suara dingin Aaron berhasil membuat Ayana kembali menyadari kehadiran pria itu disana.

“Aaron, bisa kah kita bicara nanti?”

“Oh c’mon Henry, aku tidak punya waktu.” Aaron menggulung lengan kemejanya membuat urat-urat tangannya begitu menonjol. 

Ayana menatap kesal pada pria angkuh di hadapannya itu. Demi Tuhan, dia kira hanya dia sendiri yang paling sibuk dimuka bumi ini.

“Aku tidak mengerti ucapan mu tadi, katakan pada ku apa tawaran ketiga mu?!” Ayana kembali menantang Aaron.

Rahang Aaron mengeras sempurna saat ia mengangkat kepalanya dan menatap iris mata hasel gadis itu.

“Aaron jangan…”

“Tidurlah dengan ku, Ayana!” Ucap Aaron berhasil membuat kedua tungkai kaki Ayana gemetar. Sedang Henry menatap tajam pada Aaron tak berdaya.

Jika saja pria di depannya bukan Aaron Xavier ia pasti sudah menghajarnya habis-habisan. Tapi jika ia memukul Aaron sekarang, tuntutan pria itu akan semakin besar padanya dan tentu saja itu akan semakin sulit untuk meminta keringanan dari Aaron. 

***

To be continued

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status