Share

Bab 10

Tanaya tertegun selama beberapa detik. Setelah dia menyadarinya, dia buru-buru melepaskan tangannya.

"Terima kasih sudah membelaku tadi."

Tanaya berkata sambil menatap Henry.

Pupil hitam Henry menatap Tanaya sekian lama. Sesaat kemudian, pria tersebut berkata, "Jangan terlalu percaya diri."

Tanaya tak bisa berkata-kata.

"Apakah lukamu sudah membaik?" tanya Tanaya.

Tanaya tidak mendengar apa yang Henry katakan. Perhatiannya sudah teralihkan oleh Raphael Davinon yang berada tak jauh di belakang Henry. Raphael mengenakan jas berwarna abu-abu. Dia berjalan menuju Janet untuk menghiburnya.

"Jangan khawatir. Nanti aku akan membawamu untuk meminta maaf kepada Tuan Henry. Lain kali jangan mengkritik orang sembarangan."

Melihat Raphael tidak menyalahkannya, melainkan menghiburnya, Janet pun menghela napas lega.

Dia mengangguk dengan sok patuh. Kuku yang menancap telapak tangannya patah. "Kak, apakah Tuan Henry akan memaafkanku?"

Raphael tidak menjawab, melainkan berkata dengan lembut, "Kamu nggak perlu mengambil hati sikapnya. Lakukan saja apa yang harus kamu lakukan."

Janet masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi ponsel Raphael berdering. Dia mengangkat pada Janet, kemudian berjalan menuju balkon lantai dua.

Melihat Raphael pergi, Tanaya pun tidak fokus lagi pada Henry. Dia menarik pandangannya kembali lalu berkata, "Baguslah kalau sudah membaik. Aku pamit, ada urusan."

Usai berbicara, Tanaya pun berjalan menuju Raphael.

Raphael adalah salah satu bagian terpenting Janet menyamar sebagai putri Keluarga Davinon.

Jika Tanaya langsung mencari Raphael, dia hanya akan membuat Raphael curiga. Karena itu, Tanaya harus membuat Raphael mempertanyakan identitas Janet.

Melihat Tanaya yang berjalan melewatinya, Henry refleks ingin menahannya. Namun, akhirnya dia hanya melihat Tanaya pergi tanpa melakukan apa pun.

Aroma Tanaya masih tertinggal di udara. Henry menoleh ke arah Tanaya pergi, sosok Reiga melintas di tengah kerumunan.

Melihat hal itu, Henry pun tersenyum ironis.

Ternyata Reiga muncul. Pantas saja Tanaya terburu-buru.

Henry memalingkan wajahnya lalu menahan kekesalannya. Dia berjalan ke luar aula perjamuan, kemudian menyalakan sebatang rokok dengan tatapan gelap.

Tanaya berkata, "Apakah lukamu sudah membaik?"

Akan tetapi, dia tidak mendengar Henry menjawab, "Belum."

...

Ketika Tanaya tiba di lantai dua, dia melihat Raphael memegang segelas anggur sambil berbicara dengan seorang pria paruh baya.

Tanaya mengangkat sebelah alisnya. Pas sekali.

Tanpa ragu, Tanaya buru-buru berjalan ke arah Raphael seolah ada hal mendesak.

Beberapa detik kemudian, Tanaya dan Raphael bertabrakan. Anggur pria itu membasahi pakaian mereka. Dompet Tanaya pun jatuh ke lantai dan terbuka.

"Maaf ...."

"Kamu nggak apa-apa, 'kan?"

Kedua suara itu terdengar bersamaan. Raphael refleks menahan Tanaya. Ketika Tanaya mengangkat kepalanya, dia langsung bertatapan dengan Raphael.

Melihat wajah cantik Tanaya, Raphael tertegun. Dia merasakan perasaan yang tak bisa dijelaskan, aneh sekali. Ada rasa semangat sekaligus suka.

"Maaf, Tuan."

Ucapan Tanaya menyadarkan pikiran Raphael.

"Nggak apa-apa," ucap Raphael sembari berjongkok untuk memungut dompet Tanaya.

Tanaya memilih dompet perak untuk dipadukan dengan gaun hitamnya. Saat ini kunci dompetnya terbuka, memperlihatkan liontin berlian burung murai, serta lipstik dan ponsel.

Raphael tertegun beberapa detik. Pandangannya jatuh pada liontin berlian yang ada di dalam dompet, kemudian dia menatap Tanaya. "Ada liontin berlian di sini."

Tanaya mengangguk. Dia mengeluarkan liontin berlian tersebut lalu memeriksanya sambil berujar, "Ini pemberian ibu kandungku."

Raphael mengernyit. Liontin berlian itu tampak indah di bawah cahaya lampu. Sangat mirip dengan liontin milik Rosalind.

Tanaya menyimpan liontinnya lalu melihat Raphael. "Pakaianmu ...."

Dia mengenakan jas abu-abu, bersih dan memberi kesan elegan. Raphael sopan, tetapi tampak tidak mudah didekati.

Pada saat ini, noda anggur merah terlihat mencolok di jasnya.

"Paman Billy, tolong siapkan satu set pakaian untuk aku dan nona ini," pinta Raphael yang melihat gaun Tanaya juga terciprat anggur merah.

"Terima kasih."

Tanaya mengikuti Raphael pergi ke kamar tamu untuk mengganti pakaian.

Billy mengantarkan gaun hitam yang modelnya mirip dengan gaun Tanaya sebelumnya. Namun, bagian bahu gaun ini lebih mewah, garis lehernya juga berbentuk V.

Setelah mengganti pakaian, Tanaya membuka pintu kamar, kemudian melihat Raphael yang sedang menunggunya.

Melihat gaun itu pas di tubuh Tanaya, Raphael berkata, "Maaf sudah mengotori gaunmu, Nona. Bisakah kamu berikan aku kontakmu? Setelah mencucinya, aku akan menyuruh orang mengantarnya untukmu."

Tanaya agak linglung melihat Raphael.

Inikah kakaknya?

Lembut, elegan dan sopan.

Namun, Tanaya tidak pernah benar-benar memahami Raphael di kehidupan lampau karena sudah termakan hasutan Keluarga Mauel. Dia bahkan menjebak Raphael berkali-kali, Henry juga terus mengalah. Tanaya mengubah Raphael menjadi orang kejam.

Begitu mengingat kehidupan lampau, Tanaya merasa sedih.

Di kehidupan lampau, semua anggota Keluarga Davinon mati, menyisakan Raphael yang ingin membalas dendam pada Tanaya.

Karena Henry bersikeras melindungi Tanaya, Henry dan Raphael akhirnya menjadi musuh. Tuan muda Keluarga Davinon yang dulu terpelajar pun menyebabkan teror di Kota Holen.

Tanaya tidak tahu apa yang kemudian terjadi. Dia hanya tahu bahwa setelah Raphael yang ingin membalas dendam untuk Keluarga Davinon menemui Tanaya, pria itu pun menghilang.

Saat itu Tanaya tidak mengerti. Dia pikir Raphael datang untuk mentertawakannya.

Setelah dipiki-pikir, Raphael mungkin sudah mengetahui identitas Tanaya saat itu.

"Nona?" panggil Raphael sambil menatap Tanaya.

"Siapa namamu, Tuan?" tanya Tanaya yang tersadar dari pikirannya.

Raphael menjawab, "Raphael Davinon."

Detik berikutnya ekspresi Tanaya berubah. Tatapan jijik dan benci muncul di matanya lalu dia bertanya, "Kamu itu anggota Keluarga Davinon?"

Raphael yang menyadari perubahan Tanaya pun memicingkan mata. Akan tetapi, dia merasa bahwa rasa jijik dan benci Tanaya kurang nyata. "Kamu mengenalku?"

Tanaya manatap Raphael sambil berkata, "Aku membenci Keluarga Davinon."

Raphael yang tidak menyangka Tanaya akan begitu terus terang pun bertanya lagi, "Kamu punya dendam dengan Keluarga Davinon?"

Kalimat itulah yang Tanaya tunggu. Dia menjawab dengan menggebu-gebu, "Ibu kandungku itu pembantu Keluarga Davinon, lalu dia dibunuh Tuan Lukas. Apakah kamu merasa aku nggak seharusnya membenci Keluarga Davinon?"

Theo mengarang latar belakang yang memiliki dendam dengan Keluarga Davinon untuk Tanaya. Walaupun kebohongannya ada cela, tidak mudah bagi Tanaya untuk menyelidikinya.

Kini Keluarga Davinon berkuasa. Jika Raphael yang menyelidikinya akan lebih mudah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status