Share

Bab 18

Henry menggigit telinga Tanaya lalu bertanya, "Apakah kamu ingin mati, Tanaya?"

Sentuhan basah itu membuat tubuh Tanaya gemetar tak terkendali.

Dia refleks memeluk Henry. Bulu matanya bergetar. Dia ingin menangis.

Henry jelas-jelas tidak pernah menyentuh Tanaya hingga akhir hayatnya di kehidupan lampau. Kenapa dia seperti berubah menjadi orang lain?

Jika tahu Henry akan begini, Tanaya pasti akan bersikap patuh.

Hiks ....

Lampu di luar jendela perlahan menjadi buram. Suhu di dalam mobil makin meningkat. Tanaya takut sekali. Ketika merasakan jari Henry, matanya pun basah.

"Jangan!" Tanaya tanpa sadar menahan tangan Henry yang ada di balik gaunnya.

Suara Tanaya naik beberapa oktaf. Dia menatap pria itu sambil terisak.

"Jangan apa?" Suara Henry serak. Manik matanya gelap dan penuh dengan gairah yang tak tertahankan.

Tanaya mengatupkan bibirnya. Bulu matanya basah. Dia menatap Henry dengan tatapan melas sambil terisak. "Aku nggak berani lagi. Aku sudah tahu salah."

"Aku pasti akan menjauhi Raphael."

Tanaya hanya bisa berkompromi. Rasa tidak nyaman itu membuat dia terkejut sekaligus takut. Wajah putihnya memerah. Dia merasa malu bercampur marah.

Henry memicingkan mata, menatap Tanaya sekian lama.

Mata wanita itu basah. Dia tampak marah dan malu, juga takut. Seperti bunga mawar yang indah.

Henry memaksa diri untuk menahan keinginannya yang bergejolak untuk menyentuh wanita itu.

Sesaat kemudian, Henry menjauh. Dia menarik tisu untuk menyeka tangannya yang basah sebelum berujar, "Ingat kata-katamu."

Tanaya memalingkan wajahnya dengan panik. Dia bangun dari kursi, wajahnya terasa panas.

Dia menoleh ke luar jendela dengan kesal, sama sekali tidak ingin melihat Henry.

Dasar bajingan!

Bisa-bisanya menindasnya!

Di kehidupan lampau Henry jelas-jelas tidak banyak bicara dan selalu diam-diam melindungi Tanaya. Kenapa sekarang dia menjadi seperti ini?

Tatapan Henry gelap. Dia tidak bersuara, hanya saja suasana hatinya juga tidak begitu bagus.

Dia mengambil sebatang rokok, meletakkannya di bibir, lalu ingin menyalakannya. Namun, karena menyadari sesuatu, dia pun mengurung niatnya. Rokok itu disimpan kembali.

Dia telah lepas kendali.

Dari melihat Tanaya dan Raphael berbicara dengan menyenangkan hingga hal yang dia lakukan pada Tanaya.

Sekarang mungkin Tanaya makin membencinya.

Henry melihat ke bawah untuk menutupi tatapan ironis di matanya.

Biarpun benci, setidaknya di hati Tanaya ada dirinya.

Mungkin sesekali Tanaya juga bisa teringat akan keberadaannya.

"Apa lagi yang kamu inginkan kali ini?" Suara serak Henry terdengar di dalam mobil, masih mengandung gairah yang belum sepenuhnya hilang. Samar-samar terdengar lembut dan sabar.

Tanaya tertegun beberapa detik sebelum menoleh ke arah Henry.

Henry tenggelam dalam cahaya sehingga ekspresinya terlihat lebih hangat.

Seketika jantung Tanaya berdebar.

Tanaya merasa sedih tanpa alasan.

Merasakan pandangan Tanaya, Henry pun balas menatapnya. Pandangan mereka bertemu. Tatapan Henry tampak lembut.

Tanaya mengusap matanya, menyeka air mata yang hampir tidak terlihat.

Dia tersenyum pada Henry. Seketika Henry merasa malam ini sangat cerah. Begitu indah dan menyisir.

Tanaya menatap Henry, terkekeh lalu berkata dengan serius, "Aku mau kamu panjang umur, sehat dan bahagia selalu, semua keinginanmu terwujud."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status