Tanaya tertegun selama beberapa detik. Setelah dia menyadarinya, dia buru-buru melepaskan tangannya."Terima kasih sudah membelaku tadi."Tanaya berkata sambil menatap Henry.Pupil hitam Henry menatap Tanaya sekian lama. Sesaat kemudian, pria tersebut berkata, "Jangan terlalu percaya diri."Tanaya tak bisa berkata-kata."Apakah lukamu sudah membaik?" tanya Tanaya.Tanaya tidak mendengar apa yang Henry katakan. Perhatiannya sudah teralihkan oleh Raphael Davinon yang berada tak jauh di belakang Henry. Raphael mengenakan jas berwarna abu-abu. Dia berjalan menuju Janet untuk menghiburnya."Jangan khawatir. Nanti aku akan membawamu untuk meminta maaf kepada Tuan Henry. Lain kali jangan mengkritik orang sembarangan."Melihat Raphael tidak menyalahkannya, melainkan menghiburnya, Janet pun menghela napas lega.Dia mengangguk dengan sok patuh. Kuku yang menancap telapak tangannya patah. "Kak, apakah Tuan Henry akan memaafkanku?"Raphael tidak menjawab, melainkan berkata dengan lembut, "Kamu ngg
Pada saat yang sama, Janet yang sedang sibuk bersosialisasi pun ditarik oleh Reiga ke sebuah sudut di aula perjamuan."Kak Reiga?"Janet tampak senang melihat Reiga.Ekspresi Reiga tidak bersahabat. Dia mencengkeram pergelangan tangan Janet sembari berkata dengan dingin, "Bukankah aku menyuruhmu untuk jangan bermusuhan dengan Tanaya? Bisakah kamu lebih menggunakan otakmu dalam bertindak dan berbicara?"Janet yang tiba-tiba dimarahi karena Tanaya, ekspresinya pun menjadi muram."Keluarga Davinon akan segera mengakui identitasku. Kamu sama sekali nggak membutuhkannya untuk menjatuhkan Keluarga Davinon.""Aku nggak peduli apa alasanmu! Pokoknya jangan sampai Tanaya tahu hubungan kamu dan aku!" Tatapan Reiga gelap. Dia jelas tidak senang dengan tingkah Janet tadi.Janet tidak terima. Dengan mata merah, dia menatap Reiga sambil bertanya, "Apakah kamu benar-benar jatuh hati pada wanita jalang itu? Apakah kamu nggak melihat bagaimana dia memperlakukanku tadi?"Reiga tidak menjawab, melainkan
Helena baru tahu bahwa Lukas telah menemukan putri mereka. Lukas takut Helena tidak sanggup menerimanya sehingga merahasiakannya. Setelah semuanya beres, dia baru memberi Helena kejutan."Ibu?" panggil Janet dengan susah payah.Air mata Helena berlinang. Dia menggenggam tangan Janet sambil berkata, "Rosalind ... maafkan Ibu. Ibu nggak menjagamu dengan baik."Tuan Besar Davinon pun tersenyum sambil berkata, "Janet, lain kali kalau kamu membutuhkan sesuatu, katakan saja kepada kami."Teman Janet segera mengucapkan selamat. "Selamat, Janet!""Lukas, putrimu sangat cantik. Hanya sekali lihat, aku tahu dia pasti gadis yang unggul.""Benar. Janet ya? Nanti aku akan memperkenalkan putraku padamu.""Nona Janet punya aura tuan putri yang terpelajar."Ucapan selamat terus terdengar. Kerumunan di samping pun berbisik, "Enak sekali, nasib Janet langsung berubah.""Apanya yang enak? Dia jelas-jelas hidup sengsara selama dua puluh tahun lebih. Kalau nggak dia seharusnya menikmati hidupnya selama ini
Ucapan Raphael mengguncang semua orang.Mereka jelas tidak menyangka dan seketika berdiskusi.Tanaya tersenyum tanpa bersuara.Kakaknya ini memang pemberani. Jika itu orang lain, mereka tidak akan mengklarifikasi demi harga diri.Janet langsung tertegun di tempat. Dia menatap Raphael yang ada di atas panggung dengan tidak percaya. Ekspresinya kaku.Bagaimana bisa?Apa maksud Raphael?Lukas dan Helena pun mematung di tempat. Lukas bertanya, "Raphael, apa maksudmu? Apakah ada yang salah?"Kemudian Lukas menatap Janet dengan mata memerah.Hal ini membuatnya tidak sengaja melihat Tanaya yang ada di samping Janet. Wajah gadis itu cerah dan cantik, matanya hitam dan sedikit dingin.Sebelum Lukas berpikir lebih jauh, kata-kata Raphael sudah menarik pikirannya kembali. "Ayah, tadi pihak rumah sakit mengatakan kalau sampel DNA-nya salah."Janet menggenggam gelas anggur yang ada di tangannya dengan erat. Senyum di wajahnya menjadi kaku.Mendengar jawaban yakin Raphael, jantung Lukas pun mencelos
Pada saat ini, terdengar keributan dari luar aula perjamuan. "Lepaskan aku! Biarkan aku masuk! Biarkan aku masuk!"Suara mabuk dan tidak jelas itu bernada tinggi. Suara ribut itu pun terus terdengar.Orang-orang menoleh ke arah suara. Staf yang bertanggung jawab atas keamanan segera menjelaskan, "Seorang pemabuk berulah."Tuan Besar Davinon mengernyit lalu berkata, "Bawa dia pergi. Jangan sampai hadirin terganggu."Setelah ucapan tersebut terlontar, pria mabuk itu berteriak, "Di mana Janet? Suruh dia keluar? Setelah mendapat orang tua kaya, dia nggak mau mengakuiku?"Janet tertegun beberapa detik, tatapan panik melintas di matanya.Kenapa Roger Darwin bisa datang ke tempat ini?Tidak! Janet tidak boleh membiarkan Roger masuk. Jika tidak, semua orang akan tahu bahwa dia adalah putri dari seorang pecandu alkohol. Orang lain hanya akan makin memandangnya rendah."Keluar, Janet! Setelah menemukan ayah baru, kamu nggak mau mengenaliku? Aku beri tahu, aku paling tahu apakah kamu anakku atau
Karena itu adalah urusan keluarga orang lain, Keluarga Davinon tidak bisa ikut campur. Jadi Raphael memilih untuk lapor polisi. Sedangkan Janet dan Roger dibawa ke kantor polisi untuk diselidiki.Tanaya merasa puas melihat keributan ini. Dia pun hendak meninggalkan pesta.Begitu dia tiba di depan hotel, angin malam bertiup. Agak dingin dan menyegarkan.Suasana hati Tanaya bagus. Dia berpikir, semuanya akan berubah, 'kan?Pada saat ini, Raphael menyusulnya keluar lalu berkata, "Nona Tanaya, nggak ada pembantu yang meninggal di Keluarga Davinon. Bisakah kamu memberitahuku nama ibumu? Kurasa ada kesalahpahaman di sini."Tanaya menatap Raphael sejenak. Raphael tidak mendesaknya. Dia menatap Tanaya dengan sabar dan lembut, membuat orang percaya padanya tanpa alasan.Sesaat kemudian, Tanaya berkata, "Keira Mariko."Identitas dan nama ibu Tanaya itu diatur oleh Theo. Tanaya pernah menyelidikinya di kehidupan lampau. Namun, penyelidikannya tidak teliti karena saat itu dia tidak mencurigai Kelu
Henry begitu dekat dengan Tanaya di ruangan yang terbatas itu. Wajah tampan itu berada di depannya dan tampak menahan amarah.Tenggorokan Tanaya tercekat. Jantungnya berdetak cepat."Aku nggak ...."Tanaya ingin menjelaskan, tetapi dia tidak tahu harus mulai dari mana. Apakah dia harus mengatakan bahwa dia terlahir kembali?Ini bukan hanya masalah apakah Henry akan percaya atau tidak. Jika Henry menanyakan tentang masa lalu, Tanaya sama sekali tidak bisa menceritakannya. Haruskah dia mengatakan bahwa dia membenci Henry selama belasan tahun?Atau mengatakan bahwa dia merusak reputasi Henry, membuat Henry dan Raphael menjadi musuh, serta menghancurkan Keluarga Davinon?Atau mengatakan bahwa Henry akhirnya mati karena Tanaya?Semua masa lalu itu begitu bodoh dan konyol. Tanaya sama sekali tidak ingin mengungkitnya.Apalagi ... bagaimana Henry akan memandang Tanaya jika pria itu mengetahuinya?Tanaya tidak ingin dan tidak bersedia mangetakannya.Tanaya dan Henry akhirnya memiliki awal yang
Suara Tanaya terdengar lembut. Dia jelas-jelas tampak patuh, tetapi dia seperti sedang memprovokasi Henry.Henry memicingkan mata. Mata hitamnya tampak mengintimidasi.Wanita ini benar-benar minta dihajar.Apa saja yang telah Keluarga Mauel ajarkan padanya?!"Jauhi Raphael," peringat Henry dengan nada dingin. Dia menarik dasinya dengan ekspresi jengkel.Tanaya menilai ekspresi Henry, lalu dia mengedipkan matanya sebelum bertanya, "Kenapa?"Henry mendengus. Dia tidak berniat untuk menjelaskannya. Tatapannya menjadi makin tajam.Tanaya tidak merasa takut.Dia mencondongkan tubuh hingga wajahnya yang putih berjarak beberapa milimeter dari wajah Henry. Lalu dia berkata dengan pelan, "Apakah kamu cemburu, Henry?"Tubuh Henry menegang. Dia bisa mencium aroma Tanaya dengan jelas.Ketika ucapan Tanaya terlontar, tatapan Henry menjadi makin gelap. Dia sontak menarik Tanaya ke atas pahanya.Tangan Henry yang lain mencengkeram pinggang Tanaya, menekan wanita itu ke dalam pelukannya. Sedangkan tan