Share

Bab 9

Setelah itu, beberapa orang tersebut tertawa.

Janet pun tersenyum. "Lupakan saja. Aku nggak berani dilayani olehnya. Dia telah dimanjakan oleh Keluarga Mauel sejak kecil. Bagaimana dia bisa melayani orang?"

Setelah ucapan itu terlontar, ekspresi beberapa orang berubah. Mereka melihat ke belakang Janet, saling memandang, kemudian menenguk anggur sambil tersenyum paksa untuk menutupi kecanggungan mereka.

Janet tidak menyadarinya. Dia larut dalam kegembiraan akan segera menjadi putri Keluarga Davinon. Dia lanjut berkata, "Tapi kalau dipikir-pikir, ibunya Tanaya itu pembantu, maka dia pasti punya bakat yang sama. Hanya saja Tanaya selalu memandang rendah orang biasa seperti aku. Bagaimana mungkin dia merendah?"

Detik berikutnya suara Tanaya terdengar. "Apa yang Nona Janet ingin aku lakukan? Menuangkan teh atau menggantikan pakaian?"

Kemudian ekspresi Janet membeku. Dia tidak menyangka Tanaya akan datang.

Janet takut Keluarga Davinon menyadari kejanggalan sehingga dia menutupi kabar ini. Tak disangka Tanaya tetap mendengarnya dan datang.

"Naya, kamu salah paham ...."

Janet segera menunjukkan ekspresi cemas, seolah ingin menjelaskan.

Tanaya tersenyum sambil berujar, "Sekarang Nona Janet benar-benar seperti orang kaya baru."

Janet tidak menduga Tanaya akan berbicara begitu kasar. Ekspresinya menjadi muram.

"Naya, bukan itu maksudku. Kamu benar-benar salah paham ...."

Janet belum ingin bermusuhan dengan Tanaya. Bagaimanapun, dia menyamar sebagai identitas Tanaya. Dalam waktu singkat, dia masih perlu berada di dekat Tanaya.

Tanaya tersenyum lalu berkata dengan santai, "Kalau salah paham, setelah menjelaskannya maka nggak masalah."

Mendengar kalimat itu, Janet menghela napas lega, tetapi dia juga merasa gelisah.

Benar saja, detik selanjutnya Tanaya tersenyum sambil bertanya, "Tapi Janet, apa yang harus aku iri darimu? Iri kamu terlahir miskin tapi melakukan banyak pekerjaan sampingan demi membeli barang bermerek? Iri kamu tinggal di daerah kumuh tapi sok kaya? Atau iri kamu punya ayah yang merupakan pecandu alkohol dan sering memukulmu?"

Setiap kata Tanaya menusuk hati terdalam Janet.

Janet tampak marah. Dia tidak menyangka Tanaya akan membongkar aibnya di depan umum.

Bukankah Tanaya selalu mudah dibodohi?

Kenapa bisa ....

Janet mengepalkan tangannya. Dia menahan paksa amarahnya sambil tersenyum. "Naya, bukan itu maksudku ...."

"Benarkah? Jadi telingaku yang bermasalah? Atau orang-orang di sini sedang tidur berjalan?" Dinginnya tatapan Tanaya membuat Janet gemetar.

Karena tidak bisa berpura-pura lagi, Janet pun menunjukkan sifat aslinya.

"Apa yang kamu banggakan, Tanaya? Kamu hanya memiliki wajah cantik dan nasib baik! Kalau bukan karena diadopsi oleh Keluarga Mauel, kamu itu lebih buruk dari aku!"

"Oh ya, bagaimana aku bisa lupa? Walaupun kamu diadopsi Keluarga Mauel, kamu hanyalah wanita kotor yang telah ditiduri Henry! Kamu nggak mau melepaskan Kak Reiga, tapi juga berhubungan dengan Henry! Kamu pikir pria seperti Henry akan menaksirmu? Dia itu hanya main-main! Kak Reiga pun akan mencampakkanmu!"

Ekspresi Janet tampak bengis. Setelah melampiaskan dendam yang telah dia pendam selama bertahun-tahun, dia merasa puas.

Tanaya tidak marah. Saat dia hendak berbicara, suara pria yang dingin terdengar di antara hadirin. "Sepertinya kamu sangat memahami seleraku?"

Tanaya tertegun beberapa detik sebelum menoleh. Kerumunan orang pun memberi jalan.

Henry yang bertubuh tegap menunjukkan ekspresi dingin dan tatapan gelap. Dia memancarkan aura mengintimidasi. Matanya yang indah menatap Janet.

Kemunculan Henry membuat kerumunan orang menjadi diam. Orang-orang menoleh ke arahnya sembari berbisik.

"Tuan Henry datang."

"Nggak disangka Tuan Henry akan datang."

"Hubungan antara Tuan Henry dan Keluarga Davinon cukup bagus. Dia pasti menghadiri pesta ulang tahun Tuan Besar Davinon."

"Tapi siapa itu Janet? Berani-beraninya dia mengkritik Tuan Henry. Apakah dia sudah bosan hidup?"

"Mungkin itu trik tarik ulur. Dia ingin menarik perhatian Tuan Henry."

"..."

Tatapan dingin Henry membuat wajah Janet memucat. Dia berusaha untuk tenang. "Tu ... Tuan Henry, aku ... aku ...."

Janet juga tidak menyangka kata-katanya akan terdengar oleh Henry.

Harus diketahui bahwa Henry adalah keberadaan yang ditakuti Janet.

Janet berusaha agar tidak terlihat memalukan dan tenang. Namun, tatapan Henry membuat pikirannya kosong, kakinya lemas.

Henry berkata dengan nada geli, "Bagaimana kalau kamu yang menjadi ibuku saja agar bisa memilih istri untukku?"

Kalimat tersebut membuat wajah Janet memucat.

Orang di sekitar tertawa. "Nona Janet, banyak juga hal yang kamu khawatirkan. Tuan Henry pun berani kamu atur."

"Dari keluarga mana dia berasal? Kenapa dia begitu nggak terdidik?"

"Memangnya dia pantas menjadi ibunya Tuan Henry? Nyonya Diana itu wanita cantik yang terkenal di Kota Holen. Semua orang menghormatinya."

"..."

Janet menunduk dengan gelisah lalu berkata, "Maaf, Tuan Henry. Aku seharusnya nggak bercanda seperti itu. Lain kali aku akan berhati-hati."

Henry mendengus. "Ethan, masukkan dia ke dalam daftar hitam semua industri Keluarga Bastin."

Janet mendongak dengan terkejut. Henry tidak lagi meladeninya. Dia melangkah pergi tanpa melihat Tanaya sama sekali.

Tanaya mengejar pria itu tanpa menggubris Janet lagi.

"Aku nggak akan mengampunimu, Tanaya!"

Janet memandang punggung Tanaya dengan marah. Dia jelas menyalahkan Tanaya atas semuanya.

Janet tidak menyangka bahwa pada hari pertama dia akan menjadi putri Keluarga Davinon dan menyambut kehidupan barunya, dia akan menyinggung pria berkuasa di Kota Holen itu.

...

"Henry!" Tanaya mengejar lalu menarik lengan pria itu.

Henry menghentikan langkahnya kemudian menatap wanita itu dengan dingin.

Tanaya mengenakan gaun pesta bertali spageti berwarna hitam yang membungkus tubuh indahnya dengan pas. Ada banyak sulaman gelap pada gaun yang terlihat berkilau di bawah cahaya, membuat kulit Tanaya tampak makin putih. Begitu cantik.

Tatapan Henry menggelap. Dia memaksa diri untuk memalingkan wajah. Tatapannya berlabuh pada tangan Tanaya yang mencengkeram lengannya.

Jari Tanaya ramping dan indah, tidak bercela, membuat orang ingin memainkannya.

"Lepas," perintah Henry dengan dingin sembari menahan kekesalannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status