Elara melihat makanan yang memang ia siapkan semalam untuk Arion, sudah habis.Gadis itu melipat bibir ke dalam untuk menahan senyuman, lalu buru-buru memasang wajah biasa kembali. Menyadari itu hal yang aneh baginya, merasa senang bahwa Arion benar-benar memakannya.Bukankah itu hal lumrah? Seseorang memberimu makan, kau memakannya sebagai tindakan sopan santun.Mengapa ia merasa terlalu senang karena hal itu?Elara berdeham --membersihkan tenggorokannya lalu melirik ke arah pintu kamar Arion.“Apakah ia sudah berangkat?” gumamnya lalu beranjak menuju pintu kamar pria itu. Merasa ragu sesaat, ia lalu mengetuk pelan. “Mr. Arion?”Tidak ada jawaban.“Apakah pekerjaannya sebagai supir pribadi saat ini, bertahan lebih lama?” Elara menggaruk pelipisnya lalu kembali ke kamar.“Itu bagus. Jika dia bekerja dan punya uang, aku tidak perlu menggunakan uang simpanan-ku untuk belanja.” Elara mengangguk puas.Memang seharusnya seperti itu. Ia hanya berharap, Arion tidak bertindak impulsif dan memu
“May, apa kau mengundang orang seperti dia ke sini?” Dianne menoleh pada May lalu melempar tatapan cemooh pada Elara.“Aku.. Dia teman Jeanne,” sahut May sedikit canggung.Jeanne yang sejak tadi diam, menyenggol tangan Elara dan bertanya. “Siapa gadis menor itu?” Ia sengaja tidak mengecilkan suaranya, hingga itu terdengar oleh Dianne.“Siapa yang kau sebut menor, heh?” Dianne memelototi Jeanne.“Ehm.. sebaiknya kalian ke dalam dan ambillah makanan dan minuman yang kalian sukai,” Untuk melerai suasana tidak enak tersebut, May berkata pada Jeanne untuk masuk ke dalam.Jeanne melempar senyum pada May dan tatapan tajam pada Dianne, sebelum ia menarik tangan Elara dan membawa sahabatnya itu masuk ke dalam.“Mengapa kau biarkan gadis seperti itu berada di pestamu, May?” Dianne mengeluh.May dan Dianne saling mengenal sejak mereka di sekolah menengah. Dianne memperlakuka
“Tuan Muda Ellworth, silakan.” Seorang pria paruh baya memakai setelan jas mahal menunjuk sofa kosong di kanan.Arion menatap sesaat pria paruh baya itu, lalu beralih ke sebelahnya, di mana seorang pria lain --yang lebih muda, dengan rambut tersisir klimis ke belakang mengangguk hormat juga pada dirinya. Di belakang mereka, berdiri lima lelaki bertubuh kekar dengan tangan terlipat bersilang di depan tubuh.Arion lalu duduk, sementara Max dan dua lelaki berpakaian hitam-hitam berdiri di belakang Arion.Di seberang Arion, pria paruh baya dan pria muda berambut klimis ikut duduk setelah melihat Arion mengambil tempatnya. Sementara lima orang berbadan kekar di belakang keduanya, tetap berdiri –berjaga.Keheningan menyelimuti ruangan eksklusif dan tertutup di sebuah klub malam terbesar di San Francisco –pertemuan yang sengaja mengambil tempat tidak jauh dari Hillsborough.“Penjelasanmu, Mr. Gonzaga?” Setelah beberapa saat, Arion lebih dulu membuka suara dan berkata singkat dengan suara tena
Dentingan gelas terdengar. Orang-orang bersulang untuk nona kaya itu.Elara hanya memandang dari kejauhan dan mulai merasa ia lebih baik menyingkir dari keramaian itu dan mencari tempat nyaman untuk melakukan hal lainnya.Gadis berambut surai madu itu menuju halaman belakang kediaman May. Terdapat satu kolam renang di area tersebut dan masih ada sekumpulan kawan-kawan May di sana. Tapi setidaknya itu tidak terlalu ramai seperti di dalam sana.Hampir semua yang datang ke pesta May Shalya berebut mendekati Isabelle Goldwin --untuk menarik perhatian dan mencoba dekat dengan nona kaya itu.Tentu saja, itu semua demi relasi penting yang mungkin bisa mereka miliki dari seorang anggota keluarga Goldwin dari Sacramento yang kaya raya dan berkuasa.Elara tiba di satu meja, tidak jauh dari tepian kolam renang. Tangan kirinya yang membawa beberapa potong cheesecake turun --meletakkan piring kecil itu di atas meja. Sementara tangan kanannya tetap menggenggam gelas berisi anggur merah.Napasnya ter
Seruan lain pun terjadi begitu mendengar teriakan panik Jeanne. Namun tidak ada yang beranjak dari tempat mereka berdiri.Itu malam hari yang dingin.Masuk ke dalam air dengan udara seperti ini, sama saja mencari mati. Mereka semua tidak punya nyali sebesar itu untuk masuk ke dalam air yang bisa membekukan mereka.Di dalam kolam, Elara dengan panik menggerakkan tubuhnya sekuat tenaga. Berusaha untuk mencapai ke permukaan.Namun tak peduli berapa kali ia mencoba, berapa kuat ia mengeluarkan tenaganya, tubuhnya tidak kunjung bergerak ke atas. Yang terjadi justru sebaliknya, permukaan kolam renang terlihat semakin jauh dari gapaian tangannya.Entah berapa banyak air tertelan. Kerongkongannya sakit, tenggorokannya perih, mata terasa amat pedih untuk terbuka. Setiap sendi dalam tubuhnya mulai terserang rasa nyeri dari temperatur rendah dan dingin yang menggigit.Elara mulai putus asa.Gerakan tangannya kian lemah dan tepat ketika ia nyaris kehilangan kesadarannya, ia melihat seseorang menye
Kedua mata Jeanne melebar dan tak berkedip, dengan mulut membuka.“Bukankah itu… orangnya…” gumam Jeanne takjub.Sosok tinggi dengan tubuh proporsional masuk ke dalam ruang perawatan. Ia hanya melirik sekilas pada Jeanne dan langsung menghampiri brankar tempat Elara terbaring.“Bagaimana keadaanmu?”“Ah…” Jeanne lagi-lagi mengesah tanpa sadar.Suara pria itu begitu dalam dengan tekanan berat namun memberikan sensualitas tinggi. Padahal itu hanya dua kata simpel.“Arion..” Elara memandang bingung pada pria yang baru datang itu.Jeanne mengerjap lalu beralih cepat pada sahabatnya. “Kalian saling mengenal? Kau mengenal orang yang menyelamatkanmu ini?” Ia benar-benar terkejut.Semalam, saat Elara diangkat keluar dari kolam dan dibopong pria itu, Jeanne dengan panik mengikuti dan terus bertanya dengan berisik.Pria itu lalu mengatakan akan membawa Elara ke rumah sakit terdekat, untuk menghentikan Jeanne lebih panik.Jeanne tidak bisa melihat dengan jelas rupa pria itu, karena saat itu wajah
“Selamat menikmati sarapan Anda, Nona Muda,” Seorang pelayan hotel membungkuk setelah mengatur penataan peralatan makan dan juga hidangan mewah untuk sarapan Isabelle.Isabelle mengulurkan tangannya dengan lembut sambil tersenyum ramah pada pelayan itu.Sang pelayan mengambil uang dari tangan Isabelle dan matanya sedikit membesar begitu melihat lembaran dolar yang diberikan nona muda kaya itu pada dirinya.Nona muda kaya itu memberi lima kali lipat dari tips yang biasa diberikan tamu lainnya. Betapa murah hatinya!Buru-buru pelayan itu membungkuk hormat dan penuh terima kasih.“Tidak apa. Saya suka pelayanan mu sejak kemarin,” ujar Isabelle dengan senyum menawannya lagi.“Terima kasih, Nona. Jika Nona Muda memerlukan bantuan saya, Nona bisa panggil saya.”“Tentu. Saya akan mencarimu jika membutuhkan sesuatu,” Isabelle mengangguk dan pelayan itu pun keluar dari suite yang ia tempati.
“Sudah semua?”“Ya. Aku tidak membawa barang apapun. Bahkan tidak sadar saat dibawa ke sini,” Elara menjawab pertanyaan Jeanne.Jeanne merapikan pakaian kotor Elara dan memasukkannya ke dalam tas kecil milik Jeanne. Elara memang telah diizinkan untuk keluar rumah sakit, karena tidak ada luka serius.“Apa kau yakin tidak menginap dulu di tempatku?” Jeanne menawarkan lagi bantuan pada Elara. “Atau aku menginap di tempatmu?”“Itu tidak perlu, J. Aku akan baik-baik saja. Selain terlalu banyak menelan air lewat hidung, tidak ada yang perlu dikhawatirkan sama sekali,” tolak Elara.Mana bisa ia membiarkan Jeanne menginap di tempatnya tinggal sekarang? Untuk memberi tahu tempatnya pun Elara sungguh tak mau. Ia belum siap Jeanne mengetahui dirinya telah menikah.“Tetap saja aku khawatir, El. Kalau kau enggan tidur di tempatku, biar aku menemanimu. Ok?”“Tidak per--”“Tidak perlu. Aku yang akan mengawasinya.” Ucapan Elara terpotong oleh suara berat dan rendah Arion.Pria itu masuk ke dalam ruan