Di pagi hari Adelia terbangun dengan kepala yang terasa sangat berat. "Ah, kepalaku sangat pusing," keluh Adelia. Adelia memegang kepalanya yang sangat pusing, ia mengingat-ingat kejadian yang terjadi kepadanya. Adelia sibuk dengan pikirannya sendiri dikejutkan dengan tangan kekar seorang pria memeluknya tiba-tiba, ia mengira itu adalah Arthur, namun ketika ia menoleh kesamping ia terkejut, karena yang tidur bersama dengannya bukanlah Arthur. "Siapa kamu," teriak Adelia. "Ssstt... baby, kenapa kamu berteriak sepagi ini, aku masih mengantuk," ucap pria itu dengan mata yang masih terpejam. "Si-siapa kamu?" tanya Adelia yang merasa takut. Perlahan pria itu membuka matanya, ia menatap Adelia dengan intens. "Apa kau sudah setua itu untuk menjadi pikun secepat ini?" canda pria itu. "Apa aku perlu mengulang kegiatan panas yang kita lakukan semalaman?" tanya pria itu. Adelia terdiam ia melihat dirinya di pantulan cermin yang ada disampingnya, bayang-bayang kegiatan panasn
Arthur baru saja selesai mandi, ia akan bersiap pergi ke kantor, namun netra matanya melihat di atas ranjang sudah tersedia pakaian yang sudah disiapkan oleh Ayra."Ternyata dia sudah menyiapkan pakaianku, dan semua yang akan aku pakai hari ini," gumam Arthur sambil tersenyum."Heemmm... seleranya bagus juga," gumam Arthur."Tapi dimana dia sekarang?" gumam Arthur kembali yang tidak melihat keberadaan Ayra.Sedangkan orang yang dicari-cari oleh Arthur kini sedang menyiapkan serapan untuk mereka, mbok na sudah melarang Ayra untuk di dapur, namun Ayra tetap ingin membuatkan serapan untuk mereka, mbok na tidak bisa berbuat apa-apa ia harus menuruti permintaaan majikan barunya itu.Arthur yang baru saja turun dari lantai dua langsung mencari keberadaan Ayra, ia tersenyum kecil melihat Ayra sedang menyiapkan serapan di atas meja makan."Sedang apa kamu?" tanya Arthur."Eh mas, kamu sudah selesai? aku cuma buatkan serapan untuk kita," jawab Ayra."Kenapa harus kamu? kan ada mbok Na?" tanya
"Baiklah aku turun disini mas," jawab Ayra dengan pasrah.Ayra turun dari mobil Arthur, dan berjalan terlebih dahulu, sedangkan Arthur menyuruh supirnya untuk mengikutinya dari belakang sampai di perusahaan.Ayra sudah masuk terlebih dahulu kedalam perusahaan, namun ketika sampai di lift, Ayra harus mengantri lift, semua karyawan sedang menggunakan lift untuk ke lantai masing-masing.Namun Arthur melihat antara laki-laki dan perempuan semuanya bercampur dan berdekatan, Arthur tidak rela jika Ayra berdekatan dengan laki-laki lain."Ayra," panggil Arthur dengan dingin."Ya pak," sahut Ayra yang terkejut tiba-tiba dipanggil Arthur, ia takut kalau karyawan lainnya curiga."Kemarilah, saya ingin menanyakan tentang laporan yang saya suruh kerjakan semalam apakah sudah kamu kerjakan?" tanya Arthur."Su-sudah pak," jawab Ayra merasa bingung, namun dia ikuti saja apa yang di katakan Arthur."Kalau begitu, bisa kamu jelaskan kepada saya sekarang?""Bi-bisa pak,""Kalau begitu ayo ikut saya naik
"Selamat ya Ayra, kamu diangkat menjadi sekretaris bos," ucap teman-teman Ayra yang berada disatu divisi dengannya."Terima kasih untuk semuanya, dan terima kasih atas dukungan dan kerja sama kita semua" ucap rasa syukur Ayra.Ayra sangat merasa sangat bahagia bisa diangkat menjadi seorang sekretaris karena yang dipikir Ayra adalah mendapatkan gaji yang lebih besar agar bisa dapat menutup mulut ibu tiri dan kedua adik tirinya yang selalu ribut meminta uang kepadanya.Sekretaris lama yang bernama dewi memanggil Ayra keruangannya," Ayra ayo keruangan kamu yang baru,""Baik bu." Ayra mengikutinya keruangannya.Dewi sekretaris Arthur yang sudah sangat lama bekerja dengan Arthur, namun kali ini Dewi harus resign karena sebentar lagi dia harus melahirkan anak keduanya, sebenarnya dari hamil anak pertama Dewi ingin resign, namun Arthur tidak pernah mengizinkannya dengan alasan tidak ada yang bisa menggantikan pekerjaan Dewi.Namun kali ini Arthur harus melepaskan Dewi karena Dewi mengatakan
Arthur sudah kembali di gedung pencakar langit miliknya. Ayra yang masih sibuk mempelajari berkas-berkas yang akan dibawa metting tidak mengetahui jika Arthur sudah kembali ke kantor.Arthur mengangkat gagang telepon yang ada di meja kerjanya dan menekan tombol yang terhubung dengan sekretarisnya."Dewi, masuk keruangan saya," perintah Arthur."Ma...." TutPanggilan diakhiri oleh Arthur sebelah pihak tanpa mendengarkan ucapan dari orang yang ada diseberang telepon.TokTokTokArthur yang mendengar suara ketukan mempersilahkan orang itu masuk yang sudah diyakininya kalau itu adalah Dewi sekretarisnya,"masuk"."Dewi bacakan schedule saya hari ini," ucap Arthur yang masih fokus dengan berkas-berkas dimejanya."Maaf pak, saya bukan Dewi, saya sekretaris bapak yang baru," ucap Ayra sopan.Arthur melihat wanita yang menjadi sekretaris barunya dari atas sampai bawah,"jadi kamu pengganti Dewi,""Ya, pak," jawab Ayra."Baiklah Dewi sudah menjelaskan semuanya kan?" tanya Arthur."Sudah pak,"
Tuan Smith sangat marah dengan Arthur, dia membatalkan untuk bekerja sebelum mereka mebicarakannya karena keributan yang dibuat Adelia istri Arthur.Ayra mengejar tuan Smith yang ingin masuk kedalam mobilnya,"Tuan Smith, saya mohon anda jangan membatalkan kerja sama kita sebelum kita membicarakannya," "Maaf nona Ayra, tapi apa yang dilakukan oleh istri tuan Arthur sudah sangat keterlaluan, itu sangat membuat saya malu," tutur tuan Smith.Ayra menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya dengan kasar, "Baiklah kalau begitu apakah anda mau membicarakan tentang proposal ini, dan kita mencari tempat lain.""Saya tidak mempunyai waktu banyak, karena waktu saya sudah terbuang sia-sia melihat pertengkaran rumah tangga orang lain," ucap tuan Smith.Ayra tak habis pikir, Ayra akan melakukan segala cara agar tuan Smith tidak membatalkan kerja samanya."Bagaimana kalau kita membicarakannya di dalam mobil tuan Smith? dan setelah selesai anda bisa menurunkan saya di tempat kita selesai membi
"Assalamu'alaikum...," salam Ayra yang baru saja menginjakkan kakinya di rumah."Wa'alalikum salam!" jawab Yuni ibu tiri Ayra."Darimana saja kamu? kenapa baru pulang jam segini? tanya Yuni dengan angkuhnya."Ya dari kerja lah, saya kan bukan pengangguran seperti mereka," jawab Ayra yang melirik kedua saudara tirinya.Yuni pun tak terima ketika anaknya dikatai pengangguran "Berani sekali kamu menyindir anak-anak saya,"Ayra hanya memutar kedua bola matanya yang sangat malas mendengar ocehan ibu tirinya."He, Ayra lama banget sih kamu pulangnya, cepatan masak, kami sudah sangat lapar." Mayumi tiba-tiba datang dan mengomeli Ayra.Ayra hanya diam tak menanggapi ucapan Mayumi ia langsung ke kamar meletakkan tas kerjanya dan mengganti baju agar lebih nyaman untuk memasak dan beres-beres."He Ayra, minta uang dong, gue mau beli baju," ucap Winda "Gue belum gajian!" jawab Ayra."Lo pelit banget sih, gue baru minta uang untuk beli baju aja gak lo kasih," omel Winda.Ayra saat ini sangat mera
"Ayah, barusan Ayra ditelepon bos Ayra, Ayra harus melakukan perjalanan bisnis bersama bos Ayra di London," jawab Ayra jujur."Eleh, paling itu cuma alasannya aja ayah," ucap Winda.Tring...Tring... Suara ponsel Ayra kembali berdering"Ayah bos Ayra menelepon, Ayra angkat dulu ya ayah," pamit Ayra.Baskara hanya menganggukkan kepalanya."Hallo pak," jawab Ayra setelah mengangkat panggilan teleponnya."Saya sudah berada di depan, cepat kamu keluar," perintah Arthur yang langsung mematikan panggilan teleponnya.Apa dia sudah di depan? darimana dia tahu rumah gue?, batin Ayra."Ayah, bos Ayra sudah ada di depan, kalau ayah gak percaya ayo ayah temui bos Ayra," ajak Ayra."Baiklah ayah akan bertemu dengan bos kamu," ucap Baskara.Baskara dan Ayrapun keluar menemui Arthur.Ayra mengetuk kaca jendela mobil Arthur, Arthur menurunkan kaca mobilnya."Maaf pak, ini ayah saya, ayah saya hanya ingin tahu apa benar saya pergi untuk perjalanan bisnis," jelas Ayra dengan menunduk.Arthur keluar dari